Podcast Pertama Duta Sheila On 7



Waktu pertama kali video youtube-nya Ustadz Salim A Fillah lewat di feed, saya tertarik karena dua hal. Pertama karena yang dibahas adalah keris, yang mana kalau di Jawa biasanya identik dengan klenik, mistik, bahkan syirik. Tapi beliau memperkenalkan keris sebagai artefak sejarah yang secara artistik indah dan secara fungsi benar-benar bisa jadi senjata. 

Meskipun mengulik sejarahnya, beliau tidak mengajak untuk terlalu mengagungkan siapa pemilik keris itu, siapa pembuatnya, atau siapa yang pernah gugur karenanya. Beliau menonjolkan sisi bahwa keris itu canggih, dibuat dengan teknologi tempa besi yang sangat maju di jaman itu, dan punya peran penting dalam hidup tokoh-tokoh besar masa lalu yang mungkin secara tidak langsung membentuk bangsa Indonesia yang sekarang.

Lalu hal kedua yang menarik adalah openingnya yang menggunakan musik Lir-ilir. Memang tidak semua ustadz melarang untuk memainkan atau mendengarkan musik, tapi yang membolehkan pun jarang ada yang mengendorse musik saat tampil di publik. Di sini Ustadz Salim justru menggunakan musik dalam video podcastnya.

Meskipun sudah subscribe, tidak banyak videonya yang saya tonton, awalnya. Karena kontennya tetap mengusung topik yang agak berat seperti sejarah dan filosofi. Meskipun dipadukan dengan konteks jalan-jalan dan makan-makan, rasanya masih kurang daya tarik. Terlihat saat itu momentumnya belum dapat, viewers-nya masih banyak yang di bawah 10 ribu per video. 

Tapi kini beliau mengubah strateginya dengan bicara soal topik yang lebih populer dengan narasumber yang sudah punya nama. Beliau mengundang Om Helmy Yahya untuk bicara soal raja kuis dan sejarah kolonialisme, yang nonton lebih dari 40 ribu. Ada juga ngobrol dengan Mas Hanung Bramantyo, bicara soal film termasuk cerita di balik Ayat-Ayat Cinta. Puncaknya adalah saat mengundang Mas Duta SO7, videonya meledak ditonton lebih dari 900 ribu kali sejak diupload pada 12 Mei kemarin.

Sebelumnya memang Ustadz Salim pernah beberapa kali menyebut Mas Duta ini dalam ceramahnya. Konteksnya, Mas Duta alias Akhdiyat Duta Modjo ini adalah keturunan dari Kyai Modjo, tangan kanan Pangeran Diponegoro saat perang melawan Belanda. Kini beliau dikenal sebagai sosok yang sederhana, tidak neko-neko, dan tidak haus popularitas meskipun dirinya adalah vokalis sebuah band besar. Cek twitter deh, apa kata orang soal beliau dan band-nya, riders apa yang diminta, bagaimana sikapnya pada fans. Pernah lihat video Mas Duta nyanyi Anugrah Terindah yang Pernah Kumiliki di nikahan orang?

Karena selama ini Mas Duta belum pernah muncul di podcast youtube manapun, jadi wajar kalau kemunculan pertamanya di video Ustadz Salim viral. Bagusnya lagi Ustadz Salim tidak membahas sejarah keluarga Mas Duta secara berlebihan. Sebagian besar obrolan tetap tentang Sheila On 7. Bagaimana band itu bisa terbentuk, kenapa namanya Sheila On 7, hingga perjalanan karirnya. Part yang bagus saat Mas Duta muter-muter menjelaskan masa kecilnya, susah banget ngomong lugas 'Saya lahirnya di Amerika'.

Upaya merangkul pool penonton yang lebih besar ini juga terlihat ketika Ustadz Salim mengambil tema Mencuri Raden Saleh saat film-nya sedang naik-naiknya kemarin. Menarik sekali karena beliau menunjukkan dua lukisan secara side-by-side yang menggambarkan situasi saat Pangeran Diponegoro dijebak oleh Belanda. Satu lukisan karya Raden Salah itu, dimana orang Belanda-nya digambarkan cebol. Satu lagi lukisan Nicolas Pieneman, tentang momen yang sama namun dari sudut pandang Belanda. 

Ustadz Salim juga membuat video yang membahas sejarah dawet. Ini merespon viralnya lagu Joko Tingkir Ngombe Dawet tahun lalu. Video ini viewers-nya sampai 75 ribu, masuk 3 besar paling banyak ditonton diantara video beliau. Paling terkini, 3 hari yang lalu channel beliau merilis video ngobrol dengan Mbak Ozie alias Bu Tejo 'Tilik'. Makin asik ini channel.

Our internet need this. Bagus ini konten agama dengan delivery yang ramah. Pasar pendengarnya gede tapi belum banyak yang menjamah. Bayangkan kalau semakin banyak konten seperti ini di media sosial, jauh lebih manfaat daripada bahasan artis selingkuh dan semacamnya. Go subscribe Salim A Fillah


Chandra

Camping di Kaki Gunung Salak



Akhirnya saya camping lagi setelah terakhir kali waktu SMP. Ini pun karena diajak abang sepupu yang biasa camping bareng teman-teman kerjanya. Saya memang belum menekuni camping, jadi peralatan pun nggak punya. Kemarin tenda numpang karena kebetulan tendanya besar dan ada ruangan-ruangan. Saya cuma bawa 1 kasur lipat, 1 kasur angin, kursi, dan beberapa alat makan.

Alhamdulillah sekalinya ikut camping langsung dapat tempat yang enak. Nama tempatnya Panorama Pinus Hjp Land yang ada di kaki Gunung Salak. By kaki I mean mungkin sekitaran betis karena lokasinya belum tinggi-tinggi amat. Karenanya suhu di sana tidak terlalu dingin, jaket hanya diperlukan saat malam saja. Ketika tengah hari justru agak panas, cocok untuk agenda bikin es kelapa muda pakai sirup. 


Akses jalan menuju camping ground sudah diaspal walaupun ketika hampir mencapai lokasi jalannya menyempit. Untungnya arus kendaraan yang ke arah Gunung Salak ini tidak seramai yang ke Puncak. Mungkin karena kami mruput juga ya, sebelum subuh sudah jalan dari Jakarta. Kami sampai di lokasi sekitar pukul 6 pagi, sebelumnya sempat mampir untuk salat subuh. Melihat tempatnya ketika sampai, langsung optimis ini akan jadi dua hari yang menyenangkan.

Camping ground-nya luas, sekitar satu lapangan bola. Bentuknya berundak sehingga orang yang camping tidak saling menutupi pandangan ke arah Kota Bogor. Kendaraan mobil dan motor bisa dibawa sampai tempat mendirikan tenda jadi tidak repot untuk angkat-angkat barang. Saat kami datang lokasi sudah dibersihkan jadi tidak ada sampah kelihatan. Ada fasilitas mushola, toilet dalam jumlah yang cukup, dan warung kalau mau duduk-duduk atau beli barang yang lupa dibawa. Tidak perlu takut gelap atau nggak bisa charge HP, ada terminal listrik yang bisa ditarik sampai ke tenda. Ada juga peliharaan kelinci dan burung merpati yang bebas berkeliaran.



Biaya untuk camping di Panorama Pinus Hjp Land adalah 75.000 untuk 1 slot tenda ditambah 15.000 per orangnya. Enaknya di sini tidak ada garis pembatas antar slot, jadi nggak perlu khawatir kesempitan jatah tendanya. Ada tambahan charge 25.000 untuk slot tenda fasum dapur dan makan. Malam hari mau buat api unggun tapi nggak bawa kayu? bisa beli di pengelolanya seharga 35.000 satu ikat. Cukup untuk menemani ngobrol dan ngelamun sampai dini hari.

Selain camping ground-nya, ada dua atraksi menarik lain yang bisa dikunjungi jika camping di sini. Ada curug dan hutan pinus yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki selama 20 dan 10 menit, respectively. Curugnya cukup deras, tapi tidak terlalu deras sehingga masih bisa dipakai mandi. Hutan pinusnya terjaga karena jadi bagian dari Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan memang tidak banyak orang yang kesana.

Itulah sekilas cerita persami kami di Panorama Pinus Hjp Land Bogor. Kalau mau lihat seperti apa tempatnya, atau penasaran dengan curug dan pinusnya, saya kemarin bikin reels di instagram @chandranrhmn, yaa walaupun gambar dan editannya seadanya. Semoga cerita ini ada manfaatnya. Terimakasih sudah membaca.



Chandra

Goodhart's Law



Ketika sebuah ukuran dijadikan target, maka ia tidak lagi menjadi ukuran yang baik

Gagasan di atas disampaikan oleh seorang ekonom Inggris bernama Charles Goodhart sehingga selanjutnya disebut Goodhart's Law. Contoh yang paling sering diberikan adalah pabrik paku seperti gambar di atas.

Suatu ketika manajemen ingin mengukur produktivitas pabrik dengan menghitung jumlah paku yang dihasilkan. Semakin banyak semakin baik, maka pabrik memproduksi sebanyak mungkin paku tapi dengan ukuran kecil-kecil. Menyadari kesalahannya, kebijakan diubah dengan menilai produksi berdasarkan total berat paku yang dihasilkan. Kini pabrik memproduksi paku raksasa dalam jumlah sedikit.

Di mana-mana ini terjadi. Prestasi murid diukur berdasarkan nilai ujian. Efeknya banyak yang fokus pada nilai akhir saja bukan proses belajar dan ilmunya. Saat pandemi covid semakin sedikit yang positif semakin dianggap sukses, maka jumlah tesnya yang dikurangi agar kasus yang ketahuan bisa dibatasi. Ketika suatu ukuran dijadikan target, manusia cenderung mencari siasat untuk mencapai target tersebut dan mengerdilkan makna ukuran itu sendiri. 

Mengingat Goodhart's Law ini, memilih metric untuk menilai sesuatu harus bijak. Jika polisi dinilai berdasarkan jumlah penjahat yang ditangkap, potensi kriminalisasi naik. Jika dokter hewan dinilai dengan persentase hewan rawatan yang pulih, rawan muncul kecenderungan dokter menolak merawat hewan yang sudah sakit parah, padahal lebih dibutuhkan.

Upaya yang dapat dilakukan adalah menambahkan metric/ukuran lain sebagai penyeimbang. Selain jumlah atau berat paku, perlu dilihat berapa banyak yang laku di pasaran dan bagaimana kepuasan pelanggan. 

Chandra

pict by CNA.org