Tokyo 2020


Olimpiade adalah tempat dimana kita bisa menyaksikan olahraga-olahraga 'aneh' yang selama ini tidak mendapat akses broadcast mainstream. Dayung, anggar, menembak, panahan, triathlon, dan lain sebagainya. Buat saya cabang-cabang ini jadi refreshment diantara rutinitas nonton bola dan balapan. Di sepakbola kadang kita perlu menunggu puluhan menit sampai terjadinya sebuah goal dan balapan F1 bisa memakan waktu sampai hampir 2 jam.

Sementara itu olahraga olimpiade menjanjikan excitement-excitement rapid yang hadir beberapa menit sekali. Atlet angkat beban butuh kurang dari 1 menit untuk tiap angkatan, satu set dalam panahan selesai sekitar 3 menit, balap dayung dan renang berlangsung hanya beberapa menit tiap heat. Belum lagi setelah satu cabang atau partai selesai penonton bisa switch ke tayangan lain hanya dengan beberapa klik. Menyenangkan sekali.

Olimpiade adalah tempat dimana lebih dari 200 negara mengirimkan wakilnya. Dalam cabang badminton kita bisa lihat pemain Indonesia bertanding lawan wakil dari sebuah negara di Afrika atau Timur Tengah. Hal yang jarang terjadi dalam kompetisi World Tour biasa dimana didominasi beberapa negara Asia saja. 

Pernahkah kamu dengar negara Aruba? Comoros? Sao Tome and Principe? Saint Lucia? Kemungkinan besar belum, sama seperti saya. Tidak semua negara lolos karena qualified, ada yang mendapat tempat di olimpiade karena 'undangan'. Bahkan ada tim bentukan IOC yang diperuntukkan bagi refugee yaitu Refugee Olympic Team (EOR). Di satu level Olympic adalah ajang bagi atlet papan atas untuk mengejar medali tertinggi, tapi lebih dari itu Olympic memberi ruang bagi semua negara untuk berpartisipasi.

Kebanyakan orang Indonesia tahu pasangan ganda putra Indonesia Kevin/Gideon serta Hendra/Ahsan karena namanya sudah sering lalu lalang di media sosial dan berita ketika mereka berprestasi di ajang badminton dunia. Sebagian dari kita juga mungkin tahu lifter Eko Yuli Irawan atau masih ingat sprinter muda Lalu Mohamad Zohri yang sempat trending beberapa waktu lalu.

Tapi barangkali belum banyak yang dengar nama Windy Aisah yang kemarin menyumbangkan medali pertama untuk Indonesia, atau tim panahan Indonesia yang cukup impresif setidaknya di level Asia, lalu atlet Rio Waida dari surfing, duet Mutiara-Melani dari dayung, Vidya Rafika dari menembak, dan anggota kontingen lainnya. Olimpiade memberi kesempatan bagi atlet di cabang yang belum begitu populer untuk berdiri di panggung yang sama dengan atlet media darling. Tidak semuanya berprestasi, tapi bisa tampil di Olympic saja sudah sebuah pengalaman tak terlupakan pasti.

Saya sebagai penonton merasa sangat dimanjakan dengan tayangan olahraga tanpa henti yang disajikan Tokyo 2020. Tinggal pilih mau nonton di TV atau ambil gadget untuk buka Vidio. Tidak harus Indonesia yang main tetap saya tonton karena kapan lagi nonton tayangan live olahraga-olahraga tak biasa. Masa tunggu datangnya musim bola berikutnya jadi terasa lebih ringan. Mantap dan terimakasih #Tokyo2020

Citius Altius Fortius

Faster Higher Stronger, Together