Danke Jürgen


Bombshell. Lagi santai-santai di jumat sore tiba-tiba ada tweet Fabrizio Romano soal Jürgen Klopp bakal meninggalkan Liverpool di akhir musim ini. I was like, WHAT??!!


Tulisan ini mungkin akan kurang rapi karena saya masih shocked dan apa yang melintas di pikiran langsung saya tuangkan. Saya pikir saya udah nggak akan merasakan patah hati, ternyata masih hahaha. Klopp pergi ini rasanya sudah seperti kehilangan anggota keluarga. Sedihnya real, buat saya apa yang dilakukan Klopp di Liverpool efeknya sampai ke real life, bukan sekedar fanatisme pada sebuah tim olahraga. Dalam saat-saat sulit, Klopp's Liverpool adalah satu dari sedikit hiburan yang ada buat saya. Di dunia yang melarang anak laki-laki mengeluh apalagi menangis, Liverpool pernah jadi obat yang bisa mengangkat kesedihan saya, tanpa orang lain perlu tahu yang saya alami. Keeps my boat afloat.


Sembilan tahun Klopp di Liverpool merubah total wajah tim ini. Liverpool tidak punya banyak uang tapi bisa bersaing dengan tim yang dibekingi juragan minyak timur tengah. Dengan segala keterbatasan Klopp meng-assemble pemain yang mostly level menengah dan disulapnya jadi pemain elit. Alisson dan VVD baru bisa dibeli setelah dapat duit hasil penjualan Coutinho, lalu keduanya berkembang jadi yang terbaik di dunia. Duet full back Liverpool sangat disegani dan memegang record assist padahal didapat secara nyaris gratis, Trent jebolan akademi, Robbo dibeli murah dari Hull yang terdegradasi. Trio Henderson, Fabinho, Wijnaldum jauh dari kata kelas dunia. Siapa pernah mengira pemain kaya Henderson bisa jadi UCL & PL winning captain? Andalan di depannya Mane Salah Firmino gak perlu dijelaskan lagi semua orang sudah tahu.

Favorit match under Klopp:
1. 4-0 vs Barcelona, legendary comeback, sudah ketinggalan agregat 0-3, tanpa Salah dan Firmino, tapi bisa membalikkan keadaan.
2. 7-0 vs Man United, menang dengan skor yang bikin geleng-geleng lawan musuh bebuyutan.
3. 5-4 vs Norwich, jaman awal-awal Klopp di Liverpool, masih labil, bikin senam jantung wkwk

Waktu seperti ini akan tiba, sama seperti sebelumnya saat Klopp meningglkan Mainz dan Dortmund. Tapi saya tidak menduga akan secepat ini. Walaupun mungkin ini juga saat yang paling tepat karena dia sudah menyiapkan pondasi untuk Liverpool 2.0, hanya saja nanti akan dinahkodai oleh manajer yang berbeda. Tapi btw Klopp ini keren karena setiap resign selalu dilepas dengan penuh bangga oleh klub dan suporternya. Klopp once said, "When I left Dortmund, I said it's not important what people think when you come in but what they think when you leave."


Football twitter sore sampai malam ini ramai dengan pemberitaan soal Klopp, he is massive. Beberapa artikel mencuat tentang alasan kenapa pengumuman mundurnya Klopp dilakukan di Januari. Klopp sadar bahwa sebagian staffnya mungkin akan ikut pindah juga setelah ini, ia tidak mau mengumumkan di akhir musim karena akan menyulitkan para staff biasa untuk arrange living ke depannya. Sampai menyangkut sekolah anak pun ia pikirkan. What a guy, berinisiatif memberikan notice period untuk memudahkan orang lain. Manajemen pun kabarnya sudah tahu keputusan ini sejak November sehingga succession plan sudah ada. No panic.

Bicara suksesi, tampaknya kandidat yang paling diharapkan untuk meneruskan Klopp adalah Xabi Alonso. Alasannya jelas karena sekarang Alonso sedang menangani Leverkusen yang duduk di puncak klasemen Bundesliga, unggul 4 poin dari Bayern. It's lonely at the top beneran. Plus tentu saja Alonso adalah mantan pemain Liverpool, sosok penting saat memenangi UCL 2005. Alonso kabarnya juga punya klausul di kontraknya bahwa ia bisa melatih ex-timnya (Liverpool, Madrid, Bayern) kalau mau. Saya setuju gagasan ini, rasanya tidak ada calon lain yang lebih sesuai. Gerrard legendary sebagai pemain, tapi karir kepelatihannya kurang mulus, mungkin kalau jadi sporting director lebih cocok. Jika bukan Alonso, saya prefer Unai Emery.

Di Inggris posisi pelatih dibahasakan dengan 'manager', bukan 'coach'. Itu karena tanggung jawab pelatih bukan hanya soal memilih pemain yang turun dan strategi di lapangan tapi juga sampai ke belakang layar. Infrastruktur, youth system, recruitment, scouting, kesehatan dan gizi pemain, sponsorship, dan finance tidak lepas dari pandangan Klopp, tapi ia juga tidak terjebak pada detail dengan merekrut orang-orang terbaik di posisi masing-masing. Makanya salah satu yang membuat fans Liverpool bangga adalah klub ini beres luar dalam, nggak banyak drama, dan well planned, seperti sebuah perusahaan yang sangat sehat. 

Memasuki setengah tahun terakhir Klopp di Anfield, saat ini Liverpool ada di puncak klasemen PL, masih aktif di UEL dan FA Cup, dan masuk final Carabao Cup. Sama sekali tidak bisa dibilang jelek. Semoga Klopp berhasil menutup karirnya di Liverpool dengan manisnya gelar juara.

Klopp interview about his exit: 

"No other English club EVER. Even if I have nothing to eat, it will not happen". 

"Liverpool 2.0 didn't include me obviously"

Jleb. Klopp ini inspiring figure. Banyak fans Liverpool yang menganggapnya 'paman'. Dia berhak mendapat proper farewell nanti. Bahkan saya berharap one day Klopp akan kembali melatih Liverpool untuk meneruskan legacy-nya. Klopp adalah orang yang 'I'd love to work under a boss like him.'

"It needs time. Nobody wants to hear it, but that's the truth: if you want to have success in the future, you have to be ready to work now." - Klopp

"Anyone can have a good day, but you have to be able to perform on a bad day." - Klopp

From doubters to believers. Danke Jürgen Norbert Klopp. You are a legend. You'll Never Walk Alone. 

Thanks,
Chandra


Angkot Cireundeu


"A New Yorker who does not take the subway is not a New Yorker you can trust" - Mozzie (White Collar)

Saya pikir statement ini ada benarnya. Orang (Jakarta - mass transport sudah banyak) kalau sudah survive dengan transportasi umum, tak anggap sudah satu langkah di depan.


Pertama, transportasi umum didesain untuk digunakan bersama-sama. Pengguna harus mau berbagi tempat dengan orang yang tidak dikenal. Dalam kondisi tertentu malah sampai berdesak-desakan yang artinya ada physical demand juga disana. Orang yang transportasi umum sudah masuk dalam muscle memory-nya bisa diharapkan mampu mengendalikan ego, risilien, dan peduli pada orang lain. Asik orang yang begitu.

Kedua, kognitif pun dipakai dalam menggunakan transportasi umum. Stasiun MRTJ dan KRL punya beberapa pintu masuk dan keluar. Ada proses disitu untuk menentukan pintu dan jalan mana yang paling efisien. Ini juga berlaku dalam optimasi rute, misal mau pergi dari titik A ke B, ada banyak kombinasi moda transportasi dan stasiun/halte yang tersedia. Paham rute dan integrasi transportasi umum itu sangat membantu. Syukur-syukur kalau tahu utara selatan timur barat, enak banget itu kalau mau janjian.


Ketiga, melatih kesabaran dan membiasakan bersiap. Kita sebagai pengguna transportasi umum tidak punya kendali penuh pada jadwal dan durasi perjalanan. Kalau sedang macet atau gangguan bisa jadi perjalanan akan lebih lama. Dalam hal ini pengguna mesti bisa bersabar sekaligus bersiap karena sebagian keterlambatan itu unexpected. Kalau sudah bisa menjalaninya tanpa rewel, good.

Keempat, transportasi umum adalah marshmallow test dan delayed gratification bagi orang dewasa. Bayangkan jika ada orang yang punya sopir dan sedan mewah, bisa diantar dari pintu rumah sampai lobby gedung, tapi memilih untuk naik kereta, golden mentality.


Saya nggak bilang bahwa setiap orang harus naik angkutan umum setiap waktu. Apalagi kalau ada faktor seperti sakit, hamil atau punya anak kecil, lansia, cuaca tidak bersahabat, atau opsi transportasi umum memang tidak tersedia. Tapi orang yang bisa naik transportasi umum punya satu poin plus di mata saya. Orang bilang kalau mau tahu watak asli seseorang, kasih dia kekuasaan. Tak tambahin deh, cek seberapa sering dia pakai transportasi umum.

Wakil rakyat Jakarta harus pernah naik KRL jam berangkat/pulang kerja. Wakil rakyat Tangsel harus survive angkot Lebak Bulus - Parung via Cireundeu.




Thanks,
Chandra

Streisand Effect


Komunitas fans KPOP pendukung ABW patungan untuk menyewa videotron di Grand Metropolitan Mall Bekasi selama seminggu untuk menayangkan video support ke Pak Anies sebagai capres. Tapi baru sejam video itu tayang, tayangannya di-take down dengan alasan yang menurut penyewa 'di luar kuasa kami'.


Andaikata video itu tetap tayang, mungkin yang melihat hanya orang yang lewat sana seminggu ke depan. Ratusan ribu, sejuta mungkin. Saya dan banyak orang yang tidak ada kepentingan ke sana mungkin nggak akan ngeh soal videotron itu. Tapi karena berita penurunan sepihak ini viral di sosial media, kini yang tahu sampai berjuta-juta. Apalagi kabar tentang ini sudah sampai di media mainstream.

Ini mungkin salah satu contoh akurat dari Streisand Effect. An effort to conceal or surpress something draws attention to it. Orang kalau makin dilarang makin penasaran. Penasaran bukan hanya untuk tahu tapi juga untuk menyebarkan. Ini jadi bumerang untuk siapapun yang meminta penurunan video di Bekasi itu. 

Mengasumsikan penayangan videotron ini berdasarkan kontrak, bisa jadi pengelola harus mengembalikan seluruh atau sebagian besar uang sewa yang telah dibayarkan. Dari sisi penyewa, sudah uangnya kembali, dapat exposure jauuuh lebih besar pula. Unreal business LOL.

Mari sedikit berspekulasi, seminimal-minimalnya video itu diturunkan karena si yang punya mall tidak mau diasosiasikan dengan capres manapun (or capres tertentu, beda makna). Videotron jamak dikelola pihak ke-3, jadi bos besar pemilik mall mungkin tidak tahu sebelumnya. Dugaan yang lebih mengkhawatirkan adalah jika ini karena tekanan tokoh, ormas, atau parpol yang berafiliasi dengan calon lain. Kalau penekan ini nanti jadi kubu yang menang, apa kabar kebebasan berpendapat?

After all penurunan video sudah terjadi dan kita tahu malah membuat konten dukungannya semakin viral. Ini satu twist lagi menjelang pilpres yang membuat situasinya tambah menarik. Saya sudah menulis sebelumnya bahwa saya pendukung 01. Memang sih belum tentu menang, tapi jangan sampai kalah tanpa perlawanan. Dan perlawanan yang diisi ide-ide kreatif, aksi kolektif, terkonsep, dan efisien seperti ini seru untuk disaksikan. Jadi kampanye bukan hanya knalpot blombongan, joget-joget, dan buzzer.

Thanks,
Chandra



Experiencing Devotion


Saat saya datang ke SATFFest-nya Kemenag September lalu, saya pikir itu black swan saja. Sebuah acara dari lembaga pemerintah yang dikemas secara populer dan benar-benar bisa dinikmati, bukan acara yang dibuat untuk sekedar mengejar penyerapan. Tapi saat saya datang ke DevX weekend kemarin, saya yakin bahwa ada culture dan mind yang bekerja di balik terselenggaranya acara-acara keren ini. 

Saya sempat tuliskan soal SATFFest, berikut ceritanya: Manusia Manusiawi.

SATFFest saat itu mengubah perayaan maulid yang biasanya dilaksanakan di masjid-masjid menjadi di Balai Sarbini, lokasi yang biasa dipakai konser musik dan pertunjukan hiburan lain. DevX bergerak lebih jauh lagi. Event ini berlangsung selama 3 hari dari pagi hingga malam di Jakarta Convention Center. Saat masuk ke area JCC saya langsung merasa bahwa acara ini digarap dengan benar. Kalau tidak ada logo Kemenag-nya, pasti tidak menyangka kalau ini event lembaga negara.

Satu yang kurang adalah publikasinya. Saya baru tahu event ini di hari ke-3 dari instagram story-nya Sastra S yang akan jadi salah satu pengisi acara hari itu, jadi hari pertama kedua saya absen, padahal pengisi dan penampilnya lumayan bagus juga (full lineup saya taruh di bawah). Lalu saat saya dan istri post soal acara ini, banyak teman-teman yang bertanya ini acara apa dan dimana. Banyak dari kita aktif di internet, tapi tidak dapat informasinya. 


DevX ini sendiri adalah singkatan dari Devotion Experience. Acara ini diselenggarakan sebagai perayaan Hari Amal Bakti Kementerian Agama RI. Di acara ini dipamerkan agenda kerja yang telah dilakukan oleh masing-masing Ditjen di Kemenag selama tahun 2023. Itu adalah bentuk pertanggungjawaban Kemenag pada masyarakat. Setiap Ditjen punya booth untuk showcase apa yang telah mereka kerjakan, semua orang boleh masuk melihat dan tanya-tanya. How often ada lembaga pemerintah yang pertanggungjawabannya berbentuk pameran, di tempat bagus, ngundang banyak bintang tamu, dimanage EO, gratis, dan semua orang boleh datang. 

Saya datang di sesi yang jam 3, dimana ada talkshow 'DEVTALX' yang diisi oleh Sastra Silalahi, Oza Rangkuti, dan Yusril Fahriza. Temanya sih receh, saya pikir kami yang datang sejak sesi ini lebih mencari jokes-nya. Kalau masalah nasehat biar nanti di sesi yang agak sore bersama Habib Husein. Oh ya, sistem registrasinya juga mulus ya acara ini, pendaftaran dilakukan via aplikasi Pusaka, ini juga aplikasi milik Kemenag yang saya nilai ada di tier teratas kategori aplikasi pemerintah.


Jam 4 ada DEVTALX berikutnya yang mengambil tema pernikahan. Tema ini dipilih karena selain umum, ternyata ada perwakilan siswa dan guru BK yang hadir dari sebagai undangan. Sesi ini diisi oleh Habib Husein, Zaskia Mecca, Paman Dodo (Kemenag), dan pembawa Acara Arafah Rianti. Bicaranya lebih banyak soal persiapan menikah karena utamanya untuk meng-address keprihatinan Kemenag terkait banyaknya pernikahan anak di Indonesia. Dalam speech singkatnya, ketua panitia menyampaikan bahwa dalam 13 tahun pengalamannnya sebagai Ketua KUA, setiap bulan ada saja yang menikah dengan dispensasi umur. Meski fokusnya pra-pernikahan, tapi untuk yang sudah menikah pun nasehat-nasehatnya tetap relate.


Selanjutnya sesi setelah maghrib yang paling ditunggu-tunggu. Full house, semua kursi terisi, bahkan masih banyak yang berdiri. Sesi ini menghadirkan Habib Husein (lagi), Bhante Dira, Onad, dan Boris Bokir. Pecah bosss, pinggir jurang. Ini kalau show standup tiketnya udah dijual diatas 500 ribu. Yang dibahas tentu soal Berbeda tapi Bersama, empat penampil tersebut adalah pemeluk empat agama berbeda.

Selesai itu ada speech dari Bapak Wakil Menteri Agama. Ada yang menarik dari yang beliau sampaikan, yaitu bahwa Kemenag telah berubah dari lembaga yang dulu urusannya hanya soal menikahkan orang dan wakaf menjadi kementerian yang dekat dengan masyarakat. Keren, I approve. Kalau malas mikir mereka bisa saja bikin acara di kantor pusat Kemenag dengan judul semacam "Pameran Program Kerja Kementerian Agama 2023", tapi tidak, mereka create acara bertajuk DevX di Senayan. Bold move.

Acara ditutup oleh penampilan dari Marcello Tahitoe. Full band, kalau dulu di SATFFest Kotak tampil dengan akustikan saja sudah keren, apalagi ini. Paling pecah karena ditutup dengan lagu Masih Ada, auto memunculkan kembali memori masa SMP. For the record, penampil Day 1 sebelumnya adalah Voice of Baceprot, dan Day 2 Salma Idol.

Semua yang saya ceritakan di atas HANYA sepertiga dari acara DevX. Sepertiga karena saya hanya datang di hari terakhirnya. Sepertiga juga karena ini hanya di DevStage yang di Hall Cendrawasih. Sementara itu di luar ada hall yang berisi booth pameran Ditjen tadi dan ada panggung (X-Stage) yang di minggu sore kemarin ada kompetisi pencarian bakat yang diikuti perwakilan berbagai daerah. Technically sepersembilan sih, but it's fine. 

Saya sempat ngintip ke panggung yang di luar, dan tahu siapa yang jadi juri pencarian bakatnya? Armand Maulana. Ini lembaga pemerintah, I expect dosen or smthing.


Dengan selesainya penampilan Ello, selesai sudah rangkaian acara DevX 2024. Saat jalan keluar saya lihat para panitia saling menyelamati. They deserve that. Kita sebagai masyarakat juga perlu mengapresiasi terobosan positif yang dilakukan pemerintah seperti yang satu ini. Gus Men might be a good one.

Pulang dari sana jalanan di komplek GBK lumayan macet karena bareng dengan bubaran debat capres di sebelah (Istora), yes saya melewatkan debat demi acara ini dan belum nonton recordingnya sampai sekarang. 

Thanks,
Chandra



Check this Line Up!


Nutrisi Untuk Manggung


Saya seneng sama jawaban Jimi Multazam waktu ditanya soal IKJ, dia bilang "ibaratnya nutrisi gue untuk manggung lah, dapetnya di IKJ". Di jawaban itu ada rasa grateful sekaligus pride yang tidak berlebihan. Kampus ibarat media tanam yang menyediakan nutrisi untuk apa yang tumbuh di atasnya. Mahasiswa adalah tumbuhannya, dan apa yang tumbuh bisa macam-macam, makanya disebut universitas. Pun jenis tanah juga bisa beragam jenisnya dan menurut saya itu nggak perlu dibanding-bandingkan. 


Di Twitter kemarin ramai jadi perbincangan bahwa alumni ITB merasa eksklusif dan segala macamnya, sulit kerja sama dengan alumni kampus lain, dan sering bawa-bawa almamater dalam berbagai obrolan. Nah begini, menurut saya kalau ada yang overproud pada ITB seperti itu, either dia masih kuliah atau baru saja lulus. Beberapa tahun setelahnya pasti luruh dan menjadi lebih rasional.

Tapi saya nggak memungkiri bahwa kerja bareng alumni kampus yang sama ada enaknya, saya masih rasakan sampai sekarang. Seperti sudah ada saling pengertian, kaya pemain bola yang tahu kawannya ada dimana jadi tanpa melihat pun tahu kemana harus mengoper bola. Cara bicara, gestur dalam diskusi, keseriusan memandang masalah, logika ketika berargumen, cara memperlakukan deadline, ketidakbercandaan dalam forum, jalan pikiran ketika problem solving, timing kapan harus push kapan harus slow, kapan harus eskalasi kapan harus dibereskan sendiri, dll ada kekhasannya. Misalkan saya nonton sebuah webinar, kadang saya bisa nebak pembicaranya alumni ITB hanya dari slide presentasi dan cara delivery-nya.

Ini bukan berarti saya tidak suka kerja dengan alumni kampus lain ya. Faktanya 70% coworker yang pernah kerja sekantor bukan satu almamater. Kerja bareng lulusan kampus manapun is great. Kerja bareng lulusan ITB is a blessing. Atasan langsung saya UI, MOR saya ITB Teknik Fisika. Dua-duanya good leader dan technically capable, tapi waktu 1-on-1 tetep koneksi-nya beda.

Jadi saya pikir kita nggak perlu meng-undermine media tanam itu sebagai sebuah faktor. Saya ragu Xavi, Iniesta, Busquet, Messi (+ Guardiola) bisa se-tiki-taka dan se-unplayable itu kalau mereka seluruhnya tidak punya DNA La Masia. Vindes belum tentu se-bonding itu kalau Vincent dan Desta tidak kuliah di IKJ dan membentuk Club80s. Grup Warkop dengan sepak terjang di bidang hiburan sekaligus aktivisme lahir dari alumni UI yang tergabung di Prambors, sebelum berubah jadi Warkop DKI ketika personelnya Dono Kasino Indro. 

Batasannya adalah jangan melakukan hal yang nggak perlu dan tahu tempat aja. Di tempat umum ya nggak penting kamu lulusan kampus mana, akhlak tu lebih perlu. Tapi kalau dalam sebuah project atau pekerjaan dimana disana ada amanah dari stakeholder, apalagi kalau stakeholdernya masyarakat luas, anything yang bisa meningkatkan performa dan kualitas output layak diusahakan. Jika kesamaan almamater menghadirkan trust dan menunjang produktivitas, go for it. Personally ketika kerja bareng lulusan ITB, saya punya trust bahwa dia akan memperlakukan kawajibannya dengan level keseriusan yang sama dengan saya, dan itu menyenangkan.

Salam,
Chandra


pic: jalan cisitu indah VI

Waktu untuk Buku


Saya pikir reward terbesar setelah berhasil menyelesaikan buku-buku ini selama 2023 adalah penemuan bahwa 'oh ternyata aku masih punya waktu buat kebiasaan-kebiasaan baru ya'. Dulu saya kira 24 jam ini kurang, dari bangun sampai tidur lagi berasa sudah penuh. Tapi awal tahun lalu saya buat resolusi untuk rutin baca buku,  membuat review singkat, lalu berusaha mendisiplinkannya. Entah porsi aktivitas apa yang ter-replace, mungkin waktu tidur sedikit berkurang, atau jam-jam nunggu sesuatu yang sebelumnya dihabiskan memandang layar HP jadi diganti dengan buku. Waktu mengikuti kaidah zero sum game, jumlahnya selalu tetap yaitu sehari 24 jam. Jadi kalau ada kebiasaan baru yang masuk, konsekuensinya pasti ada hal lama yang tergusur.

Karena itulah, sekarang terasa basiannya berupa rasa mau cari dan baca buku lagi dan lagi. Tapi yang lebih dahsyat dari itu ada semacam optimisme yang muncul bahwa kalau di tahun lalu bisa garap sesuatu yang baru, tahun ini mestinya bisa juga dong. 

Optimisme tadi itu terasa lebih hangat bahkan daripada buah-buah yang bisa saya petik dari buku yang saya baca. Padahal buah-buah itu juga sudah terasa manis, setiap buku seperti ngasih saya satu atau beberapa senjata baru. Seperti yang dinasehatkan, orang yang senjatanya hanya palu, akan memperlakukan segala hal seperti paku. Nah buku-buku ini ada yang ngasih saya cangkul, sendok, pisau, bantal, kursi, dan lain sebagainya. Feeling more complete, bener kalau dibilang buku adalah suplemen untuk pikiran. Terima kasih untuk para penulis, jasamu abadi.


Kalau kamu lagi bergelut dengan pekerjaan dan merasa lelah coba baca The Good Enough Job, ini terbaik diantara semua yang ada disini menurut saya. Kalau lagi butuh healing baca The Comfort Book. Kalau lagi pengen ketawa receh baca bukunya Agus Magelangan, kalau ketawa yang berbobot bukunya Chris Atkins itu bagus banget juga. Mau emotional exercise dari novel melayu saya rekomendasikan Anak Rantau & Brianna dan Bottomwise. Mau insyaf tipis-tipis, Seni Merayu Tuhan. Mau marah sama pemerintah, Animal Farm. Kamu vet atau punya kenalan vet, saya rekomendasikan bukunya James Herriot, di tumpukan itu yang paling atas. Mau cerita founder-startup-delusional-fake-it-till-you-make-it, baca Bad Blood.

Saya sekarang juga jadi punya rule of thumb, sebuah buku enak dibaca kalau rating Goodreads-nya lebih dari 4.00. Kalau kurang dari itu biasanya agak berat membereskannya, setidaknya buat saya. Lalu untuk buku dari penulis luar, jauuuh lebih baik baca versi English-nya daripada terjemahan. Harga asli memang mahal, solusinya beli aja di Big Bad Wolf di kotamu. Review singkat dari buku-buku di atas ada di highlight instagram saya. Mohon maag jika desain template-nya kurang oke dan nggak konsisten, saya nggak ahli desain.

So 2024, what do we do next?

Salam,
Chandra