Jakarta Jam 2 Pagi


Jakarta jam dua pagi adalah
Travel menuju Blora dan Luwansa yang kepagian
Stasiun Senen dengan dentuman orkes dan jajanan
Busway malam yang kosong namun tetap lalu lalang

Jakarta jam dua pagi adalah
Jalanan yang panjang lebar namun lengang
Gedung-gedung tinggi yang sunyi
Lampu merah yang semakin tidak dipatuhi

Jakarta jam dua pagi adalah
Kopi sepeda rehat di bahu jalan raya
Tunawisma lelap di trotoar
Warung kopi yang mulai sepi

Jakarta jam dua pagi adalah
Pekerja proyek LRT yang tengah bekerja
McD Sarinah yang tetap sarat anak muda
Bapak-bapak bercengkrama di pos ronda

Jakarta jam dua pagi adalah
Orang-orang yang masih terjaga
Mengendapkan pikiran setelah hari yang berat sebelumnya
Dan kembali harus berjuang beberapa jam setelahnya

Jakarta jam dua pagi
Bebersih sejenak sebelum kembali melayani penduduknya
Yang selalu punya mimpi dalam tidur lelapnya

Rute Galau


Sebagai orang yang coping mechanism-nya riding naik motor tanpa tujuan, saya lumayan rajin eksplor jalanan di kota-kota tempat saya tinggal. Kadang untuk membersihkan pikiran atau sekedar membunuh waktu menunggu buka puasa. Beban kuliah maupun pekerjaan, aktivitas yang memosankan, konflik pertemanan hingga percintaan semua butuh pelampiasan. Tiga kota Jogja, Bandung, dan Jakarta memberikan jalan.

Jogja

Anak muda Jogja pasti sepakat bahwa tidak ada rute yang lebih baik untuk merenung bahkan menangis di Jogja selain sepanjang Ring Road. Jalannya lebar, lampu merahnya jarang, bebas macet, dan jalur motor terpisah dari jalur cepat sehingga kalau sedang sedikit melamun nggak akan tiba-tiba disalip bus Mira. Helm dan maskermu akan menutupi air matamu.

Karena Ring Road mengitari Kota Jogja jadi mudah dijangkau dari segala penjuru. Jadi orang Bantul, Sleman, Kulonprogo, dan Gunungkidul tinggal menuju ke persimpangan Ring Road terdekat untuk kemudian masuk jalur dan berkontemplasi. Pelaku juga tidak perlu memikirkan belok, ikuti saja jalan utamanya maka setelah satu putaran akan kembali ke titik yang sama.

Kalau sebenarnya punya tujuan, atau lewat Ring Road dalam perjalanan pulang, hal yang sama bisa dilakukan. Sebab secara teknis jalan ini adalah alternatif paling nyaman dan sejuk (karena bisa ngebut) untuk pindah dari satu tempat ke tempat lainnya di Jogja. Daripada lewat dalam kota, macet bos!

Flyover Janti, Jombor, underpass Kentungan, dan jembatan layang di Ring Road barat yang saya nggak tahu namanya itu juga bikin perjalanan nggak datar-datar amat. Kalau jalur cepat sedang kosong bolehlah sekali-kali masuk pakai motor. Tapi ya biar wangun lakukan jika dan hanya jika motormu minimal 250cc, kalau Beat mending tetap di jalur lambat. *guyon dab

Bandung

Motoran di Bandung adalah hal yang menyenangkan karena sejuk dan banyak jalan dipayungi pepohonan rimbun. Bahkan kalau terpaksa tengah hari masih di jalan juga panasnya tidak membakar. Suhu di Bandung rata-rata 5-6 derajat celcius lebih rendah daripada Jogja, lebih-lebih Jakarta.

Tapi kalau mau rute yang lebih dingin lagi, saya tahu jawabannya. Sekaligus ini rute yang sering saya lewati ketika menjadi penduduk Bandung bagian utara. Rute merenung sekaligus ngadem paling paten di Bandung: naik ke Lembang via Dago, bukan via Setiabudi ya, disana mah isinya mobil-mobil dari Jakarta, macet, dan kanan kirinya villa.

Dari seluruh penjuru Bandung menujulah ke Simpang Dago yang terkenal dengan mekdi-nya itu. Lalu naik ke arah Dago Pakar. Setelah melewati terminal Dago ambil jalan yang nyempal ke kiri menuju Desa Mekarwangi. Nah dari situ ikuti terus jalannya maka kita akan disambut pemandangan bukit hijau, lembah, dan sawah. Filing gud lakasud.

Ikuti jalan itu terus dan udara akan terasa semakin dingin sampai akhirnya tiba di Lembang. Kalau waktu masih ada bisa dilanjut sampai Cikole lalu ngadem di kebun teh. Kalau lapar bisa mampir Punclut, makan sambil memandang Kota Bandung dari atas bukit. 

Jakarta

Saya belum lama di Jakarta tapi sudah punya satu rute recommended yaitu memanjang dari Monas ke selatan sampai ujung Jaksel. Keliling kompleks Monas lewat Jalan Medan Merdeka enak asal tidak sedang macet. Lalu disambung ke arah Bundaran HI dan menyusuri jalan Sudirman. Simpang susun Semanggi bablas tapi jangan lewat jalur mobil karena pasti ditilang. 

Selanjutnya adalah jalan paling rapi di Indonesia dengan pemandangan sebelah kanan kompleks Gelora Bung Karno dan sebelah kiri perkantoran mewah SCBD. Tentu ada stasiun MRT dan jembatan penyeberangan fancy berkah Asian Games. Jalannya lebar banget tapi pelan-pelan saja nikmati momen.

Sampai Bundaran Senayan bisa putar balik atau lanjut menyusuri jalan Panglima Polim - Fatmawati di bawah rel MRT. Agak menyempit dan sarat traffic light tapi lumayan rapi karena belum lama dibangun. Lurus sampai tembus JORR. Tapi karena ini membahas soal motor jadi kita nggak bisa masuk jalan tol. 

Belok kiri lewat depan Cilandak Town Square. Lalu kiri lagi masuk ke Jalan Pengeran Antasari. Jalannya lega juga dan tinggal diikuti terus jalan utamanya maka kita akan balik lagi ke Blok M, kalau lurus lagi tembus ke Bundaran Senayan. Tibalah kita kembali di jalan paling rapi di Indonesia.

----

Tulisan diatas di-compile dari pengalaman pribadi dan beberapa teman. Intinya, seruas jalan walaupun nggak benar-benar sunyi tapi bisa jadi salah satu tempat untuk menyepi. Tapi di jalan yang banyak orang berlalu lalang, sedang semewek apapun pastikan untuk tetap berhati-hati. Ride safe!


Banyak kenangan terserak di jalanan
Chandra

Ngerandom Smartphone Murah Wish Dot Com


Bro, lu mau hape flagship sejutaan kagak?

Lah, hape apaan??

Nih ada nih flagshipnya Samsung S20 ceng go doang

Apa nambah 200an dapet ni kakaknya S21 (kameranya rapi bener)

Nanggung sih, mending langsung lompat aja ke S30, gapapa notchnya kaya siomi 

Apa ini aja hapenya para bos bos, harga sama udah dapet S Pen pula

Apa Nova eh Nowa 1,5 udah dapet Deca Core sama 32 Million HD Rear Cameras

Cuma mau ngasih tahu aja nih, yang bener tu Wawei bukan Huawei, eh tapi deskripsinya Hawei, gimana sih ini, yang penting 4K

Edan po P40 14 juta gaada Google-nya, kita nih bikin P41 under 2 juta udah bisa buka maps

Tambahin dikit gan, jadiin P43 Pro sekalian

Teruntuk sobat Oppo, yang asli mah Rino bukan Reno, btw udah 3G lho

Apple product gaada KW-nya? Jare sopo. Nih kamera boba bisa lah buat selfie di toilet XXI

Yang gedean nih, I Pad Android, buat pegangan anak boleh juga sih

Itu aja dulu, maaf random dan nggak berfaedah wkwk

Mau cek produk-produk lain cek wish.com

Hape-hape diatas for gaya-gayaan purpose only, kalau dibayar tetep datang barangnya tapi jangan berharap spek sama desainnya sama kaya yang difoto ya. Ada uang ada barang.

Cen ampuh tenan negara yang satu itu soal berburu dan meramu meniru.

Internal Memo


Alasan saya tidak banyak bicara ketika berkumpul dengan orang-orang adalah karena takut kata-kata saya akan menyakiti mereka. Hurt someone's feeling the last thing I want to do. Tapi dalam perjalanannya ada momen-momen dimana saya tidak dapat menghindar untuk tidak melakukannya.

Sejak awal blog ini dibuat sebagai dokumentasi sekaligus branding diri. Tapi saya tidak ingin apa yang terlihat disini menjadi terlalu palsu. Orang perlu tahu bahwa saya punya banyak belang, bahwa saya jauh dari kata sempurna, even jauh dari baik. Saya merasa memakai topeng yang sudah terlalu tebal dan merasa berat menaggungnya.

Saya adalah pengambil keputusan yang belum dewasa, tidak pandai menakar batas-batas. Lalu terjebak pada kondisi dimana keputusan harus diambil, dan yang tidak kalah sulit, disampaikan. Sering terbayang orang-orang yang pernah saya sakiti selama perjalanan ini. Rasanya ingin kembali ke masa lalu membawa pengetahuan masa sekarang, meminta maaf dengan sebenar-benarnya lalu mengatakan bahwa masa depanmu hebat, you deserve the better.

Berada di persimpangan dua pilihan, belum tentu yang tidak dipilih adalah yang lebih tidak baik. Terlalu banyak variabel disana untuk dijelaskan dalam paragraf-paragraf. Tanpa diminta bertanggung jawab pun saya sudah merasa sangat bersalah. Saya buruk dalam mengukur, melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang akan seperti apa juntrungannya.

Saya terlalu dingin dan kaku sehingga sering lupa memikirkan perasaan orang. Coba saja dulu, efeknya kaya apa dipikir belakangan. Mesin bisa diperlakukan begitu, tapi tidak dengan manusia. Kurang ajar memang. Kalau mau marah, silakan. 

Kumohon tetaplah tegak, kamu hebat.

Maafkan aku untuk kesekian kali...

Salam,
Chandra

Ikan Kecil di Kolam Besar


Dalam periodisasi major selama 25 tahun usia, saya beberapa kali pindah dari kondisi ikan kecil di kolam besar ke ikan besar di kolam kecil dan sebaliknya. Kadang mengagetkan berubah dari inferior jadi superior lalu jadi inferior lagi. Tapi kalau diingat-ingat rasanya memang itu jalan yang tepat. Perpindahan itu perlu karena menjadi ikan yang terlalu besar di sebuah kolam kecil menyesakkan, dan menjadi terlalu kecil di sebuah lautan mengerdilkan.

Babak 1: 2001-2007 Masa-masa sekolah dekat rumah
Saya sekolah di SD inpres dekat rumah. Sekolah yang sangat sederhana dan lokasinya di desa. Semua muridnya adalah penduduk sekitar. Beberapa angkatan jumlah muridnya kurang dari 15 orang. Bahkan secara de jure sekolah ini sudah tidak ada karena tepat setelah saya lulus digabung dengan sekolah lain. 

Sekolah dekat rumah tidak bisa lepas dari sosiologi masyarakat desa, saya yang alhamdulillah berasal dari keluarga 'pegawai' jadi dapat predikat ikan besar yang tidak saya inginkan. Tapi secara akademik juga alhamdulillah saya tidak keluar dari 2 besar. Jadilah ketempelan status ikan besar yang sebenarnya mempersulit pergaulan. Kalau pernah di posisi saya Anda pasti paham.

Beberapa teman menganggap kehidupan saya seperti orang-orang kaya di sinetron: apa-apa dilayani pembantu, di dalam rumah pakai sandal hotel, tidur pake piyama, gak pernah panas-panasan wkwkwkwk padahal nyatanya beda 180 derajat. Aslinya tiap hari main bola sampe dengkul banyak luka, keluar rumah jarang pake alas kaki, nggak biasa gosok gigi sebelum tidur.

Babak 2: 2007-2010 Mencoba beranjak ke kota
Culture shock dong. Sebelumnya selalu ranking di SD tiba-tiba disatukan dengan ranking satu-ranking satu sekolah-sekolah bagus se-Bantul. Mana sebagian besar dari mereka gaya hidupnya lebih kota daripada saya. Ada anak pejabat Bantul, anak dokter kondang, anak pengusaha besar, dan lain sebagainya.

Nggak tahu kalau sekarang, tapi jaman dulu jalurnya anak Bantul untuk jadi dokter kondang jebolan UGM dan insinyur moncer kaya raya ya SMPN 1 Bantul. Sudah sejak tahun 70an, jamannya pakde-pakde, sekolah ini dianggap sebagai jaminan masa depan untuk masyarakat kawasan Jogja bagian selatan. 

Akademik ngedrop, pergaulan sempit, benar-benar jadi murid yang invisible alias nggak dianggap keberadaannya. Mutlak jadi ikan kecil di kolam besar.

Babak 3: 2010-2013 Ada keinginan yang tidak tercapai
For your information, jalur suteranya anak Bantul itu SMPN 1 Bantul - SMAN 1 Jogja/SMAN 3 Jogja - FK/FT UGM/ITB. Saya pun ingin dan sebenarnya memungkinkan untuk menempuh jalur itu karena walaupun di awal terseok-seok tapi di akhir masa SMP lumayan bunyi. Tapi karena beberapa alasan saya mengambil pilihan konservatif: SMAN 1 Bantul.

Sempat sedikit kecewa dan kehilangan semangat karena merasa kehilangan kesempatan. Sekolah ini bukan sekolah yang jelek, masih yang paling baik di Bantul. Tapi ibaratnya di SMP tiga tahun menapaki tangga naik, tiga tahun berikutnya seperti berjalan datar - ketika sebenarnya merasa layak naik.

Tapi dari situ saya coba terapkan standar lebih tinggi dari yang diminta. Walaupun tidak instan tapi pada saatnya terlihat hasilnya. Beda dengan di SMP yang harus sikut-sikutan di level sekolah dulu, di SMA saya seperti punya 1 slot langganan ikut lomba-lomba berbau matematika dan fisika lalu bersaing dengan teman-teman dari SMA di Kota Jogja. Di tingkat sekolah saya merasa menjadi si ikan besar.

Babak 4: 2013-2017 Kuliah dan merantau
Kehidupan berulang, saya kembali berada di sisi inferior ketika bertemu dengan anak-anak dari berbagai daerah. Saya nggak bilang semua anak ITB brilian, tapi saya katakan sebagian besar dari mereka punya high achieving mentality pada apa yang mereka kerjakan. Kebanyakan tidak suka basa-basi, tidak suka membuang waktu, militan belajar hal baru, dan bisa berdiri di kaki sendiri.

Saya terintimidasi ketika di kelas tiba-tiba banyak teman menanyakan pertanyaan-pertanyaan cerdas pada dosen. Berbeda sekali dengan budaya di SMA yang cukup mendengarkan saja, mungkin ada pengaruh dari budaya sopan santun orang Jawa merasa tidak pantas bertanya pada orang tua. Saya jadi merasa belum paham apa-apa. 

Secara pergaulan juga entah kenapa yang dari daerah ini seperti sedikit di bawah anak-anak ibukota dan anak tuan rumah Bandung. Di kampus sapaan aku-kamu untuk teman sudah dianggap aneh padahal itu default lidah saya. Saya masuk ITB sebagai ikan sangat kecil di kolam besar. Tumbuh memang, tapi sampai lulus juga belum jadi ikan besar.

Babak 5: 2017-sekarang Dunia kerja dan masyarakat
Jika selepas kuliah saya langsung bekerja di perusahaan multinasional besar saya akan menganggap diri saya seekor ikan kecil. Tapi perusahaan saya yang dulu maupun yang sekarang bukanlah perusahaan yang dikenal banyak orang, walaupun tidak bisa dibilang kecil juga karena sudah Tbk. 

Di sisi lain saya punya idealisme yang masih di atas rata-rata. Mungkin karena sebagian coworker sudah berkeluarga. Tapi seperti ada yang hilang dari lingkungan saya yaitu high achieving spirit itu tadi. Meski begitu saya sadar bahwa ini adalah anak tangga yang harus dilalui lebih dulu jika ingin berada di tempat yang lebih tinggi.

Secara skill saya masih junior dan berada di tempat yang bukan blue chip, tapi di sisi lain masih punya idealisme dan keyakinan bahwa saya worth untuk sesuatu yang lebih besar di masa yang akan datang. Maka saya consider bahwa sekarang antara ikan kecil di kolam besar dan ikan besar di kolam kecil saya bukan dua-duanya. Setidaknya untuk saat ini, tidak tahu nanti.

Lalu apa?
Dari perjalanan yang sudah saya lalui, 25 years old me merasa bahwa menjadi ikan besar di kolam kecil atau ikan kecil di kolam besar hanyalah soal waktu. Tidak ada yang lebih mulia dan jelata dari dua itu. Yang tidak baik adalah menjadi terlalu besar atau terlalu kecil seperti yang saya tulis sebelumnya.

Perpindahan dari kolam besar ke kolam kecil dan sebaliknya belum tentu sesuai rencana. Justru perubahan mendadak itu yang banyak membentuk kita. Berubah dari superior menjadi inferior mengingatkan kita bahwa diatas langit masih ada langit dan bahkan belum tentu kita adalah langit. Maka harus lebih berhati-hati dan mengerti. Berubah dari inferior menjadi superior mengingatkan kita untuk menjadi berguna selagi bisa. Menjadi pupuk yang menyuburkan sekitarnya. 

Nyaris dalam semua perkara, punya kesempatan berada di dua sisi adalah tiket untuk menjadi orang yang punya empati. Tetaplah bersinar dimanapun berada. Tetap tersenyumlah biar semakin mudah.

Salam,
Chandra

A Lonely Root Three


I fear that I will always be 
A lonely number like root 3 (three) 

A 3 is all that's good and right 
Why must my 3 keep out of sight 
Beneath a vicious square root sign 
I wish instead I were a 9 (nine) 

For 9 could thwart this evil trick 
With just some quick arithmetic 
I know I'll never see the sun 
As 1.7321 (one point seven three two one) 

Such is my reality 
A sad irrationality 
When..hark!..what is this I see 
Another square root of a 3 

Has quietly come waltzing by 
Together now we multiply 
Form a number we prefer 
Rejoicing as an integer 

We break free from out mortal bonds 
And with a wave of magic wands 
Our square root sign become unglued 
And love for me has been renewed 

I am not a poet, it's from Harold & Kumar: Escape from Guantanamo Bay


Pabrik Pesawat Terbang



Bisnis layanan penerbangan jadi salah satu sektor yang mendapat pukulan paling keras atas perubahan yang terjadi selama pandemi Covid-19. Jumlah orang yang bepergian lewat udara menurun drastis hingga 70-90%. Pemerintah juga sempat melakukan penghentian operasi penerbangan umum sebelum akhirnya dibuka kembali dengan beberapa syarat.

Efek yang terlihat misalnya Garuda meng-grounded 70% armadanya serta tidak melanjutnya kontrak sebagian pilotnya. Lion Group (Lion, Wings, Batik) yang sempat beroperasi akan menghentikan operasinya kembali mulai 5 Juni hingga waktu yang belum ditentukan.

Efek domino menurunnya okupansi perjalanan udara merembet hingga sektor lainnya seperti layanan bandara, transportasi antar moda, in-flight catering, aircraft maintenance, hingga industri pembuatan pesawat terbang itu sendiri.

Kondisi benar-benar sulit jika perusahaan sekelas Boeing sampai kembang kempis. Boeing berencana mem-PHK hingga 6000 karyawan di minggu-minggu ini. Karena penurunan produksi pula mereka terancam harus mem-PHK 10% karyawannya hingga akhir 2020 atau setara 160.000 orang di seluruh dunia. Sementara itu Airbus membukukan kerugian hingga setengah milyar dollar pada kuartal pertama 2020. Hal ini disebabkan maskapai-maskapai yang mereview dan membatalkan rencana pembelian armada pesawat terbang baru.

Kesulitan bisnis yang dialami maskapai penerbangan di seluruh dunia membuat pembelian armada baru tidak jadi prioritas. Analogi sederhananya pemilik rental mobil akan berpikir berulang kali untuk membeli unit baru dalam kondisi permintaan konsumen yang menurun seperti saat ini.

Diperkirakan butuh waktu 2-3 tahun pasca corona bagi maskapai penerbangan untuk dapat mengembalikan state bisnisnya menjadi seperti tahun 2019. Artinya dalam 2-3 tahun ke depan akan ada adjustment rute dan jadwal yang sebagian besarnya berupa pengurangan karena diperkirakan jumlah pengguna angkutan udara juga berkurang.

Oleh karenanya pengadaan armada baru menjadi tidak terlalu diperlukan. Padahal maskapai-maskapai dengan layanan berjadwal adalah pasar besar bagi pembuat pesawat terbang. Saat ini hingga maskapai besar dan kaya seperti Emirates saja berada dalam posisi yang terancam membatalkan pembelian pesawat dari Boeing dan Airbus.

Pun nanti ketika industri layanan penerbangan sudah pulih, masih butuh waktu bagi industri pembuat pesawat terbang untuk ikut bangkit. Diperkirakan butuh waktu 2-3 tahun juga setelah frekuensi dan okupansi penerbangan normal hingga permintaan pesawat terbang baru kembali ke level membahagiakan.

Artinya pelaku industri pembuatan pesawat terbang harus menunggu hingga 4-6 tahun setelah corona reda hingga bisa kembali ke kondisi seperti tahun 2019. Kita berharap industri ini tetap mampu bertahan karena akan sangat dibutuhkan di masa yang akan datang.

Indonesia sendiri tidak lepas dari tekanan negatif penurunan bisnis akibat pandemi. Indonesia memiliki beberapa proyek pesawat penumpang yang tengah berjalan seperti N219 serta yang masih dalam rencana N245 dan R18. Kita tentu berharap proyek ini tidak berhenti, namun tidak bisa dipungkiri sekarang adalah masa yang sulit bagi para stakeholder yang terlibat dalam pekerjaan besar tersebut.

Terlepas dari pertimbangan politik (jika ada), secara teknis dan bisnis keputusan pemerintah untuk lebih memprioritaskan pengembangan drone/pesawat tanpa awak dibanding pesawat penumpang adalah hal yang masuk akal. 

Pesawat tanpa awak jelas tidak terpengaruh turunnya bisnis layanan perjalanan udara selama pandemi. Selain itu ada atau tidak ada pandemi, pesawat tanpa awak tetap dibutuhkan untuk berbagai keperluan seperti servey perbatasan, mapping, dan monitoring. Modal yang lebih kecil dan regulasi industri yang lebih sederhana juga membuat pengembangan pesawat tanpa awak lebih feasible untuk digenjot saat ini.


Chandra