Sushi Masa: Kisah dari Utara Jakarta


Di tengah komplek perniagaan ikan di Jakarta Utara ada sebuah bangunan yang mencolok karena deretan mobil-mobil yang terparkir di depannya. Tak kurang BMW, Mercedes, Lexus, dan MPV high end berderet di depan dan samping gedung tersebut. Saya coba cari di google tempat apa itu karena tidak ada tulisannya, ternyata itu adalah sebuah kedai sushi.

Saya sebut Sushi Masa ini hidden gem bukan karena saya baru tahu tapi memang lokasinya tersembunyi di tengah pasar ikan Muara Baru, Jakarta Utara. Untuk mencapainya saja harus melewati jalan akses Pluit yang saingannya truk-truk kontainer besar khas kawasan utara Jakarta. Begitu masuk kawasan pasar ikannya aroma amis ikan tercium tajam. 

Sushi Masa berada di sebuah bangunan tingkat 6 di samping ATM center kawasan pasar ikan Muara Baru. Selain tidak ada banner nama, tempatnya pun tidak tampak dari luar, saya harus bertanya ke satpam memastikan bahwa restonya benar disana.

Bisa ditebak tempat seperti ini menjual eksklusivitas, tidak mengharapkan banyak tamu, dan mematok harga tinggi untuk sajiannya. Saya dan istri beruntung bisa datang langsung dan dapat tempat duduk karena ternyata tamu yang datang kesana harus melakukan reservasi lebih dulu. Tamu walk-in hanya diterima jika masih ada meja yang belum terbooking.

Begitu keluar dari lift lantai 3 kami langsung disambut oleh resepsionis dan ditanya apakah sudah reservasi. Selanjutnya kami diarahkan ke tempat duduk yang masih tersedia. Kebetulan ada kursi kosong untuk dua orang di bagian bar sehingga kami bisa melihat langsung proses pembuatan sushi oleh para chef dengan pakaian khas chef sushi dari Jepang dan tampak sudah sangat berpengalaman.




Meski kemasannya high-class, cara pesan makanannya ternyata cukup sederhana. Cukup memanggil waiter lalu pesanan kami ditulis di kertas. Kami juga diberi tahu bahwa waktu menikmati sushi dibatasi sampai jam 7 malam saja. Ternyata selain memakai reservasi, restoran ini juga menggunakan sistem shift. Shift 1 pukul 11.00-14.00, shift 2 pukul 17.00-19.00, shift 3 pukul 19.00-21.00, di luar itu tutup.

Secara harga Sushi Masa memang agak mahal. Tapi ada harga ada rupa, rasa sushinya memang sangat enak, bahan-bahan laut yang digunakan tampak sangat segar. Untuk makan sushi casually saya mungkin prefer sushi Aeon untuk saat ini, tapi Sushi Masa ini bolehlah sekali-sekali untuk selebrasi. Untuk dinner di tempat ini, per tamu perlu merogoh kocek 75 sampai 250 ribu.


Kalau ingin sajian yang lain, di lantai 5 (1 lantai diatas, tidak ada lantai 4 fyi) gedung yang sama ada Shabu Masa dengan berbagai tawaran self grill. Sementara itu ada patisserie di lantai 2 dan toko seafood beku di lantai 1-nya. Kalau ingin berfoto dengan background sunset dan kapal-kapal bisa naik ke rooftopnya. 

Apakah saya merekomendasikan restoran ini? Ya, cocok untuk selebrasi dengan keluarga atau teman-teman. Kalau Anda tidak berkeberatan spending ratusan ribu per orang boleh saja datang kesini berkali-kali dalam seminggu. Paling enak kesini pakai kendaraan pribadi mobil atau motor (masih ada parkiran motor walaupun kecil). Tapi kalau mau pakai angkutan umum bisa pakai taksi online dari rumah atau naik KRL, TJ, MRT (kalau sudah jadi) sampai kawasan Kota Tua/Jakarta Kota lalu nyambung taksi.

Jika dirasa terlalu niat kalau sampai pucuk utara Jakarta hanya untuk makan sushi, bisa sekalian eksplor spot-spot menarik di sekitarnya. Opsi tempat wisata utama selain komplek Kota Tua adalah Ancol dan PIK. Kalau mau yang lebih adventure bisa masuk-masuk ke kawasan pelabuhan tradisional Muara Angke, Muara Karang, Muara Baru, dan Sunda Kelapa.


Chandra

Virtual Private Network (VPN)




Ketika mau mengambil screenshot untuk dikirimkan ke orang atau grup WhatsApp, biasanya saya pastikan dulu tidak ada logo VPN di bagian atas layar. Karena kalau sampai dilihat orang yang paham bisa jadi dikira habis buka situs yang tidak-tidak, padahal untuk beberapa keperluan memang VPN diperlukan, streaming bola dan balapan misalnya. 

Popularitas VPN di Indonesia meningkat seiring langkah pemerintah memblokir situs-situs dewasa. Langkah yang bijak dari pemerintah untuk melindungi anak bangsa. Tapi pagar yang dibuat pemerintah untuk membatasi akses anak bangsa ke situs-situs itu masih dapat diakali dengan fasilitas yang namanya VPN atau Virtual Private Network. Tutorial cara menyetting VPN muncul dimana-mana.

Ketika berselancar di internet menggunakan VPN, kita tidak tampak sebagai orang Indonesia. Akibatnya blokir yang dilakukan pemerintah tidak berlaku untuk kita. Analoginya seperti orang tua mencegah anaknya bermain di luar rumah dengan mengunci pintu depan, tapi si anak tetap bisa keluar lewat pintu samping.

Entah orang tuanya tidak tahu kalau pintu samping bisa dibuka atau sebenarnya tahu tapi dibiarkan saja yang penting perintah atasan sudah dikerjakan, urusan eksekusinya itu belakangan.  

Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian orang menggunakan VPN untuk mengakses situ abu-abu. Lagipula banyak layanan VPN gratis yang aplikasinya dengan mudah dapat diunduh dari Playstore atau Appstore. Akibatnya citra VPN jadi buruk karena sering dikaitkan dengan konten berbau pornografi. Padahal banyak manfaat bisa didapatkan dari penggunaan VPN.

Pertama, VPN menyamarkan identitas kita di internet, dalam hal ini IP Address. Kita jadi tidak perlu khawatir meninggalkan jejak digital selama mengakses dunia maya. Kalau-kalau bernasib sial masuk situs yang mengandung malware atau bersinggungan dengan hacker, privasi kita akan jadi lebih aman.

Selain dari sisi keamanan, menggunakan VPN juga mencegah kalau-kalau pemilik situs atau penyedia layanan internet bertindak nakal dengan menjual informasi kita pada pihak ketiga. VPN ini satu lapis perlindungan tambahan untuk data pribadi kita.

Kedua, VPN membantu mengatasi masalah geo-blocks alias pembatasan konten berdasarkan wilayah. Sebagai contoh, penyedia konten hiburan seperti Netflix memiliki menu yang berbeda-beda tergantung pada lokasi penggunanya. Jadi misal kita sedang berada di luar negeri namun tetap ingin menyaksikan tayangan Netflix Indonesia, kita bisa pakai VPN dan memilih region Indonesia.

Ketiga, VPN membantu mengamankan kita ketika terhubung ke jaringan yang unsecured seperti WiFi gratis. Biasanya ada WiFi yang ketika akan menyambungkan muncul notifikasi bahwa orang lain mungkin saja melihat data kita. Kalau kita pakai koneksi seperti ini untuk hal penting seperti transaksi perbankan atau kartu kredit tentu berbahaya.

Keempat, terkadang ketika kita berada di sekolah, bandara, atau hotel lalu mencoba mengakses suatu situs ternyata diblokir karena regulasi tertentu. Biasanya hal seperti ini dilakukan dengan firewall. Jika merasa tujuan dan aktivitas kita sesuai regulasi maka VPN bisa dipakai untuk melewati blokir ini.

Tapi di luar keuntungan-keuntungan itu, VPN punya kelemahan yaitu berpotensi menurunkan kecepatan koneksi internet bergantung pada jarak dengan lokasi server dan tingkat enkripsi yang dilakukan. Selain itu tidak semua perangkat mendukung VPN secara langsung. Ada perangkat yang butuh pengaturan manual dan hal ini membutuhkan pengetahuan tentang sistem operasi dan jaringan.

Sebagai sebuah layanan, VPN juga berbiaya. Walaupun ada yang gratis namun lebih disarankan menggunakan layanan yang berbayar. VPN gratis pada umumnya tidak mengijinkan kita memilih region sesuai keinginan, harus manut sama software. Secara keamanan juga dikatakan yang premium lebih aman karena penyedia layanan sudah mendapat pembayaran dari pengguna sehingga lebih kecil kemungkinan untuk punya kebijakan menjual data pada pihak ketiga.

Kesimpulannya, VPN lebih dari sekedar sebuah cara untuk mengakali blokir internet positif pada situs-situs pornografi. VPN adalah cara yang mudah dan murah untuk dapat mengakses internet dengan aman dan bebas. Meski begitu tetaplah bijak dalam menggunakan internet ya.

Kalau dihubungkan dengan kondisi pandemi kali ini, VPN itu ibarat masker. Pertama, dia mengurangi risiko kita tertular virus. Kedua, dia membantu menyembunyikan siapa kita sampai kadang sulit dikenali. Ketiga, dengan memakai masker kita tidak perlu ragu untuk masuk ke tempat-tempat yang memasang tanda ‘Wajib pakai masker’.