Akseyna

Setelah 6 tahun peristiwa duka itu terjadi, berita tentang Akseyna kembali melintas di timeline twitter saya. Keluarganya sampai saat ini masih terus berusaha mencari keadilan atas kasusnya. Ketika peristiwa itu terjadi Maret 2015 silam dan langsung menjadi headline berita, saya termasuk yang terkejut karena secara pribadi saya kenal Akseyna.

Almarhum Akseyna Ahad Dori adalah siswa SMAN 8 Yogyakarta angkatan 2013, satu angkatan dengan saya. Karena DIY adalah provinsi yang kecil namun padat akan event pendidikan, menjadi hal yang wajar waktu itu ketika seorang siswa punya kenalan dari berbagai sekolah lain seprovinsi. Bisa jadi ketemu di lomba, seminar, try-out, jambore, dan semacamnya. Begitu juga dengan saya kenal dengan Ace, panggilan Akseyna.

Kami sempat mewakili Provinsi D.I.Yogyakarta dalam OSN tingkat nasional tahun 2012 di Jakarta. Bersama sekitar 35an siswa lainnya dari SMA-SMA di DIY kami sempat nge-camp dan mendapat pelatihan di salah satu hotel kawasan Malioboro. Pelatihannya sekitar satu bulan dan karena dikarantina harus ijin tidak ikut pembelajaran di sekolah.

Meskipun beda cabang sehingga kelasnya terpisah (saya matematika, dia biologi), aktivitas lain seperti makan sahur dan buka, salat, tarawih, dan lain-lain dilakukan bersama-sama. Tidak bisa tidak lama-lama kenal juga, beberapa diantaranya bahkan berteman akrab sampai sekarang. Sayang waktu itu belum jamannya cekrek upload jadi saya tidak berhasil menemukan dokumentasi yang bagus.

Akseyna adalah siswa yang brilian. Tahun sebelumnya ketika masih kelas 10 dia sudah lolos OSN 2011 Manado. Jadi di 2012 dia jadi ujung tombak tim biologi DIY dan salah satu yang paling berpengalaman di kontingen OSN Jogja. Mengingat prestasinya di bidang biologi wajar jika dia meneruskan studinya di Biologi UI. 

Selepas SMA saya sudah tidak keep in touch dengan Ace memang. Tapi ketika tiba-tiba berita yang muncul adalah berita duka saya tentu ikut merasa kehilangan. Ace adalah anak muda dengan potensi yang sangat besar, di masa depan dia pasti jadi 'orang'.

Tentu kesedihan saya tidak ada apa-apanya dengan apa yang dirasakan keluarganya. Apalagi sampai sekarang peristiwa ini masih jadi misteri dengan banyak dugaan dan teori-teori. Sampai lebih dari 6 tahun kepergiannya belum ada penjelasan gamblang tentang apa yang sebenarnya terjadi, tidak banyak kasus kriminal yang bisa 'tersembunyi' sampai se-lama ini. 

Keluarga, terutama sang ayah, Pak Mardoto terus mengusahakan keadilan untuk anaknya. Kalau kamu baca ini yuk ikut tandatangani petisi ini: Sudah 6 Tahun, Segera Ungkap Pembunuh Putra Kami Akseyna!

Terima kasih!


Chandra

Gimana Kondisi Sekitarmu, Lur?

Memasuki tahun kedua pandemi masyarakat di sekitar tempat tinggal saya tampaknya mulai abai. Banyak orang sudah secara mantap gantung masker. Di beberapa masjid sekitar rumah jamaah yang pakai masker hanya 10-20% saja, kadang kurang. Dari beberapa masjid yang saya datangi untuk tarawih sejauh ini, hanya masjid An-Nashr Bintaro yang masih konsisten menerapkan distancing dan wajib masker. Maklum lokasinya di tengah peradaban maju dan makmur. Kawasan dengan penduduk yang relatif tidak risau urusan dapur dan terbiasa berprokes ditempat aktivitas sehari-hari terbukti lebih gampang diatur. Minimal kalau kita masih ikhtiar menuju kaya, bermental kaya dulu aja.

Saya tinggal dekat kawasan pasar yang ramai hampir 24 jam. Ada pasar induk buah, pasar tradisional, dan terminal bis di satu lokasi. Tambah ramai dengan adanya pasar kaget tiap menjelang buka puasa. Masker agak lumayan karena sepertinya di pasar ada satgasnya, tapi masalah distancingnya hmmm...

Geser sedikit dari pasar ada deretan tempat ngopi dan nongkrong anak muda. Heran saya tiap malam sabtu dan minggu parkirannya penuh. Saya belum pernah masuk karena selain malas berkerumun saya memang tidak suka kopi. Di beberapa sudut jalan dan muka perumahan masih ada banner-banner waspada covid, tapi sepertinya itu catakan 2020 saat orang-orang masih respek sama corona. 

Pagi dan sore hari jalanan dipenuhi orang-orang yang mau masuk dan keluar Jakarta untuk bekerja. Nampaknya bisnis mulai menggeliat lagi diikuti peningkatan volume orang-orang WFO. Transjakarta yang bulan-bulan lalu nyaman mulai penuh sesak, perubahan terasa sebulan terakhir.

Beberapa kali saya lihat Pol PP dan satgas merazia kerumunan warga. Tapi yang dirazia kebanyakan hanya tempat-tempat umum dan terbuka saja. Sementara gang-gang sementara ini sering luput dari pengawasan. Razia juga masih sporadis, diusir sekali besoknya balik lagi.

Secara aturan mudik dilarang (tapi wisata dan belanja didorong). Untuk kali kedua saya ngalamat tidak merayakan idul fitri di kampung halaman. Tapi mengingat di Indonesia bangjo saja ditrabas dan separator busway dipencoloti saya kok ragu masyarakat akan taat. Minim penggedhe yang lead by example saat ini. Motif yang manjur untuk bangsa kita ini sepertinya hanya takut mati (seperti lebaran 2020 waktu corona masih dianggap sangat mematikan) dan urusan perut. Kalau ada kebijakan dimana yang nggak mudik dapat insentif jutaan saya yakin akan efektif. Masalahnya kita bukan negara kaya, dan jumlah penduduknya segunung.

Efek dari euforia vaksinasi juga mungkin membuat sebagian orang lengah. Saya sendiri belum ada kabar berita kapan akan dapat jadwal vaksin. Selama pandemi sudah tiga kali pilek tapi semoga itu flu biasa saja. Dengan segala kesimpangsiuran ini sepertinya kita memang harus menjaga diri dan keluarga masing-masing. Hormati orang yang masih memasang standar tinggi penjagaan diri terhadap covid. Semoga pandemi segera berakhir. Aamiin


Chandra

Sushi Masa: Kisah dari Utara Jakarta

Di tengah komplek perniagaan ikan di Jakarta Utara ada sebuah bangunan yang mencolok karena deretan mobil-mobil yang terparkir di depannya. Tak kurang BMW, Mercedes, Lexus, dan MPV high end berderet di depan dan samping gedung tersebut. Saya coba cari di google tempat apa itu karena tidak ada tulisannya, ternyata itu adalah sebuah kedai sushi.

Saya sebut Sushi Masa ini hidden gem bukan karena saya baru tahu tapi memang lokasinya tersembunyi di tengah pasar ikan Muara Baru, Jakarta Utara. Untuk mencapainya saja harus melewati jalan akses Pluit yang saingannya truk-truk kontainer besar khas kawasan utara Jakarta. Begitu masuk kawasan pasar ikannya aroma amis ikan tercium tajam. 

Sushi Masa berada di sebuah bangunan tingkat 6 di samping ATM center kawasan pasar ikan Muara Baru. Selain tidak ada banner nama, tempatnya pun tidak tampak dari luar, saya harus bertanya ke satpam memastikan bahwa restonya benar disana.

Bisa ditebak tempat seperti ini menjual eksklusivitas, tidak mengharapkan banyak tamu, dan mematok harga tinggi untuk sajiannya. Saya dan istri beruntung bisa datang langsung dan dapat tempat duduk karena ternyata tamu yang datang kesana harus melakukan reservasi lebih dulu. Tamu walk-in hanya diterima jika masih ada meja yang belum terbooking.

Begitu keluar dari lift lantai 3 kami langsung disambut oleh resepsionis dan ditanya apakah sudah reservasi. Selanjutnya kami diarahkan ke tempat duduk yang masih tersedia. Kebetulan ada kursi kosong untuk dua orang di bagian bar sehingga kami bisa melihat langsung proses pembuatan sushi oleh para chef dengan pakaian khas chef sushi dari Jepang dan tampak sudah sangat berpengalaman.




Meski kemasannya high-class, cara pesan makanannya ternyata cukup sederhana. Cukup memanggil waiter lalu pesanan kami ditulis di kertas. Kami juga diberi tahu bahwa waktu menikmati sushi dibatasi sampai jam 7 malam saja. Ternyata selain memakai reservasi, restoran ini juga menggunakan sistem shift. Shift 1 pukul 11.00-14.00, shift 2 pukul 17.00-19.00, shift 3 pukul 19.00-21.00, di luar itu tutup.

Secara harga Sushi Masa memang agak mahal. Tapi ada harga ada rupa, rasa sushinya memang sangat enak, bahan-bahan laut yang digunakan tampak sangat segar. Untuk makan sushi casually saya mungkin prefer sushi Aeon untuk saat ini, tapi Sushi Masa ini bolehlah sekali-sekali untuk selebrasi. Untuk dinner di tempat ini, per tamu perlu merogoh kocek 75 sampai 250 ribu.


Kalau ingin sajian yang lain, di lantai 5 (1 lantai diatas, tidak ada lantai 4 fyi) gedung yang sama ada Shabu Masa dengan berbagai tawaran self grill. Sementara itu ada patisserie di lantai 2 dan toko seafood beku di lantai 1-nya. Kalau ingin berfoto dengan background sunset dan kapal-kapal bisa naik ke rooftopnya. 

Apakah saya merekomendasikan restoran ini? Ya, cocok untuk selebrasi dengan keluarga atau teman-teman. Kalau Anda tidak berkeberatan spending ratusan ribu per orang boleh saja datang kesini berkali-kali dalam seminggu. Paling enak kesini pakai kendaraan pribadi mobil atau motor (masih ada parkiran motor walaupun kecil). Tapi kalau mau pakai angkutan umum bisa pakai taksi online dari rumah atau naik KRL, TJ, MRT (kalau sudah jadi) sampai kawasan Kota Tua/Jakarta Kota lalu nyambung taksi.

Jika dirasa terlalu niat kalau sampai pucuk utara Jakarta hanya untuk makan sushi, bisa sekalian eksplor spot-spot menarik di sekitarnya. Opsi tempat wisata utama selain komplek Kota Tua adalah Ancol dan PIK. Kalau mau yang lebih adventure bisa masuk-masuk ke kawasan pelabuhan tradisional Muara Angke, Muara Karang, Muara Baru, dan Sunda Kelapa.


Chandra

Virtual Private Network (VPN)



Ketika mau mengambil screenshot untuk dikirimkan ke orang atau grup WhatsApp, biasanya saya pastikan dulu tidak ada logo VPN di bagian atas layar. Karena kalau sampai dilihat orang yang paham bisa jadi dikira habis buka situs yang tidak-tidak, padahal untuk beberapa keperluan memang VPN diperlukan, streaming bola dan balapan misalnya. 

Popularitas VPN di Indonesia meningkat seiring langkah pemerintah memblokir situs-situs dewasa. Langkah yang bijak dari pemerintah untuk melindungi anak bangsa. Tapi pagar yang dibuat pemerintah untuk membatasi akses anak bangsa ke situs-situs itu masih dapat diakali dengan fasilitas yang namanya VPN atau Virtual Private Network. Tutorial cara menyetting VPN muncul dimana-mana.

Ketika berselancar di internet menggunakan VPN, kita tidak tampak sebagai orang Indonesia. Akibatnya blokir yang dilakukan pemerintah tidak berlaku untuk kita. Analoginya seperti orang tua mencegah anaknya bermain di luar rumah dengan mengunci pintu depan, tapi si anak tetap bisa keluar lewat pintu samping.

Entah orang tuanya tidak tahu kalau pintu samping bisa dibuka atau sebenarnya tahu tapi dibiarkan saja yang penting perintah atasan sudah dikerjakan, urusan eksekusinya itu belakangan.  

Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian orang menggunakan VPN untuk mengakses situ abu-abu. Lagipula banyak layanan VPN gratis yang aplikasinya dengan mudah dapat diunduh dari Playstore atau Appstore. Akibatnya citra VPN jadi buruk karena sering dikaitkan dengan konten berbau pornografi. Padahal banyak manfaat bisa didapatkan dari penggunaan VPN.

Pertama, VPN menyamarkan identitas kita di internet, dalam hal ini IP Address. Kita jadi tidak perlu khawatir meninggalkan jejak digital selama mengakses dunia maya. Kalau-kalau bernasib sial masuk situs yang mengandung malware atau bersinggungan dengan hacker, privasi kita akan jadi lebih aman.

Selain dari sisi keamanan, menggunakan VPN juga mencegah kalau-kalau pemilik situs atau penyedia layanan internet bertindak nakal dengan menjual informasi kita pada pihak ketiga. VPN ini satu lapis perlindungan tambahan untuk data pribadi kita.

Kedua, VPN membantu mengatasi masalah geo-blocks alias pembatasan konten berdasarkan wilayah. Sebagai contoh, penyedia konten hiburan seperti Netflix memiliki menu yang berbeda-beda tergantung pada lokasi penggunanya. Jadi misal kita sedang berada di luar negeri namun tetap ingin menyaksikan tayangan Netflix Indonesia, kita bisa pakai VPN dan memilih region Indonesia.

Ketiga, VPN membantu mengamankan kita ketika terhubung ke jaringan yang unsecured seperti WiFi gratis. Biasanya ada WiFi yang ketika akan menyambungkan muncul notifikasi bahwa orang lain mungkin saja melihat data kita. Kalau kita pakai koneksi seperti ini untuk hal penting seperti transaksi perbankan atau kartu kredit tentu berbahaya.

Keempat, terkadang ketika kita berada di sekolah, bandara, atau hotel lalu mencoba mengakses suatu situs ternyata diblokir karena regulasi tertentu. Biasanya hal seperti ini dilakukan dengan firewall. Jika merasa tujuan dan aktivitas kita sesuai regulasi maka VPN bisa dipakai untuk melewati blokir ini.

Tapi di luar keuntungan-keuntungan itu, VPN punya kelemahan yaitu berpotensi menurunkan kecepatan koneksi internet bergantung pada jarak dengan lokasi server dan tingkat enkripsi yang dilakukan. Selain itu tidak semua perangkat mendukung VPN secara langsung. Ada perangkat yang butuh pengaturan manual dan hal ini membutuhkan pengetahuan tentang sistem operasi dan jaringan.

Sebagai sebuah layanan, VPN juga berbiaya. Walaupun ada yang gratis namun lebih disarankan menggunakan layanan yang berbayar. VPN gratis pada umumnya tidak mengijinkan kita memilih region sesuai keinginan, harus manut sama software. Secara keamanan juga dikatakan yang premium lebih aman karena penyedia layanan sudah mendapat pembayaran dari pengguna sehingga lebih kecil kemungkinan untuk punya kebijakan menjual data pada pihak ketiga.

Kesimpulannya, VPN lebih dari sekedar sebuah cara untuk mengakali blokir internet positif pada situs-situs pornografi. VPN adalah cara yang mudah dan murah untuk dapat mengakses internet dengan aman dan bebas. Meski begitu tetaplah bijak dalam menggunakan internet ya.

Kalau dihubungkan dengan kondisi pandemi kali ini, VPN itu ibarat masker. Pertama, dia mengurangi risiko kita tertular virus. Kedua, dia membantu menyembunyikan siapa kita sampai kadang sulit dikenali. Ketiga, dengan memakai masker kita tidak perlu ragu untuk masuk ke tempat-tempat yang memasang tanda ‘Wajib pakai masker’.

Posting Jangan Sering-Sering

Beberapa minggu yang lalu saya dan istri jalan-jalan ke Jakarta. Sudah jadi rutinitas setidaknya satu hari di akhir pekan kami keluar rumah. Waktu itu kami janjian dengan seorang kerabat untuk ketemu di daerah Sudirman. 

Kami janjian ketemu pas makan siang di foodcourt dekat stasiun Sudirman, disana ada mie ayam enak katanya. Karena kepagian dan merasa perlu ke toilet saya putuskan untuk mampir di kantor dulu di daerah Mega Kuningan. Ini adalah kali pertama istri saya menginjakkan kaki di tempat itu. 

Reaksi pertamanya persis dengan ketika saya onboarding dulu, wah wah wah mulu, khas anak daerah yang pertama kali masuk gedung perkantoran di ibukota. Ada mungkin 30 menitan dia asik foto-foto, beberapa ada yang dipost di instagramnya. Sementara itu satpam tampak mengawasi karena penampilan kami tidak seperti orang mau ngantor, nggak bawa tas, nggak bawa nametag, hanya modal bilang kantor saya di lantai berapa.



Akhirnya istri saya tanya, kamu kok nggak pernah update soal kantormu?

Saya ceritakanlah bawa saya seperti punya janji pada diri sendiri bahwa saya akan membatasi mengekspos pekerjaan saya kepada audience luas. Selain karena beberapa hal memang lebih baik dirahasiakan, back to 2018 saya punya pengalaman yang agak berkesan.

Oktober 2018 kantor tempat saya bekerja pertama kali tutup dan semua pegawainya dirumahkan. Saya tiba-tiba menjadi jobless yang masih ngekos. Awalnya nggak masalah karena kosan saya masih jalan dan sudah dibayar tahunan serta saya punya tabungan. Tapi tabungan yang nggak seberapa itu akhirnya habis juga karena saat bekerja saya terlanjur mengeset gaya hidup saya lebih tinggi daripada ketika masih mahasiswa.

Beban sebagai alumni so called kampus favorit yang menganggur cukup berat. Peluang pekerjaan di bidang penerbangan terbatas, skill coding juga belum mumpuni untuk melamar sebagai software engineer profesional. Alhamdulillah saya akhirnya tertolong karena ada kesempatan menjadi asisten riset di kampus.

Meski begitu rasa menjadi orang yang gagal tetap ada karena pekerjaan asisten riset ini seperti bukan full job. Sementara ig story dipenuhi update-an teman-teman soal pekerjaan barunya, saya masih bingung mau ngapain. Saya uninstall instagram dan untuk pertama kalinya mengerti bahwa mental health itu sesuatu.

Saya coba memikirkan kesalahan-kesalahan yang saya lakukan di masa lalu. Hingga akhirnya saya sadar bahwa selama ini ketika masih bekerja sangat mungkin saya menyakiti banyak orang dengan apa-apa yang saya posting di media sosial.

Karena bantuan orang dalam, setelah lulus saya langsung bekerja di sebuah perusahaan IT di Bandung. Lokasinya premium di kawasan Lembang dekat villa-villa. Pemandangannya hijau semua plus bisa lihat kota Bandung dari atas, lokasi 10/10. Kantornya start-up sekali, saya dapat gear dengan spek yang tinggi. Kantor itu punya gym, meja pingpong, lapangan panahan, mess, kamar mandi air panas, shuttle dari bandung kota, internet kenceng, komputer boleh buat ngegame, makan siang dan sore gratis, dll. Pokok'e perfect untuk pekerjaan pertama.

Tidak bisa tidak saya sering mempostingnya di media sosial, ketika banyak diantara audience saya yang belum bekerja atau belum selesai TA. Saat itu saya merasa biasa saja, penyesalannya terjadi ketika akhirnya saya tidak bekerja disana lagi.

Sejak saat itu saya membuat komitmen untuk sangat membatasi postingan berbau pekerjaan. Alhamdulillah saya masih bisa menjaga komitmen itu sampai saat ini. Beberapa orang tahu saya bekerja dimana tapi tidak tahu detail tempat kerjanya seperti apa atau apa yang saya lakukan sehari-hari. 

Saya masih posting soal makan richeese, nongkrong di dunkin, pulang kampung, atau jalan ke luar kota, tapi hanya satu dua kali posting tentang meja kerja. Beberapa momen chat lucu juga saya screenshot dan unggah di twitter. Tapi kayanya chat dari coworker belum pernah ada yang saya post. Selain jarang lucu juga ngapain orang lain harus tahu?

Btw soal mie ayam tadi, namanya Mie Keriting Luwes, ancer-ancernya foodcourt dekat pintu tengah stasiun KRL Sudirman. Harganya 25k dan porsinya guedhe. Masih belum seperti mie ayam manis yang saya inginkan tapi ini OK.


Salam,

Chandra


Double Slit Experiment: Bukan Praktikum Fisika Biasa

Tulisan ini bukan rujukan ilmiah ya, saya cuma mau berbagi pikiran..

Sebagian dari kita pasti punya pengalaman melakukan praktikum percobaan celah ganda (double slit experiment) waktu sekolah. Itu salah satu praktikum saya di SMA dulu, mungkin ada juga yang sudah mendapatkannya di jenjang SMP. Seminimal-minimalnya pasti pernah dapat soal seperti ini kan?

Percobaan ini dilakukan untuk membuktikan bahwa cahaya punya sifat gelombang. Rather than ditembakkan sebagai bola-bola partikel yang melesat melewati lubang, cahaya merambat seperti ombak. Rambatan itu akan diteruskan melalui dua lubang, kemudian ada bagian yang saling menguatkan menjadi terang dan saling melemahkan menjadi gelap. Jadilah pola gelap terang tertangkap di layar. 


Fakta ini menjadi menarik karena mematahkan hipotesis bahwa cahaya akan melewati salah satu lubang kanan atau kiri. Ternyata partikel cahaya bisa melewati dua-duanya simultaneously. Menurut eksperimen, partikel memang miliki sifat seperti ini, biasa disebut superposisi. Partikel bisa berada pada dua posisi dan dua kondisi yang berbeda pada waktu yang bersamaan. 

Ini seperti meme piring Schrodinger saja, coba rasakan gambar berikut. Piringnya berada pada kondisi broken sekaligus not broken...


Kembali ke masalah celah ganda, fakta yang lebih mencengangkan adalah ketika peneliti memutuskan bergerak satu langkah lebih jauh. Bagaimana kalau sebuah detektor dipasang untuk mengetahui secara pasti cahaya lewat lubang kanan atau kiri. Secara mengejutkan, sifat ketidakpastian dimana cahaya merambat seperti gelombang hilang, sekarang cahaya bisa diketahui lewat kanan atau kiri, dan bayangan di layar berubah menjadi dua titik terang bukan lagi pola gelap terang.


Anehnya, jika detektor dimatikan, pola gelap terang akan kembali terbentuk. Perubahan output antara gelap terang dan dua titik terang ini seolah sangat bergantung pada ada tidaknya aktivitas deteksi. Ini seperti sebuah kelas yang ribut lalu guru killer masuk dan seketika diam, kemudian ketika gurunya keluar kelas itu ribut lagi.

Detektor ini mau dipasang di depan atau belakang lubang hasilnya tetap sama: jika ada observer, sifat partikel menjadi definitif/jelas. Definitif disini maksudnya jelas posisinya dimana dan kondisinya seperti apa.

Yang menjadi perdebatan adalah bagaimana pengukuran menggunakan detektor ini bisa menghilangkan sifat ketidakpastian partikel? Kemudian mana yang berperan menyebabkan perubahan ini, apakah alat detektornya, program interpreternya, atau manusia penelitinya?

Ada beberapa pendapat soal ini. Salah satunya adalah bahwa kesadaran (consiousness) menusia peneliti lah yang mengeliminasi sifat ketidakpastian partikel. Kesadaran inilah yang membuat sesuatu terdeteksi dan terkuantifikasi tepat saat observasi atau pengukuran dilakukan.

Untuk mempermudah, bayangkan guru killer dan kelas ribut tadi. Guru killer adalah observer, murid-murid yang ribut di kelas adalah sifat uncertainty partikel. Keributan (uncertainty) berlangsung selama guru tidak melihat dan tiba-tiba hilang/hening ketika sang guru muncul di depan pintu.

Sekarang, alam semestika ini kan sudah mawujud. Mulai partikel terkecil hingga planet dan galaksi sudah terbentuk. Kalau begitu pasti ada Zat yang lebih besar dari ini semua, yang menciptakan dan mengatur, sebagai observernya kan?

Yoshie Shiratori

Yoshie Shiratori lahir di Aomori, Jepang pada 31 Juli 1907. Pria ini terkenal karena sepak terjangnya empat kali meloloskan diri dari penjara di Jepang. Ceritanya dimulai ketika ia ditangkap dengan tuduhan melakukan pembunuhan yang sebenarnya tidak ia lakukan. Proses persidangan tengah berjalan dan hukuman maksimal yang menanti adalah hukuman mati.

Shiratori menjalani masa tahanan di penjara Aomori, kota tempat dia tinggal. Statusnya adalah kriminal biasa dan ditempatkan di sel yang biasa pula. Tanpa petugas tahu, Shiratori yang tumbuh di lingkungan yang keras punya berbagai keterampilan, termasuk lock-picking alias skill membuka kunci dengan alat seadanya.

Bulan demi bulan berjalan, Shiratori memperhatikan rutinitas para penjaga. Dia menyimpulkan patroli penjaga akan lewat di depan selnya setiap 15 menit sekali. Jendela waktu yang cukup sempit untuk melarikan diri. Kalaupun dia bisa membuka beberapa kunci, dia masih akan berada pada search perimeter yang membuatnya dengan mudah tertangkap kembali.

Shiratori tidak kekurangan akal, dia menumpuk perkakas dan papan kayu di atas tempat tidurnya lalu menutupkan selimut di atasnya. Itu adalah usaha terbaik yang bisa dia lakukan untuk membeli waktu. Memanfaatkan kawat bekas yang dia peroleh dari ruang mandi, dia akan keluar dengan skill lock-pickingnya, sambil berharap penjaga yang lewat di depan selnya tidak sadar bahwa dia telah menghilang.

Usahanya berhasil, penjaga tidak menyadari bahwa yang ada di atas tempat tidur adalah tumbukan perkakas. Ketika keesokan harinya tipuan ini ketahuan, Shiratori telah jauh, statusnya berubah menjadi buronan.

Kabur dari penjara adalah satu hal, tapi bertahan hidup sebagai buronan adalah hal lain. Dia tidak mungkin kembali ke keluarganya karena yakin polisi pasti mengawasi. Untuk sementara dia harus bertahan hidup sendiri, tanpa bekal. Bagaimana caranya?

Tiga hari kemudian dia berusaha mencuri makanan dari sebuah rumah sakit. Sialnya dia tertangkap. Catatan keberhasilannya kabur dari penjara Aomori memperberat hukumannya, kini ia dijatuhi hukuman seumur hidup. Menyadari kemungkinannya untuk hidup bersama keluarga lagi semakin kecil, Shiratori tidak punya pilihan lain selain melarikan diri lagi.

Aparat hukum kini telah sadar bahwa Shiratori adalah orang yang berbahaya. Tidak seperti sebelumnya, kini dia ditahan di penjara Akita. Sepak terjangnya melarikan diri dari penjara membuat sipir-sipir di penjara Akita ingin memberinya pelajaran. Setiap hari Shiratori menerima perlakuan yang menyiksa fisik dan mental. Hanya satu orang penjaga, Kobayashi, yang menaruh iba pada Shiratori, dia tidak ikut melakukan kekerasan, hanya menjalankan tugas sesuai aturan pekerjaan. Bahkan kadang-kadang menengok ke sel untuk memastikan Shiratori baik-baik saja.

Dia ditempatkan di sel isolasi untuk mencegahnya melarikan diri. Selnya jauh lebih sempit dan tinggi daripada sewaktu di Aomori. Hanya ada satu lubang ventilasi dengan batang-batang besi dan tempatnya cukup tinggi. Nyaris mustahil untuk meraihnya apalagi dinding sel dilapisi lembaran tembaga halus yang membuatnya luar biasa sulit didaki.

Lebih dari itu, Shiratori selalu diborgol di dalam selnya. What can go wrong?

Turns out, Shiratori punya kemampuan memanjat a la cicak, jauh lebih tinggi daripada kemampuan normalnya manusia. Dengan menempelkan kedua telapak tangan dan kakinya, dia bisa menggapai ventilasi yang tinggi tadi. Dia tahu bahwa meskipun penutupnya terbuat dari batang besi, frame-nya hanya kayu. 

Setiap malam ketika penjaga tidak melihat, dia akan memanjat sampai ke ventilasi lalu menggoyang-goyangkan rangka kayu hingga lama kelamaan mengendur. Waktu demi waktu berjalan dan akhirnya penutup ventilasi berhasil dia lepaskan. Kini tinggal menunggu waktu terbaik untuk lompat keluar dan lari. 

Bagaimana dengan borgolnya? Sesungguhnyalah borgol tidak mempan baginya karena dengan mudah ia dapat membuka dan memasangnya kembali setelah selesai menggoyang ventilasi. Ketika hari yang diyakini tiba, dia akhirnya melepas borgol dengan menghentakkan tangannya hingga rantainya putus (ya, dia juga punya kekuatan otot luar biasa), memanjat ke ventilasi, lalu melarikan diri.

Hari itu cuaca sedang buruk sehingga penjaga lengah dan tidak mendegar suara-suara mencurigakan karena kalah dengan suara hujan. Ketika akhirnya mereka sadar sel Shiratori kosong, penghuninya telah jauh. Pelarian kedua berhasil, dan kali ini dia cukup pintar untuk tidak ketahuan mencuri lagi.

Tiga bulan berselang kejadian mengejutkan terjadi di kediaman Kobayashi, salah satu sipir penjara Akita. Di pagi yang damai pintu rumahnya diketuk. Ketika pintu dibuka terkejutlah dia karena yang ada di depannya adalah Shiratori, napi yang dua kali kabur dari penjara. Setelah keterkejutannya lewat, Kobayashi mempersilakannya masuk.

Shiratori bercerita bahwa dia tidak masalah dihukum, namun perlakuan semena-mena dari para penjaga membuatnya tak tahan. Dia kini ingin meminta pertolongan pada Kobayashi. Dia bersedia untuk kembali dipenjara asal diberi kesempatan menghadap ke Kemenkumham-nya Jepang. Dia ingin memprotes manajemen dan sistem penjara Jepang yang korup dan tidak manusiawi. Dia meminta Kobayashi sebagai satu-satunya penjaga yang bersikap baik padanya ,sekaligus petugas yang sudah cukup senior untuk menjadi perantara. 

Obrolan pun berlanjut ngalor ngidul. Ketika Shiratori mandi, Kobayashi menelepon polisi. Seketika itu pula Shiratori ditangkap di rumah Kobayashi. Dia bersumpah tidak akan pernah percaya aparat penegak hukum lagi.

Kali ini Shiratori dijebloskan ke penjara Abashiri di Hokkaido bagian utara, wilayah terdingin di Jepang. Tujuannya untuk memperkecil kemungkinan dia kabur lagi. Kalaupun berhasil keluar penjara, mustahil dia bisa survive di tengah pegunungan bersalju.

Selnya pun dibuat khusus dengan ventilasi yang diperkuat. Ukuran lubangnya dibuat lebih kecil daripada badan Shiratori. Borgol yang dipakai kini bukan lagi borgol rantai biasa, rantainya diganti dengan besi padat seberat 20 kg. Tidak ada lubang kunci untuk mencegah Shiratori melakukan lock-picking lagi. Semua dipelajari dari pelarian-pelarian sebelumnya. Perlakuan para penjaga? lebih buruk.

Musim dingin memperburuk keadaan Shiratori. Staminanya terbatas dan tidak mungkin melakukan pelarian. Jatah makanan miso soup-nya sengaja hanya diberikan setengah untuk memperlemah kondisi badannya. Shiratori hanya diijinkan mandi beberapa minggu sekali. Namun setelah semua itu, Shiratori berhasil bertahan hingga musim semi tiba.

Hingga suatu hari di bulan Agustus 1944, penjaga melakukan patroli rutin. Ketika tiba di depan sel Shiratori dia terbelalak. Alas tidur dan pakaian tahanan terlipat rapi. Borgol besi padat tergeletak di sampingnya. Shiratori sudah tidak ada di tempatnya.

Dengan level keamanan setinggi penjara Abashiri bagaimana Shiratori melarikan diri?

Ternyata selama ini setiap mendapat jatah makan miso soup, Shiratori selalu menyisakan sebagian kuahnya. Dengan semaksimal mungkin menggerakkan badannya dia berusaha menyiramkan kuah ini ke borgol dan penutup ventilasi. Dia berpikir kandungan garam dalam kuah itu akan membuat besi cepet berkarat. Dugaannya benar, setelah beberapa bulan borgol dan tutup ventilasi berhasil dilepaskannya. Ajaib.

Tapi masalah belum selesai, jika ukuran lubang lebih kecil dari badannya bagaimana dia bisa pergi? Terkuaklah superpower Shiratori berikutnya, dia sangat lentur dan bisa menggerakkan sendinya semau dia. Kemampuan ini membuatnya bisa masuk ke lubang yang lebih kecil dari badannya, asal masih lebih besar dari tengkoraknya.

Setelah keluar dari penjara Abashiri kini Shiratori harus berhadapan dengan situasi ekstrem pegunungan utara Jepang. Keengganannya untuk percaya pada orang asing membuatnya memutuskan untuk hidup menyendiri di pegunungan. Dia menemukan situs bekas pertambangan yang bisa digunakannya untuk tinggal. Dia menetap disana selama 2 tahun, hidup secara berburu dan meramu.

Setelah dua tahun akhirnya Shiratori berjalan ke desa terdekat untuk pertama kalinya. Dia takjub dengan perubahan yang terjadi. Jalanan dipenuhi tulisan-tulisan dalam bahasa Inggris, banyak orang kulit putih beraktivitas di berbagai tempat, dan tidak ada lagi propaganda perang Jepang. Dia berusaha mencari tahu apa yang terjadi dengan membaca koran bekas yang bisa didapatnya.

Ya, periode dua tahun antara 1944 hingga 1946 banyak peristiwa terjadi di Jepang. Bom Hiroshima dan Nagasaki meluluhlantakkan Jepang dan membuatnya menyerah pada sekutu. Amerika mengambil alih pemerintahan Jepang termasuk pengelolaan penjara. Wajar jika pencarian atas Shiratori tidak segencar sebelumnya. Perubahan ini mendorong Shiratori untuk meninggalkan Hokkaido. Dalam 50 hari dia berhasil mencapai Sapporo.

Saat tiba di Sapporo Shiratori memetik beberapa buah tomat dari sebuah kebun. Di luar dugaan sang pemilik kebun memergokinya dan mengiranya pencuri lokal yang selama ini dia cari. Terjadi perkelahian, malang nasib pemilik kebun perutnya tertusuk sekop, malang pula nasib Shiratori karena tertangkap lagi. Polisi tahu bahwa yang ditangkapnya adalah salah satu orang paling dicari di Jepang, bukan sekedar pencuri tomat.

Shiratori dijebloskan ke penjara untuk keempat kalinya, kali ini di penjara Sapporo. Selnya dibuat lebih hardcore lagi dengan bukaan ventilasi yang lebih kecil dari kepalanya, bukan hanya badannya. Enam orang petugas bersenjata ditugaskan khusus mengawasi Shiratori. Sang tahanan tampak depresi dan terus memandang ke langit-langit sel dengan tatapan kosong.

Hingga suatu hari, untuk keempat kalinya, Shiratori berhasil kabur lagi.

Shiratori kabur dengan memanfaatkan satu-satunya kelemahan selnya dan kelengahan penjaga. Tingkahnya selalu melihat ke atas bukanlah pertanda depresi, melainkan usahanya mengecoh penjaga agar mengira dia akan kabur lewat ventilasi atau atap lagi. Padahal dia sudah menemukan jalan yang lebih mudah, menggali. Mirip Shawsank Redemption, bedanya Shiratori menggali lantai, bukan dinding seperti Andy Dufresne. Kalau Dufresne menggunakan poster besar untuk menutupi lubang galian, Shiratori menggunakan alas tidurnya. 

Belum selesai, tapi sebentar lagi happy ending..

Setelah satu tahun mengembara sebagai homeless di Sapporo, suatu siang Shiratori beristirahat di sebuah bangku taman. Tiba-tiba seorang polisi yang sedang patroli duduk di sampingnya untuk merokok. Polisi itu tidak tahu bahwa yang di sampingnya adalah Shiratori. Shiratori berusaha tetap tenang sambil mencari cara untuk memisahkan diri tanpa mengundang kecurigaan.

Hingga sang polisi melakukan sesuatu yang tak terduga: mengeluarkan sebatang rokok dan menawarkannya pada Shiratori. Ia tertegun, untuk pertama kalinya setelah sekian lama akhirnya dia mendapat perlakuan penuh hormat, dari seorang polisi pula. Rokok adalah barang mewah di Jepang waktu itu, dan membaginya pada orang tak dikenal adalah bukti ketulusan tingkat tinggi. Shiratori telah bersumpah tidak akan percaya aparat lagi setelah dikhianati Kobayashi, tapi sebatang rokok itu meluluhkannya.

Dengan gejolak dalam hatinya, akhirnya dia mengakui namanya 'Yoshie Shiratori', dan bahwa dia kabur dari penjara Sapporo tahun sebelumnya. Shiratori sangat sadar akan konsekuensinya, dia ditangkap lagi.

Tapi kali ini berbeda, tampaknya sistem peradilan Jepang mulai berubah. Banyak pihak mulai menaruh iba pada Shitatori. Kasusnya di masa lampau ditinjau lagi. Masih ingat pembunuhan pemilik kebun? Kasus itu dicabut dengan pertimbangan Shiratori dalam posisi membela diri. Shiratori tetap dijatuhi hukuman 20 tahun, namun dia ditahan di penjara Fuchu di Tokyo yang beriklim hangat sesuai permintaannya.

Perlakuan penjaga kini jauh lebih baik pada Shiratori. Masih ada upaya-upaya untuk mencegah pelarian terjadi lagi. Namun bagi Shiratori itu tidak penting karena dia telah merasakan damai dan mendapatkan keadilan. Perjuangannya melawan sadisnya penjaga, jeruji penjara, iklim Jepang utara, hingga ancaman hukuman mati telah cukup baginya. Lagi pula dia sudah semakin menua, staminanya sudah melemah.

Shiratori menjalani hukuman dengan penuh tanggung jawab. Dari 20 tahun masa hukuman, dia bebas setelah 14 tahun karena berkelakuan baik. Shiratori menjadi napi teladan di penjara Fuchu. Kini dia telah secara resmi menjadi manusia bebas. Dia kembali ke Aomori untuk berkumpul dengan anak perempuannya, sayang istrinya sudah meninggal dunia. Aomori meninggal pada tahun 1979 karena serangan jantung pada usia 71.

Yoshie Shiratori menjadi legenda, antihero di Jepang. Kisahnya diangkat dalam novel dan manga. Dia dibuatkan replika di Abashiri Prison Museum sebagai pengingat. Bagaimanapun namanya tidak bisa dilepaskan dari revolusi sistem hukum dan HAM di Jepang.