Paspor Jalur Cepat


Kemarin saya menjumpai satu kebijakan pemerintah yang menurut saya bukan saja baik tapi juga pintar. Tahun 2016 lalu saya menulis soal bagaimana saya melakukan perpanjangan/penggantian paspor via calo karena harus segera jadi. Tulisan itu lumayan banyak dibaca sampai ada beberapa orang yang menghubungi saya untuk minta kontak orang yang bisa 'membantu' membuat paspor dalam waktu cepat tersebut. Kemarin saya buat paspor lagi dan sudah tidak ada calo jalur cepat ini. Bukan karena kantor imigrasi ditongkrongi petugas KPK/inspektorat, tapi karena kantor imigrasi sudah meng-outmarket calo-calo ini.

Saya membayangkan solusi ala pemerintah untuk melawan calo adalah memasang slogan-slogan anti pungli atau paling banter melakukan sidak. Dua itu mungkin tetap ada, tapi kali ini imigrasi berpikir lebih taktis daripada sekedar itu. Untuk melawan jalur belakang, imigrasi sekalian saja memberikan opsi paspor percepatan secara resmi dengan biaya tambahan. Masyarakat yang ingin membuat paspor satu hari jadi (bisa ditunggu) bisa menambah bayar 1 juta rupiah di luar biaya paspor yang 350 ribu. Jadi dengan 1.350 orang bisa dapat paspor langsung jadi lewat jalur yang benar. Uang pembayaran dibayarkan ke rekening negara, clean and clear.

Ini tentu membuat calo tidak laku. Calo tidak punya competitive edge lagi. Apalagi tarif resmi imigrasi ini lebih murah daripada yang ditawarkan calo (1.6 juta pada tahun 2016 dulu). Jalur resmi juga lebih cepat karena paspor baru bisa jadi dalam 4-5 jam saja. Itulah kenapa saya bilang kebijakan ini baik dan pintar. Imigrasi melihat dari sudut pandang masyarakat yang kadang terdesak perlu paspor segera. Kalau memang secara teknis bisa, why not. Tanpa perlu menggunakan 'kekerasan' pada para calo, kebijakan ini secara cool menggulung bisnis mereka. 

Sebagai tambahan, paspor kini punya usia lebih panjang yaitu 10 tahun, booking jadwal pembuatan paspor dilakukan via aplikasi M-Paspor yang bekerja dengan baik, pembayaran online bisa dari berbagai channel, dan pembuatan bisa dilakukan di kantor imigrasi, MPP, atau ULP manapun tidak harus sesuai KTP. Credit where it's due, mengapresiasi apa-apa yang perlu dilanjutkan oleh pemerintah. Apalagi imigrasi ini adalah lembaga di bawah kementerian yang menterinya orang partai. Above expectation, good experience.

Terimakasih,
Chandra

Imperfection


Meminjam kalimat Cak Nun, teh itu terasa pahit karena kamu membayangkan yang manis, kalau tidak membayangkan yang manis teh pahit juga bisa enak. Begitupun lebaran menurut saya, tidak akan terasa menyenangkan kalau setiap tahun kita bandingkan dengan masa kanak-kanak dulu. Kita berhutang banyak pada orang tua yang selalu berusaha memagari kita dari paparan masalah sehingga bisa fokus bermain, belajar, dan tidur nyenyak. Kini setelah dewasa tanggung jawab melindungi diri ada pada individu masing-masing.



Saya pernah katakan di beberapa tulisan yang lalu bahwa bagi orang dewasa umumnya puasa bukan lagi ujian fisik. Maka anjuran untuk jangan sampai hanya dapat lapar dan haus berarti dorongan untuk mengusahakan adanya perbaikan diri atau minimal suatu realization. Saya tidak pada posisi yang pantas untuk menceramahkan penemuan saya pada orang lain, tapi jujur buat saya sangat banyak hal terjadi selama bulan puasa hingga lebaran kali ini. Sebisanya saya coba ambil hikmah yang terserak.


Buat saya ramadhan - lebaran kali ini pelajaran terbesarnya adalah menerima imperfection. Dulu saya pikir sebelum tidur kita harus menyelesaikan semua masalah di hari itu. Ternyata tidak selalu bisa, beberapa masalah bisa berumur minggu, bulan, bahkan tahun. Masalah belum tentu resiprokal, bisa jadi orang merasa punya masalah sama kita padahal kita tidak begitu padanya. Lalu benar + benar tidak selalu berakhir benar, penafsiran orang soal baik-buruk benar-salah bisa berbeda, penangkapan orang soal niat tidak selalu sama. Intinya harus belajar untuk tidur walau tidak selalu dengan hati yang lega.

Sekurus-kurusnya ikan tetap ada dagingnya, segemuk-gemuknya ikan tetap ada tulangnya. Tidak ada orang yang tidak punya masalah atau ganjalan. Tidak ada, blas. Seindah apapun feed instegramnya. Straight ten cuma ada di sekolah, di dunia nyata itu nggak mungkin (change my mind on this, if you might want). Badai pasti berlalu, tapi hari yang cerah juga pasti berlalu. Kalau sedang badai kita bersabar, kalau sedang cerah kita bersyukur dan waspada. 

Catatan setidaknya untuk diri saya sendiri:
1. Perspective over perception, coba untuk melihat dari sudut pandang orang lain.
2. Tidak semua orang ingin kita temui, dan tidak semua orang ingin ketemu kita, kalau belum bisa buat orang lain bahagia, minimal jangan jadi orang yang berbahaya
3. Tidak semua orang 'berlebaran', maka pekalah and be wise.
4. Fokus pada kebaikan yang bisa dilakukan, kalau nggak tahu lebih baik diam.

Terakhir, mohon maaf atas segala kesalahan saya baik yang disengaja maupun tidak. Mohon diingatkan jika saya ada janji atau hutang yang perlu saya bereskan. Semoga Allah mudahkan akses untuk saya minta maaf pada orang yang pernah saya rugikan dan membalas budi orang yang pernah saya mintai pertolongan. 

Taqabbalallahu minna waminkum. Semoga Allah terima amal ibadah kita pada bulan yang mulia ini. Selamat Idul Fitri 1445H. Selamat lebaran dan liburan, semoga jadi momen yang penuh syukur.

Salam,
Chandra

Masjid untuk Semua


Di Subuh terakhir Ramadhan tahun ini alhamdulillah kesampaian salat di Masjid Jogokariyan. Thanks to teman-teman yang membersamai walaupun berarti motoran berkilo-kilometer jam setengah 3 pagi.


Jogokariyan kini sudah dikenal lebih dari sekedar masjid. Kampung Ramadhan Jogokariyan (KRJ) yang sudah berlangsung selama 20 tahun berturut-turut adalah fastival lintas keyakinan dan budaya. Pasar sore-nya mempertemukan ratusan pedagang dengan ribuan pembeli, perputaran uangnya diperkirakan dalam orde milyar. Beberapa bidang tanah di sekitar masjid dijadikan kantong parkir dan disana terparkir banyak kendaraan plat luar daerah. Toko, hotel, dan warung makan banyak buka di sekitar masjid. ATM bank, BTS telekomunikasi, dan klinik pun ada.

Namun sebagai masjid tentu pelayanan ibadah tetap jadi prioritas. Ruang salat dibuat sangat nyaman dan wangi. Sistem pendingin sentral, sound system, dan multimedia berkualitas terpasang di dalamnya. Tempat wudhu dan toilet terjaga bersih. Baitul maal mengelola zakat, infaq, dan sodaqoh dalam jumlah besar karena memang banyak jamaah yang mempercayakan. Buka puasa 3500 porsi piringan untuk mencegah menumpuknya sampah. Program i'tikaf 10 hari terakhir full menginap di masjid dengan diberikan fasilitas. Takmir menjalankan masjid dengan orientasi pelayanan pada jamaah, banyak sentuhan personal yang membuat jamaah betah.

Masjid Jogokariyan secara fisik tidaklah megah, banyak masjid yang lebih besar dan mewah. Tapi masjid ini dengan segala komponen penunjangnya dimanage dengan sangat advance untuk sebuah masjid. Sudah seperti mengurus perusahaan saja. Pengurus masjid sangat serius memberikan layanan terbaik bagi para jamaahnya, 24 jam x 30 hari selama bulan ramadhan. Melayani sebanyak mungkin jamaah sambil tetap menjaga kekhidmatan ibadah, kenyamanan, dan tanggung jawab sosial. Ribuan jamaah, ratusan relawan, masjid ini tak pernah sepi selama ramadhan. 

Masyarakat sekitar pun sangat suportif. Jalan Jogokariyan sering sulit dilewati saking banyaknya jamaah. Warga sekitar mungkin banyak yang pernah mengalami kesulitan ketika mau pulang ke rumah. Tapi justru masjid ini jadi kebanggaan bagi masyarakat Jogokariyan khususnya dan masyarakat Jogja pada umumnya. Masjid Jogokariyan adalah definisi masjid yang makmur. Meski begitu Ustadz Salim A Fillah dalam kuliah subuhnya tadi pagi mengatakan bahwa Masjid Jogokariyan tidak sempurna, tidak ingin jadi sempurna, apalagi terlihat sempurna. Glembuk Yoja banget.

Masjid yang nyaman untuk semua, beneran untuk semua.

Thanks,
Chandra