Bronchitis


Masa libur lebaran kemarin saya manfaatkan salah satunya untuk cek kesehatan. Untuk suatu keperluan saya butuh surat keterangan sehat, bebas TBC, dan bebas narkoba. Bicara rumah sakit pemerintah urusannya lebih gampang di Bantul daripada RSHS jadi sekalian periksa mumpung di rumah.

Atas bantuan budhe yang seorang dokter di RSUD Bantul, surat-surat itu alhamdulillah bisa didapat sebelum layanan tutup libur lebaran...

Surat keterangan sehat cleared, udah sering lah ya tes ini

Bebas narkoba cleared, tes urin aman, pertama kali masuk poli jiwa lancar

Bebas TBC, suratnya dapat karena memang tes rontgen dan dahak menyatakan bebas TBC. Tapi ada catatan.



Saya memang bebas TBC alhamdulillah. Tapi dari hasil foto x-ray malah baru tahu kalau ternyata punya bronkitis. Selama ini nggak pernah ada keluhan berkaitan dengan pernapasan jadi walaupun kondisinya masih ringan tetep agak kaget. Apalagi saya bukan perokok. Tapi dokter juga nggak terlalu khawatir sebenarnya.

Saya tidak merokok, tapi memang lumayan sering terpapar asap rokok di kantor. Selain itu sering meremehkan asap kendaraan di jalan. Kalau cuma dekat biasanya malas pakai masker.

Menurut alodokter.com,
Bronkitis adalah infeksi pada saluran pernapasan utama dari paru-paru atau bronkus yang menyebabkan terjadinya peradangan atau inflamasi pada saluran tersebut. Bronkitis akut biasanya akan menghilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu, jadi terkadang tidak diperlukan pengobatan untuk bronkitis. Selagi menunggu penyakit ini berlalu, Anda disarankan minum banyak cairan dan juga banyak istirahat. Pada beberapa kasus, gejala bronkitis bisa bertahan lebih lama.

Jadi ternyata bukan cuma perokok yang beresiko punya masalah paru-paru. Orang yang terpapar asap rokok dan asap kendaraan bisa menghadapi ancaman yang sama berbahayanya, atau bahkan lebih besar. Sekarang saya berusaha jauh-jauh dari perokok dan selalu pakai masker kalau di jalan.

Tubuh bukan barang sewaan yang bisa dikembalikan kalau rusak, jadi mari kita jaga baik-baik

Memiliki Kehilangan



Salah satu penyebab saya jarang ngepost kalau lagi liburan di Bantul adalah terbatasnya koneksi internet. Bisa sih bikin draft offline di laptop, tapi tetep kurang marem kalau nggak langsung di editor Blogger. Faktor kebiasaan sih. Tapi juga kalau offline jadi susah kalau mau cari-cari bahan atau gambar di internet.

Rumah kami agak jauh dari kota jadi wajar kalau koneksi internet kurang sip. Bapak Ibuk yang pakai internet sekedar untuk chat WA, baca berita, baca blog anaknya, dan kadang-kadang YouTube nggak masalah dengan ini. Mereka sudah terbiasa. Tapi saya yang terlanjut terbiasa internet-active suka geregetan.

Kondisinya memang berbeda dengan ketika saya di Bandung sehari-harinya. Karena kebetulan di kota jadi internet provider apapun 4G banter. Ketika pagi masuk kantor atau ketika sore pulang ke kosan juga semua gadget langsung terhubung wifi.

Entah kenapa ketika pulang ke Bantul saya seperti kehilangan sesuatu. Seperti ada sesuatu yang biasanya ada dalam genggaman jadi tidak ada, atau lebih tepatnya kadang ada kadang tidak. Ya sesimpel koneksi internet. Saya kecanduan internet ? mungkin, tapi kayaknya banyak yang begitu hehe. Lain waktu bahas soal kecanduan internet deh, InsyaAllah.

Saya pikir-pikir, kenapa ya sampai merasa begitu ? Di sisi lain petani-petani di kampung yang hp-nya belum tentu bisa buat internetan baik-baik saja. Dulu orang tua kita juga tumbuh dewasa tanpa internet dan bisa menjadi seperti sekarang. Berarti masalahnya bukan pada tidak adanya internet, tapi pada perubahan dari ada menjadi tidak ada.

Saya mengalami shock  ketika pindah dari tempat yang internet-rich ke tempat yang internet-rare. Yang membuat saya merasa kehilangan adalah karena sebelumnya terlanjur terbiasa dengan internet tahu-tahu perlu strugle untuk dapat sinyal 4G banter. Coba kalau di Bandung saya jarang pakai internet, pasti nggak ada masalah berarti. Atau andai saya lebih lama libur di Bantul-nya, pasti lama-lama terbiasa dan menjadi baik-baik saja.

Perubahan dari punya menjadi tidak punya lebih menyesakkan daripada tidak punya itu sendiri.

Mari kita bicara hikmah mumpung masih Syawal. Kita perlu bersyukur atas apa yang sudah diberikan Allah pada kita. Tapi saya jadi mikir, apa-apa yang kita pengen dan belum kesampaian untuk memilikinya, jangan-jangan itu karena Allah tahu kita belum siap andaikan nanti kehilangannya ? Manusia itu tahu sedikit tentang yang sekarang, gampang lupa dengan yang lalu-lalu, dan totally nggak tahu apa yang akan terjadi nanti.

Kedua, kehilangan sesuatu akan meninggalkan ruang kosong. Bisa ruang fisik, misal kehilangan kendaraan atau perabot rumah. Bisa 'ruang' waktu ketika seseorang kehilangan pekerjaannya. Bisa ruang batin kita seseorang kehilangan sesuatu yang dicintainya, kucing kesayangan mati misalnya. Susah untuk nggak bersedih, tapi jangan lupa bahwa ruang yang kosong itu bisa diisi hal yang baru. Kalau kamu sedang pada posisi itu, semoga Allah menggantinya dengan yang lebih baik dan lebih gampang kita menemukan syukur atasnya. Aamiin.

Rasa kehilangan hanya akan ada, jika kau pernah merasa memilikinya - Letto

Sekian. Saya baik-baik saja kok alhamdulillah tidak sedang kehilangan sesuatu. Cuma sebagai pengingat saja bahwa ada dua cara sesuatu hilang. Pertama, memang diambil dari kita. Kedua, kita yang memutuskan untuk meninggalkannya. 


Chandra

Boros Tak Selalu Buruk





Kenapa Idul Fitri di Indonesia rame ? Selain jumlah umat muslim Indonesia yang segunung, juga karena lebaran adalah saat dimana uang sedang beredar banyak-banyak di masyarakat. Vendor pengisi ATM siaga penuh. Nafsu belanja lagi tinggi-tingginya. Nikmat orang yang berpuasa selain waktu berbuka adalah datangnya lebaran.

Beberapa hari terakhir ramadhan sekaligus beberapa hari menjelang lebaran, orang berbondong-bondong berbelanja mulai dari kue kering untuk suguhan, bahan masak opor, pakaian untuk tampil, gadget, emas/perhiasan, sampai kendaraan. Terpantau populasi kendaraan ‘plat putih’ meningkat menjelang lebaran.

Mulai dari kios sembako di pojok Pasar Ngangkruk sampai outlet produk branded di Hartono Mall meriah menjelang dan sesudah lebaran. Mungkin hanya 1 syawal aja yang agak sepi karena orang-orang masih sibuk berbahagia dengan keluarga, sisanya adalah primetime buat golongan orang yang suka belanja dan pengusaha yang ingin memanfaatkannya.

Lebaran boros. Apa-apa ingin dibeli. Belum lagi ponakan yang jumlahnya berlipat dan tuntutan angpaonya nambah terus. THR nggak nutup katanya. Banyak yang jebol katanya.

Tapi apa benar hobi belanja dan jajan (makan) itu jelek ? menurut saya nggak selalu.

Waktu 10 tahun yang lalu ada krisis ekonomi, para ahli bilang bahwa yang menyelamatkan perekonomian Indonesia adalah kegiatan ekonomi akar rumput. Kenapa ? karena mereka membeli dari sesamanya, nglarisi dulur

Aktivitas ekonomi di pedesaan berpusat di pasar tradisional dimana pembeli dan penjualnya adalah orang sekitar pasar itu. Kalau mau lebih lengkap paling swalayan yang pemiliknya juga orang setempat, bukan jaringan mart-mart itu. Butuh daging ayam ? beli di pasar. Telur asin ? kampung sebelah ada yang bikin. Servis motor ? keluar pinggir jalan raya ada bengkel. Es kepal milo ? deket rumah ada tetangga jualan.

Seorang anak yang baru dapat angpao ke konter pulsa beli paket data untuk main mobile legend. Pemilik konter bisa ke pasar beli sepeda untuk anaknya. Penjual sepeda beli bakso. Pegawai warung bakso gajian, bisa beli alat tulis dan sepatu untuk tahun ajaran baru. Pegawai yang lain bisa renovasi rumah biar cakep pas banyak tamu waktu lebaran, dia minta tolong tetangganya untuk ngecat. Tetangganya bisa beli . . beli apa ya . . bisa beli khong guan buat suguhan misalnya. Yagitu, muter terus, itulah kenapa namanya “memutar roda perekonomian”.

Ada sebuah daerah di Amerika yang dulu memiliki budaya yang ketat mengatur kalau beli apa-apa dari tetangga atau saudaranya. Efeknya, ketahanan terhadap gejolak ekonominya luar biasa. Yang deket ada juga, salah satu komunitas dalam Islam di Indonesia mempraktekkan hal serupa.

Semua orang punya andil dalam perputaran ekonomi ini dengan perannya masing-masing. Posisi dan besarnya juga sendiri-sendiri.

Yang jadi masalah adalah ketika kita memaksakan untuk mendayung dengan dayung yang terlalu berat sampai kita sendiri tidak mempu mengangkatnya. Kalau mesin kita 110cc ya nggak usah memaksakan menggerakkan Harley. Kita sering nggak sadar sampai spending ini jadi nggak sehat. Boros ini yang buruk. Ini yang bikin jebol. Betapa penting yang namanya proporsional.

Ketika old money liat brosur Juke dan dua hari kemudian sudah ready di garasi, apakah itu buruk ? Enggak jika dilihat nilainya karena itu kecil bagi dia. Tapi perlu dicek juga apakah ada unsur kesia-siaan ? Kalau sia-sia ya nggak bagus juga.

Ada beberapa komponen penunjang pertumbuhan ekonomi. Tahu nggak apa yang signifikan untuk Indonesia ? Yang membantu Indonesia jumawa punya angka selalu lebih tinggi dari Jerman. Itu adalah konsumsi. Siapa yang paling berperan dalam konsumsi ? Kelas menengah. Kita-kita ini.

Kita ini yang ribut ingin ini itu. Ingin nonton bioskop, makan donut JCO, es kepal milo, paket internet, baju lebaran, kosmetik, sepatu, setrika, TV, Iphone buat selfie-depan-cermin, hingga beli motor sampai jumlah motor lebih banyak daripada jumlah orang di rumah. Duitnya muter muter muter muter terus. Sehat negara ini. Merdeka!

Nggak usah sok bicara revolusi, demo, ganti presiden, tetap jokowi, ngancam golput, dll. Just shup up and go spend your money di warung tetangga.


Chandra







Allah Kalau Kasih Hujan . .




Allah kalau kasih hujan nggak peduli pohon itu tinggi atau pendek, semua basah. Jadi tidak usah dibanding-bandingkan, kalau pohon kelapa lebih tinggi dari yang lain itu karena pohon kelapa ya begitu itu, pohon yang lain ya begitu itu. Sama, kalau Allah kasih hidayah tidak memandang umurnya, apakah dia tua atau muda, umurnya berapa, semua dapat.

Kira-kira begitu kata-kata Cak Nun dalam salah satu forum Kenduri Cinta.

***

Pasalnya saya baru terkesima nemu blog milik seorang adik*. Usianya beda kira-kira 3 tahun lebih muda dari saya. Dia sudah menulis sejak 2010 (dan gak gonta-ganti blog), waktu itu mungkin baru lulus SD. Awkward sendiri kalau ingat dulu waktu usia segitu ngapain sehari-harinya.

Kalau saya baca tulisan tahun 2018 berarti itu karyanya pada usia sekitar 20 tahun, sama dengan saya waktu tahun 2015. Tahun 2017 dia ekuivalen dengan 2014 saya, 2016 dia dengan 2013 saya, 2015 dia dengan 2012 saya, dst sampai 2010 dengan 2007. . .

Saya jadi berada diantara malu dan kagum. Malu karena blog ini belum seberapa umurnya tapi udah banyak omong. Kagum karena orang yang hanya baca tulisannya tanpa kenal dengan orang dibaliknya pasti salah menebak usia penulis. Pemikiran, ide, dan cita-citanya sama sekali bukan seperti anak kelahiran 1998. Sangat dewasa.

Tulisannya memang nggak banyak, tapi bobotnya jangan ditanya. Banyak inspirasinya. Dia menuliskan dalam catatan blognya :
"Apa-apa yang ditulis diharapkan menjadi media pengingat juga bahan renungan bagi penulis pribadi sebenarnya"
Percayalah dik, kamu bisa menginsipirasi banyak orang melalui tulisanmu. Proud of it.



*adik sepupu, baru ketemu lebaran ini setelah sekian lama

***

Selamat Idul Fitri 1439H
Taqabbalallahu minna waminkum
Mohon maaf lahir dan batin