250's Battle : R25 CBR Ninja GSX


#Yamaha YZF-R25

Selama ini R25 adalah motor dengan tenaga (power) terbesar di kelas seperempat liter, sebelum akhirnya tergeser CBR 250RR. R25 dibekali mesin 2 silinder berkapasitas 249cc yang mampu menghasilkan tenaga 35.5 BHP dan torque 22.1 Nm.



Yamaha mengklain motor ini memiliki power-to-weight ratio terbaik pada kelasnya. Berat total motor ini 166 kg dan mampu menampung hingga 14.3 liter bahan bakar. Motor ini pada setting standar bisa melaju hingga 173 km/jam.


#Suzuki GSX-250R

Suzuki akhirnya juga meluncurkan jagoannya pada kelas ini, GSX-250R. Desain luarnya agak berbeda dengan kompetitornya. Hidung GSX-250R relatively blunt dibanding motor lain. Motor ini dibekali mesin 2 silinder 248cc.



Sayangnya engine Suzuki hanya mampu menghasilkan power 24.7 BHP dan 23.3 Nm. Hitung-hitungan performa menjadi kurang meyakinkan mengingat beratnya yang mencapai 178 kg. Kapasitas bahan bakar GSX-250R adalah sebesar 15 liter.


#Kawasaki Ninja 250

Kawasaki adalah pemain lama dalam kategori motor ini khususnya di Indonesia. Dilihat tampilan luarnya, Ninja 250 memiliki desain paling kalem, tidak terlalu banyak ornamen dan lekukan. Namun Kawasaki menghadirkan berbagai macam pilihan warna untuk penggemar Ninja 250.


Ninja 250 mampu menghasilkan output 32 BHP power dan 21 Nm torque dari mesin 249cc-nya. Motor dengan berat 172 kg ini mampu membawa 17 liter bahan bakar. Seat-nya tidak terlalu tinggi, hanya 785 mm.


#Honda CBR250RR

Dilihat dari luar tampilannya cukup garang dan terkesan futuristik. Yang cukup mencolok adalah adanya twin-exhaust, teknologi yang belum ada di badan pesaingnya. Motor jenis ini memang hadir agak belakangan dibandingkan kompetitornya.



CBR250RR dibekali mesin 249.7cc yang mampu menghasilkan power 38.2 BHP dan torque 23.3 Nm. Mungkin saat ini CBR250RR adalah yang tercanggih di kelasnya dengan menerapkan sistem ride-by-wire dengan acceleration position sensor. Hanya saja dari segi harga memang motor ini lebih mahal.



Comparison :

Engine
Yamaha YZF-R25   -   249cc
Suzuki GSX-250R   -   248cc
Kawasaki Ninja 250   -   249cc
Honda CBR250RR   - 249.7cc

Maximum Power
Yamaha YZF-R25   -   35.5 BHP
Suzuki GSX-250R   -   24.7 BHP
Kawasaki Ninja 250   -   32 BHP
Honda CBR250RR   -   38.2 BHP

Maximum Torque
Yamaha YZF-R25   -   22.1 Nm
Suzuki GSX-250R   -   23.3 Nm
Kawasaki Ninja 250   -   21 Nm
Honda CBR250RR   -   23.3 Nm

Kerb Weight
Yamaha YZF-R25   -   166 kg
Suzuki GSX-250R   -   178 kg
Kawasaki Ninja 250   -   172 kg
Honda CBR250RR   -   165 kg

Seat Height
Yamaha YZF-R25   -   780 mm
Suzuki GSX-250R   -   780 mm
Kawasaki Ninja 250   -   785 mm
Honda CBR250RR   -   790 mm

Fuel Tank
Yamaha YZF-R25   -   14.3 liter
Suzuki GSX-250R   -   15 liter
Kawasaki Ninja 250   -   17 liter
Honda CBR250RR   -   17 liter

No. of Cylinder
All bikes : 2

No. of Gears
All bikes : 6


Siap ngebut ??


Chandra
270617

Tanpa Pelatih



Baru saja berakhir gelaran BCA Indonesia Open Super Series Premier. Alhamdulillah satu wakil Indonesia berhasil menyabet gelar juara lewat nomor ganda campuran. Wakil Indonesia Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir berhasil merebut juara setelah mengalahkan Zheng Siwei - Chen Qingchen asal Tiongkok. Di satu sisi ini patut disyukuri karena dalam 3 tahun terakhir (2014, 2015, 2016)  pemain Indonesia gagal juara di Indonesia Open. Namun di sisi lain patut disayangkan lagi-lagi yang menjadi tumpuan meraih gelar adalah pemain senior, Owi (26) dan Liliyana (31). Bandingkan dengan duo finalis Tiongkok, Zheng 20 tahun dan Chen 19 tahun. Hmmm...


Entah kenapa akhir-akhir ini saya jadi makin tertarik dengan badminton. Hobi main dan mengikuti berita-beritanya. Jadi tahu apa itu turnamen Super Series Premier, Super Series, Gran Prix Gold, dll. Jadi ikut kepo IG pemain-pemain badminton. Jadi paham bahwa di balik semrawutnya pukulan badminton itu ada strategi yang rapi dan konsisten. Juga jadi tahu betapa vitalnya peran pelatih dalam sebuah pertandingan.

Kebanyakan pelatih adalah mantan pemain profesional. Mereka duduk di sisi belakang lapangan menyaksikan apa yang terjadi dalam pertandingan. Sesekali mereka memberi instruksi pada pemain saat break. Pelatih-pelatih itu jika bertanding melawan pemain yang masih aktif sudah pasti kalah. Tapi mereka bisa menyaksikan pertandingan dan seluruh sudut lapangan dengan lebih jelas. Lalu dengan pengalamannya bisa memutuskan apa yang salah jika ada. Selanjutnya mampu mengomunikasikan dengan pemain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam pertandingan. Peran seorang pelatih sangat vital.

Itu tadi adalah soal badminton, sebuah permainan. Tapi bagaimana dengan hidup ? Nah mulai nih agak berat.

Begini, saya baru terpikir bahwa salah satu masalah terbesar yang kita miliki adalah kita tidak punya 'pelatih'. Itu adalah masalah di atas masalah. Pasti pernah dengar yang begini : lebih banyak masalah timbul bukan karena apa yang terjadi, tapi karena kita salah bereaksi. Atau, yang penting bukan masalahnya, tapi bagaimana kita menanggapinya.

Unfortunately, kesalahan bereaksi banyak terjadi karena kita tidak punya pelatih dalam menjalani setiap detik dan tikungan-tikungan kehidupan. Sudut pandang kita atas apa yang kita jalani sangat terbatas. Bahkan kita banyak yang tidak tahu seperti apa sebenarnya punggung kita sendiri. Ini seperti mengapa lebih mudah menikmati pemandangan air terjun dari kejauhan daripada dengan berdiri di bawah air terjun. Memandang dari jauh sebagai pengamat luar menyederhanakan permasalahan sehingga kita bisa menilai dengan lebih jernih. Konsep pengamat luar ini juga jawaban mengapa bermain game GTA terasa jauh lebih gampang daripada menjalani kehidupan yang sebenarnya.

Stephen Covey berkata kita harus proaktif, jangan reaktif.  Ini benar karena being reactive lebih sering berakhir salah. Masalah bisa datang bertubi-tubi, seperti lebih dari kapasitas kita untuk menanganinya. Diperparah kita tidak punya second voice dalam menangani masalah itu. Itulah kenapa saya sebut masalah di atas masalah.

Tidak ada manusia yang identik. Begitu pula dalam mengambil keputusan, jangan terlalu bergantung pada orang lain. Tidak perlu juga kita mencontek hidup orang lain. Mungkin hanya Nabi yang pantas kita ambil sebagai template. Jangan menjadi orang yang tidak-enakan. Enak-nya di orang lain, tidak-nya di kita.

Masalah bisa datang kapan saja dengan rate yang kadang rapid kadang selow. Dosisnya juga bisa tinggi bisa rendah. Kita harus melatih diri untuk menangani sebanyak mungkin pertentangan dan konflik. Baik di dalam diri sendiri maupun dengan manusia lainnya. Itulah kenapa ada nasehat untuk jangan menghindari konflik.

Menurut saya salah satu konflik terbesar adalah konflik batin. Ketika bermasalah dengan orang lain kita bisa saja menghindar untuk sementara waktu. Tapi bagaimana kalau dengan diri sendiri ? Belum lagi ada campur tangan logika, perasaan, dan nafsu. Benar jika dikatakan musuh terbesar adalah diri sendiri.

Andaikata kita punya lampu ajaib yang bisa mengeluarkan jin yang sekonyong-konyong mampu melibas segala masalah. Atau mungkin robot peliharaan macam Doraemon yang siap mensupport segala keperluan majikannya. Atau gadget super bijak yang bisa memberikan nasehat jitu hanya dengan menceritakan urusan yang sedang dihadapi. Mungkin dengan itu semua hidup akan terasa lebih mudah. Tapi di sisi lain akan menjadi terasa hambar. Life is Never Flat.

Perbendaharaan ilmu, pengalaman, dan orang dekat bisa membantu kita dalam hal ini. Tapi in the end of the day, kita lah yang harus berani mengambil keputusan. Aset-aset itu tidaklah seperti pelatih badminton yang selalu siaga di tepi lapangan. Tapi bagaimanapun semakin ke sini saya semakin sadar betapa itu semua penting untuk menghadapi -- di waktu yang bersamaan -- kompleks dan simpelnya hidup. Karena hidup ada interval simpelnya juga, jangan spaneng terus, tenangno pikirmu, keep smile!

Tapi lepas dari itu semua, pernah nggak sih tiba-tiba di pikiran terlintas sesuatu, mak plecit. Tahu-tahu ternyata itu jadi seperti 'petunjuk yang benar'. Saya nggak tahu itu apa..

Fyi, badminton sekarang bukan lagi tentang China, Korea, atau Indonesia. Banyak tim lain mulai merangsek ke papan atas perbulutangkisan dunia. Sebut saja India dan Thailand. Tapi, yang menarik adalah pelatih-pelatih mereka banyak yang berasal dari Indonesia. Contohnya, Srikanth Kidambi (India) yang masuk 3 final turnamen Superseries dan 2 kali juara pelatihnya adalah Mulyo Handoyo, mantan pelatih Taufik Hidayat.

Lalu Indonesia ? Ayolaah PBSI..




Chandra
270617

Ayam Tubruk Jogja : Pedasnya Nubruk !



Sebagai pecinta makanan pedas, makanan seperti ayam geprek atau tubruk seperti ini masuk dalam list makanan yang harus dijajal selama mudik ke Jogja. Maklum, di Bandung belum banyak yang begini. Memang menurut saya soal kuliner Jogja lebih unggul daripada Bandung.

Nah ini ada opsi baru buat kamu-kamu yang pengen merasakan varian ayam pedas. Namanya Ayam Tubruk Jogja yang berlokasi di Jalan Sisingamangaraja, Mergangsan, Yogyakarta. Bila kau datang dari selatan ikuti saja Jalan Imogiri Barat (Jalimbar) lurus ke utara sampai masuk Jalan Sisingamangaraja, warungnya ada di kiri jalan, sebelah utara Pasar Telo.

Ini Maps-nya :



Warung Ayam Tubruk Jogja masih baru. Mereka baru buka akhir April 2017. Tapi walaupun begitu semuanya sudah sangat siap. Tempatnya sudah pas dan nyaman, masakan sudah sangat enak, pelayanan juga oke.

Pada hari-hari biasa Ayam Tubruk Jogja buka mulai pukul 11.30 sampai 20.00. Untuk saat ini menjelang lebaran warung sudah libur. Buka lagi setelah lebaran. Jadi silakan mampir yaa besok besok :)

Makanan (bobot 60%) : 9/10
Menu andalan tempat ini tentu saja ayam tubruknya. Teman-teman bisa memesan berbagai level kepedasan. Mulai dari cabe 0 (nol, biasanya dikasih saos sachet) sampai tak hingga, kata ownernya sih. Selain itu juga ada beberapa opsi jenis sambel. Ada sambal bawang, tomat, korek, dan terasi. Jadi kalau pesen bilangnya sambel apa cabe berapa. Jika teman-teman makan di tempat, nasi, lalapan, dan krupuk boleh ambil sendiri. Nambah juga boleh hehehe
Kalau boleh saya bilang, nilai untuk menu ayamnya nyaris sempurna 10. Tapi ada menu lain seperti jamur, terong, tahu, tempe, dll yang 'hanya' pada kategori enak, belum sangat enak. Makanya saya kasih nilai 9 di sini.

Tempat (bobot 20%) : 8/10
Warung Ayam Tubruk Jogja mudah dicari karena lokasinya langsung di pinggir jalan raya. Tempat makannya seluruhnya lesehan, tidak terlalu besar tapi cukup. Dengan alas lantai kayu dan konstruksi bambu cocok untuk nongkrong anak muda sambil makan siang atau makan malam. Tempat langsung lihat di gambar saja ya.




Service (bobot 20%) : 8/10
Sejauh pengalaman saya pelayanan di sini bagus. Pelayannya juga tanggap kalau pengunjung butuh sesuatu. Mungkin masalahnya hanya sedikit antri waktu ambil nasi dll, karena self service, selebihnya oke. Saya ada pengalaman pesan makanan di bungkus dengan jumlah porsi yang lumayan banyak untuk buka bersama. Saya membuat list nama - jml cabe - jenis sambel di grup dan langsung mengirimkannya lewat DM instagram @ayamtubrukjogja. Pas saya ambil ternyata bungkusannya sudah dinamai sesuai pesanan. Jadi nggak repot lagi tinggal ambil sesuai nama masing-masing, nggak masalah lupa kemarin pesennya apa. Saya pesen pagi hari untuk buka bersama sorenya.

Total skor : 5,4 + 1,6 +1,6 = 8,6/10

Kesimpulan :
Ini warung makan baru yang pantas dicoba buat teman-teman pencinta makanan pedas. Tanpa bermaksud melebih-lebihkan, tapi dari semua warung ayam geprek/pedas yang pernah saya coba ini salah satu yang terbaik dari segi rasa. Kalau mau pesan partai besar juga bisa via instagram, adminnya aktif kok. Recomended sekali. Mak nyuss!


Chandra
190617

Masjid Gedhe Mataram Kotagede



Setelah pulang kampung Selasa kemarin alhamdulillah kesampaian safari ke Masjid Gedhe Mataram di Kotagede. Mumpung ramadhan pengen merasakan berbuka dan tarawih di sana. Berangkat dari rumah di daerah Bantul selatan sekitar jam 16.45. Saya berboncengan motor dengan seorang teman menyusuri Jalan Parangtritis yang ramai oleh orang pulang kerja. Kami melawan arus, bergerak ke utara waktu yang lain pulang ke rumahnya di selatan.

Dari Jalan Parangtritis belok kanan di ring road selatan. Ambil jalan pintas sebelum terminal Giwangan untuk langsung ke Jalan Imogiri Barat. Orang Jogja pasti tahu jalan ini. Tahu juga bahwa kalau keluar dari jalan ini maka akan ketemu Mie Ayam Tumini yang tersohor itu. Jadilah kami mampir berbuka dulu di sana hehehe.

Masjid Gedhe Mataram lokasinya di dekat Pasar Kotagede. Masuk ke arah selatan kalau dari pasar. Aksesnya agak susah terutama kalau pakai mobil. Jalannya tidak lebar plus dipakai orang jualan dan parkir kendaraan. Kalau sudah sampai kompleks masjid sih parkirnya lumayan luas.

Masjid Gedhe Mataram adalah salah satu masjid bersejarah di Yogyakarta. Nuansa kunonya masih dipertahankan sampai sekarang. Ada mimbar yang gagah sangar bercat hitam. Ada bagian dinding yang disisakan tidak dipugar, jadi nampak batu bata asli masjid ini.

Keren...

Lampu gantung di tengah ruangan utama masjid


Di kompleks masjid ada pemakaman (sareyan) raja-raja dan sendang. Agak mistis suasannya kalau malam-malam masuk ke sana. Tapi ada saja orang yang berziarah sampai nginap. Ada juga yang malam-malam mandi di sendang -_-. Kalau salat di sana sempatkan jalan-jalan melihat kompleks masjid bersejarah ini ya.

Pintu masuk kompleks makam

Peraturan masuk makam

Oh ya, salat tarawih di Masjid Gedhe Mataram 11 rakaat. Teknisnya salat Isya 4 rakaat (yaiyalaah), tidak ada ceramah, lalu salat tarawih 4 rakaat-salam sebanyak dua kali, ditutup witir 3 rakaat. Menariknya, di sana ada 2 kloter salat tarawih. Kloter pertama setelah salat Isya, kloter kedua tarawih tengah malam. Silakan bagi yang mau mencoba suasana salat tarawih tengah malam di sana.

Itu cerita perjalanan safari kemarin di Kotagede. Setelah puas beraktivitas di masjid itu perjalanan berlanjut dengan menyusuri jalanan Kota Jogja dan makan di angkringan kopi joss Lik Man di jalan Mangkubumi.

Angkringan Lik Man, tapi saya nggak doyan kopi jos


Terima kasih


Chandra

Perlukah Mengkhawatirkan Ini ?



Dari 12 pasangan yang terjaring tersebut, tiga pasangan berstatus sebagai pelajar SMA. Mereka adalah Na (18) berpasangan dengan Ang (21) keduanya warga Bantul. Ri (18) dan Yu (18) keduanya warga Kecamatan Pundong, Bantul. Pasangan lainnya ialah Ar (22) warga Pundong berpasangan dengan Me (18) seorang pelajar warga Jetis, Bantul. - Kedaulatan Rakyat, Senin 12 Juni 2017, halaman 23 
Hmmm..beberes koran di ruang tamu dan malah menemukan bacaan ini. Bukan saya merasa heran. Tapi jadi bertanya-tanya, seberapa 'gelap' kah masa dan kehidupan remaja sebenarnya ?

Di satu sisi mungkin saya perlu bersyukur selama ini berada di lingkungan yang lemayan baik. Memang ada yang begitu-begitu tapi tidak terlalu parah. Masih lebih dekat ke cahaya daripada ke kegelapan. Tapi di sisi lain, jangan-jangan itu karena dolanku kurang adoh ? (mainku kurang jauh)

Ini menjadikan saya sedikit khawatir. Seperti mau pergi ke suatu tempat yang saya belum pernah kesana dan berpikir itu daerah maju maka pasti akses jalannya bagus. Tapi orang-orang di sekitar bilang bahwa sering terjadi longsor dan banjir, berkelok dan licin sehingga sering terjadi insiden, dan lain sebagainya. Jadi harus bagaimana ? Optimis dengan pemikiran sendiri yang berdasarkan asumsi atau percaya kata orang yang mungkin lebih tahu.

Saya pernah menemukan sebuah infografis, tapi lupa filenya dimana. Intinya secara statistik remaja Indonesia kehilangan virginitasnya rata-rata pada usia 19,1 tahun (2005). Benarkah ? Saya juga ragu karena agak tidak jelas siapa yang meneliti, apa standarnya, bagaimana metodenya, siapa respondennya, dll.

Lalu kalau browsing juga banyak artikel dan berita yang membahas tentang ini. Misal "90% mahasiswa di kota A bla bla bla". Semakin banyak membaca itu makin menjadikan saya curious dan khawatir. Beberapa kali saya mengajak diskusi teman-teman tentang masalah ini, tentang pertanyaan "seberapa parah sih ?".

Ternyata pendapat mereka juga beda-beda. Ada yang bilang angka segitu terlalu tinggi, ada yang bilang terlalu rendah. Ada yang mengatakan mahasiswa lebih parah daripada remaja umum, ada yang bilang sebaliknya. Ada yang menanggap menjaga kehormatan adalah keharusan, ada yang mengatakan jaman sekarang itu nggak penting-penting amat.

Oke, jadi memang susah untuk menyimpulkan tentang seberapa parah. Faktor yang paling membuat perbedaan pendapat adalah dimana dan bagaimana remaja yang bersangkutan bergaul. Kalau diperdebatkan akan jadi sangat panjang karena standar baik-buruk yang berbeda.

Tidak usah munafik, di masa remaja saya juga pernah dekat dengan lawan jenis, sebut saja pacaran. Tapi bagi saya 19 tahun adalah 3 tahun yang lalu dan gambaran seperti itu belum terbayang dengan jelas bahkan sampai sekarang. Alhamdulillah ya, malah semakin banyak nasehat untuk menjaga diri.

Ada salah satu teman yang mengatakan "tantangan terbesar remaja itu adalah keinginan untuk jima' ". Makanya segerakan mendapat pasangan yang halal jika sudah siap. Kalau belum siap ya jaga diri, salat, puasa. Begitu katanya. Memang nggak bisa benar-benar suci, tapi kan kudu diminimalkan.

Huaa, apa mungkin kekhawatiran ini bagian dari quarter life crisis ? Jujur saya mengharapkan feedback dari kawan-kawan pembaca soal ini, bagaimana menurut Anda ? Comment bisa anonim kok.

Harusnya kekhawatiran ini tidak perlu kalau meyakini penuh bahwa laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik dan sebaliknya. Harusnya . . .

Jadi apa ya inti dan moral value tulisan ini ? -_-

Ini adalah soal kekhawatiran saya dengan kondisi remaja-remaja kita. Mungkin ada yang menilai kekhawatiran saya ini berlebihan. Saya sebenarnya juga egois karena sedikit banyak berpikir "kalau memang ada keburukan saya tidak tahu bagaimana memperbaikinya, tapi sebagai individu saya ingin menghindari keburukan itu".

Fakta di lapangan menunjukkan sesuatu yang memprihatinkan. Ini kondisi sekarang, lalu bagaimana dengan generasi selanjutnya ?

Kembali lagi kekhawatiran ini tidak perlu kalau meyakini penuh bahwa laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik dan sebaliknya. Maka mungkin cara terjelas yang bisa dilakukan adalah memperbaiki dan menjaga diri masing-masing. Tidak ada manusia yang sempurna. Semua punya masa lalu yang bisa saja baik dan bisa saja buruk.

Berubahlah agar Dia tersenyum - Ebiet G Ade
Astaghrifullahaladzim..


Chandra
150617


sumber gambar : www.thesun.co.uk

Salat Tarawih di Masjid Pusdai Bandung



Sudah hampir 4 ramadhan di Bandung tapi ini baru pertama kalinya saya tarawih di masjid Pusdai Jawa Barat. Padahal ini masjid yang lumayan terkenal. Pusdai lokasinya di dekat Gedung Sate. Tepatnya di sebelah timur RRI Bandung. Bisa juga masuk lewat jalan PHH Mustofa.

Awalnya nggak berniat tarawih di tempat ini. Tapi kemarin ada acara buka bersama di HDL 293 Cilaki yang tempatnya pas di depan Pusdai jadi sekalian salat Maghrib di sana. Betah dengan suasana Pusdai jadi pengen sekalian tarawih di sana.

Lokasi yang strategis dan namanya yang memang sudah terkenal plus kegiatan ramadhan yang semarak menjadikan masjid ini rame di bulan ramadhan. Parkirannya juga luas untuk mobil dan motor dan berportal. Jadi buat Anda-Anda yang membawa kendaraan tak perlu khawatir soal parkir. Udah gitu, bayar parkir seikhlasnya hehehe. 

Bicara soal tarawih biasanya ada yang nanya berapa rakaat salatnya. Tarawih di Masjid Pusdai 11 rakaat. Teknisnya 2 rakaat salam sebanyak 4 kali lalu ditutup witir 3 rakaat. Tentu sebelumnya salat Isya dan ceramah sekitar 20 menit.

Kesan saya salat di masjid ini
Pertama, tempatnya nyaman, sejuk tapi tidak dingin walaupun sudah malam. Ventilasinya cukup dan atapnya tinggi jadi tidak pengap walaupun rame. Kalau tidak sedang waktu salat juga nyaman duduk-duduk di serambi dan tamannya yang luas. Bikin betah lah.

Kedua, waktu salat di sana kemarin bacaan imam dan ceramahnya enak. Jadi betah dan nggak terasa lama. Ada beberapa jamaah yang membawa anak-anak dan kayaknya ayem ayem aja si anak.

Jadi kalau kamu hobi safari dari masjid ke masjid selama ramadhan Pusdai boleh dicoba. Juga warga luar daerah yang sedang ke Bandung juga bisa mampir ke sana. Selamat beribadah. Ramadhan mubarak

Beberapa potret masjid Pusdai

Pintu utama masjid Pusdai
Masih pintu utamanya
Parkiran luas
Pintu masuk masjidnya ada beberapa dari berbagai sisi, jadi enak datang dari mana saja
Bagian dalam masjid




Chandra





Flight Mechanics



n.b. akan banyak istilah-istilah yang agak ilmiah di tulisan ini, semoga tidak membingungkan..

Hari-hari ini kampus sepi. ITB sudah masuk hari-hari liburan dan banyak mahasiswa sudah pulang kampung. Tapi dari sebagian geliat kehidupan kampus yang masih aktif adalah mahasiswa-mahasiswa TA (tugas akhir). Tentu juga ada osjur (ospek jurusan), diklat panitia OSKM, dan kegiatan ramadhan Masjid Salman.

Kampus sedang bersiap menyambut periode wisuda Juli 2017. Tentu yang paling meriah persiapannya di lingkungan lab dan mahasiswanya. Sekarang ini timeline wisuda Juli sudah memasuki masa-masa seminar, yang dilanjutkan masa sidang minggu depan. Tak terkecuali di jurusan saya, AE, Aeronotika & Astronotika.

Mungkin akan ada belasan mahasiswa AE yang akan lulus pada bulan Juli nanti. InsyaAllah kalau saya kloter berikutnya, Oktober nanti, doakan ya hehehe. Hari-hari ini selain melanjutkan pekerjaan TA saya juga ikut hadir di seminar teman-teman. Marathon, senin selasa rabu minggu ini ada terus yang seminar.

Bicara soal seminar, ada yang menarik di sini. Seminar KP (kerja praktek), seminar TA, bahkan sidang disini tidak terbudayakan teman-teman memberikan coklat, susu, buket, apalagi bunga haha. Coklat atau makanan paling hanya 1 atau 2, plus balon tulisan S.T. Dah itu tok. Ketika wisuda, agak lebih banyak tapi itupun masih bisa dibawa dengan 1 totebag. Apalagi untuk mahasiswa laki-laki. Ini contohnya, yang sudah lulus sidang :



Jadi ketika buka instagram terus lihat feed yang isinya orang syukuran setelah semprop atau sidang, cuma bisa senyum-senyum hehe. Tapi nggak masalah, budaya masing-masing. Kata seorang dosen :

FTMD kok dikasih balon, ceburin tuh kolam mesin
Oke, cukup, kembali ke topik. DI AE, yang wisuda bulan Juni ini kebanyakan berasal dari Lab Struktur Ringan (Lightweight Structure) dan Lab ADOM (Aircraft Design Operation and Maintenance). Sementara itu, belum ada 1 pun mahasiswa Flight Mechanics yang selesai hahaha disyukuri saja.

Kadang kalau melihat teman-teman yang sudah selesai jadi pengen. Jadi sempat berpikir kenapa milih topik TA yang agak 'panjang'. Tapi perilaku seandainya... seandainya... harus dihindari.

Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Q.S. AL-Baqarah :216)

Dulu saya berminat menggeluti bidang struktur ringan. Saat tingkat 2 sempat menjadi asisten dan membantu tutorial kuliah Statika Struktur dan Mekanika Kekuatan Material. Sampai tingkat 3 saya juga masih menempatkan struktur sebagai rencana topik tugas akhir. Baru di tingkat 4 saya tertarik bidang flight mechanics.

Oh ya, flight mechanics atau mekanika terbang adalah bidang ilmu penerbangan yang mempelajari gerak pesawat udara ketika terbang, stabilitasnya, sikapnya, dan bagaimana mengontrolnya. Analoginya sama dengan mengendalikan / menyetir mobil. Tapi mobil hanya memiliki 2 Degree of Freedom (DOF) yaitu maju-mundur dan belok kanan-kiri. Sedangkan pesawat terbang punya 6 DoF : maju-mundur, geser kanan-kiri, atas-bawah, rolling kanan-kiri, pitching nose up-nose down, dan yawing kanan-kiri. Tentu persamaan lebih panjang dan masalah jadi lebih runyam.

Tadinya saya pikir flight mechanics ini memang menantang dan wajar kalau lebih lama selesainya. Tapi ternyata itu ketempelan rasa sombong. Astaghfirullah. Begitu saya masuk ke seminar-seminar teman lain, ternyata apa yang mereka kerjakan juga bagus. Tidak ada tugas akhir yang remeh.

Kalau dilakukan survey dan dilihat statistik angkatan yang lalu-lalu, flight mechanics memang sedikit lebih lama, yang normal kebanyakan lulus di Oktober, tidak ada yang Juni apalagi April (3.5 tahun). Tapi bukan berarti kalau saya mengerjakan bidang lain juga bisa selesai cepat. Semua punya sisi excelence masing-masing.

Setelah merenungkan itu saya jadi bersyukur masuk ke flight mechanics. Saya menyukai yang saya kerjakan dan lebih mensyukuri apa yang saya tahu dan apa yang saya belum tahu. Saya merasa ini tempat yang tepat untuk saya merampungkan masa studi S1. Puas-puasin lah sampai Oktober nanti. Aamiin.

Senang sekali melihat teman-teman yang mengerjakan TA dengan semangat. Mereka adalah mahasiswa-mahasiswa yang tahu apa kesukaannya dan tegas memilih itu. Ketika di tingkat 1-3 belum terlihat karena bahasan kuliah masih macem-macem, sekarang muncul dengan TA yang keren dengan analisis mendalam pada bidang yang dia sukai. Di tingkat S1 saja sudah terasa bahwa semakin tinggi levelnya semakin kecil cakupan yang dipelajari. Apalagi nanti di jenjang S2 dan S3.

Selamat untuk kawan-kawan yang sudah menyelesaikan tugas akhirnya. Semangat untuk mahasiswa di seluruh Indonesia yang masih berprogres dengan TA atau skripsinya. Selamat untuk yang sudah menemukan dirinya :)



Chandra
060616 5:30 PM

Mie Ayam Kamehame : Pedes Pedes Sedap



Kepikiran review mie ayam Kamehame gara-gara tadi masuk ke Sahoerkamti. Jadi ada ide juga rutin review makanan as makan is one of my hobbies hehehe..

Sejak tahun lalu di Jogja banyak bermunculan mie ayam tengah malam. Mereka buka malam sampai dini hari. Salah satunya adalah Mie Ayam Kamehame yang berlokasi di Jalan Urip Sumoharjo no 66 a.k.a Jalan Solo, tepatnya di depan Hotel Grand Aston, Jogja. Kabarnya sekarang Kamehame udah buka cabang di Jalan Rajawali no 6, Demangan tapi saya belum coba yang ini.

Kamehame buka jam 10 malam sampai jam 3 pagi. Selama Ramadhan juga melayani makan sahur. Kamu-kamu yang malas keluar malam-malam juga bisa pesan via Go-Food, udah terindeks kok. Kemasan take away-nya bagus, pakai cup jadi lebih rapi dan aman.

Di Kamehame kamu bisa merasakan nikmatnya makan mie ayam anget pedas sambil nongkrong bersama kawan-kawan, di trotoar, tengah malam. Itu juga kebiasaan saya kalau sampai malam masih di kota. Daripada pulang ke Bantul di jam-jam nanggung mending Kamehame dulu. 

Makan dan nongkrong di Kamehame

Menu andalan Kamehame tentu saja mie ayam, dengan beberapa tingkatan level kepedasan. Sesuai nama warungnya yang identik dengan Dragon Ball, nama makanannya juga bernuansa sama. Ada Mie Ayam Kamehame, Saiya, Super Saiya, Z, etc. Juga ada berbagai macam minuman panas dan dingin. Di warungnya tersedia juga kerupuk, pangsit, dll.

gambar : scontent.cdninstagram.com

Saya mau bikin penilaian, biar afdol sebagai review makanan :

Makanan : (7/10) - bobot 60%
Menurut ownernya, konsep dan rasa Kamehame adalah flashback mie ayam jadoel tahun 90an. Waktu itu saya belum kenal mie ayam jadi nggak bisa membandingkan. Tapi yang saya rasakan ketika menyantap Kamehame adalah bumbunya kuat dan tekstur mie-nya pas. Mie berukuran agak besar dan dimasak dengan kematangan yang pas. Asal tidak berlebihan dalam memilih level kepedasan mie ayam ini sangat enak dinikmati. Kalau terlalu pedas selain kita jadi kurang bisa menikmati, rasa mie ayamnya juga jadi ketutup. Dari segi minuman, pilihannya komplit dan lumayan menyegarkan. Cocok untuk teman makanan pedas.

Tempat : (8/10) - bobot 20%
Saya pribadi senang dengan konsep warung makan yang sederhana seperti Kamehame. Pengunjung lesehan di emperan toko beralaskan tikar. Walaupun tengah malam dan tempatnya terbuka untungnya Jogja tidak terlalu dingin asal tidak sedang hujan. Selain itu tempatnya tidak sulit dicari untuk orang yang belum pernah kesini. Kekurangannya hanya kadang ketika pengunjungnya banyak maka tikar sampai ke emperan toko yang belum dibersihkan oleh mereka. Bagaimana saat hujan ? Mungkin agak repot tapi kebetulan saya belum pernah makan di sana ketika hujan.

Service : (7/10) - bobot 20%
Pelayanan kru Kamehame cukup cepat dan tepat. Mereka memasak mie ayam dalam jumlah banyak sehingga pengunjung tidak perlu menunggu terlalu lama. Jika di tengah-tengah makan ingin nambah sesuatu juga bisa langsung menghubungi pelayannya. Friendliness pelayannya juga oke. Hanya kadang antri ketika akan membayar setelah makan. Juga tidak adanya tisu, padahal kalau makan pedas pasti keringetan dan mbeler...

Total Score : 4.2 + 1.6 + 1.4 = 7.2/10

Kesimpulan :
Makan di Kamehame bukan cuma mendapat mie ayam pedasnya, tapi juga nuansa keakraban Kota Jogja di waktu malam. Datanglah ke sana bersama kawan-kawanmu, jangan sendirian. Kalau takut kemalaman, bisa datang jam 10. Selama Ramadhan juga bisa jadi opsi makanan sahur. Intinya, recomended!

Sampai jumpa di review makanan selanjutnya :)


Chandra

Ramadhan 1-7 : Pemanasan




"Masih bahagiakah kita ?"

Ini pertanyaan yang dilontarkan khatib sewaktu tarawih 2 hari yang lalu. Masih ingat waktu tanggal 1 Ramadhan kemarin. Semua orang happy-happy, bersyukur menyambut bulan suci. Sahur pertama disiapkan dengan sebaik-baiknya. Masjid penuh waktu tarawih dan subuh, bahkan nggak cukup. Feed medsos dipenuhi ucapan selamat dan semangat Ramadhan.

Tapi beberapa hari berjalan suasana mulai menghambar. Shaf-shaf mulai berkurang. Mulai bernegosiasi dengan target-target yang sudah dibuat sejak awal puasa. Memang, segala hal yang baru pasti terasa indah. Usaha untuk istiqomah jarang mudah.

Tapi biarlah, kita manusia tidak bisa perfect, yang penting keep trying, ya tho ?
Lagipula tiap orang berada pada levelnya masing-masing. Mulainya juga beda-beda dan mungkin nanti selesainya juga beda-beda. Just remember jangan lupa untuk terus levelling up.

Bagi saya ramadhan ini spesial. Alasannya saya ingin comeback setelah tahun lalu kurang bisa maksimal karena cukup banyak distraksi. Ada tanggung jawab lumayan besar waktu itu bersamaan dengan ramadhan yang mau tidak mau menguras waktu. Tahun lalu juga sempat sakit di tengah-tengah bulan. Alhamdulillah tahun ini masih diberi kesempatan bertemu ramadhan. Walaupun 'hanya' 30 hari tapi ingin rasanya Ramadhan kali ini jadi berkualitas tinggi.

Kalau mungkin teman-teman punya target progresif dari tahun ke tahun yang terus naik, tidak begitu dengan saya. Kalau ditanya kapan ramadhan terbaik mungkin waktu kelas 3 SMP. Setelah itu sering naik turun. Jadi kali ini seperti mulai dari nol. Tahun-tahun lalu saya menjalani puasa day by day. Tapi kali ini ingin memanfaatkan bulan ini lebih terencana. Semoga selepas ramadhan menjadi individu yang lebih baik. aamiin..

Tujuh hari pertama ramadhan saya anggap sebagai fase pemasanan. Selama ini saya fokus membentuk kebiasaan. Kebiasaan yang seoptimal mungkin mendukung pencapaian target-target ramadhan dengan kualitas ibadah terbaik. Mulai dari bagaimana menyiapkan makan sahur agar proper dan bisa subuh dengan baik. Bagaimana berbuka agar tetap bisa maghrib, isya, plus tarawih berjamaah. Bagaimana mengatur kegiatan di siang dan malam hari. Dan lain sebagainya. Eksperimen-eksperimen membuahkan hasil. Alhamdulillah hari ini saya sudah punya cukup gambaran untuk menyeimbangkan semuanya.

Tentang target harian ramadhan, banyak tersebar di internet templatenya. Berisi daftar amalan yang bisa dilakukan selama ramadhan. Berupa tabel yang harus diisi tiap harinya. Tapi menurut saya itu belum cukup. Sebagai contoh, misalnya di siang hari sekitar salat Dzuhur. Datang tepat waktu ke masjid, salat jamaah, mendengarkan ceramah, dzikir, plus baca Al-Quran mungkin memakan waktu sekitar 1,5 jam. Artinya masih ada 1,5 jam lagi yang unguided sampai Ashar. Waktu yang seperti ini biasanya malah menjerumuskan kepada hal yang sia-sia.

Itu adalah salah satu hasil evaluasi saya selama 7 hari pertama. Mulai besok saya akan coba menutup lubang itu dengan membuat 1 guidance lagi. Yaitu dengan membagi waktu 24 jam sehari secara lebih jelas. Berapa jam untuk fokus beribadah, berapa jam mengurusi urusan akademik / TA, berapa jam me time produktif dan santai, berapa jam istirahat, dan berapa jam spare. Nanti dievaluasi terus dan porsinya berubah, levelling up.

Selanjutnya dihitung setiap kegiatan yang kita lakukan. Tidak perlu terlalu detail perhitungannya, yang penting proporsional. Harapannya jadi tidak bingung dalam memanfaatkan waktu yang terbatas ini dan semoga makin sedikit waktu yang terbuang sia-sia. Karena untuk bergerak ke arah yang lebih baik caranya bukan hanya menambah yang baik-baik, tapi juga mengurangi yang jelek-jelek. Zero sum game.

Alhamdulillah sepertinya ini ramadhan paling khusyuk selama di Bandung. Tidak terlalu banyak beban pikiran tapi juga tidak nganggur-nganggur amat. Tapi seriously, paling enak itu ramadhan di rumah bareng keluarga. Jadi pengen segera mudik...

Btw, salah satu hasil eksperimen saya adalah sebisa mungkin tidur sebelum jam 11 malam. Jadi karena sekarang sudah jam 10 lebih, selamat malam :)

Ramadhan mubarak


Chandra


gambar : www.bestwishesquotes.com