Experiencing Devotion
Saat saya datang ke SATFFest-nya Kemenag September lalu, saya pikir itu black swan saja. Sebuah acara dari lembaga pemerintah yang dikemas secara populer dan benar-benar bisa dinikmati, bukan acara yang dibuat untuk sekedar mengejar penyerapan. Tapi saat saya datang ke DevX weekend kemarin, saya yakin bahwa ada culture dan mind yang bekerja di balik terselenggaranya acara-acara keren ini.Blow off Steam
Kalau buka Task Manager di laptop, kita bisa lihat berapa persen memori (RAM) dan prosesor yang terpakai. Semakin banyak aplikasi yang berjalan, semakin tinggi angkanya. Masing-masing aplikasi akan minta alokasi memori dan prosesor yang berbeda. Paint cuma kecil, tapi Photoshop gede. Game solitaire ringan, sedangkan game FIFA terbaru pasti berat. Browser seperti Chrome besarannya tergantung banyaknya tab yang dibuka.Mungkin Tidak Terjadi Lagi
Pandemi benar-benar sudah berakhir ya? Bukan karena pemerintah mengubahnya menjadi endemi (saya skeptis dengan istilah-istilah buatan pemerintah), tapi tampaknya kekhawatiran atas covid sudah kalah dengan urgensi aktivitas sehari-hari, bahkan yang sifatnya tersier. Pakai masker terlanjur jadi kebiasaan, which is good, tapi berapa orang sih yang masih takut keluar rumah?
Ada beberapa pola perilaku yang erat ikatannya dengan waktu. Misal karena banyaknya commuter, jalan menuju pusat kota padat tiap pagi, lalu berbalik sore harinya ketika orang-orang menuju pulang. Menit-menit sebelum berbuka, jalan di daerah pemukiman dipadati orang jual beli jajanan. Sebaliknya siang harinya lengang karena orang menghemat energi dengan tidak keluar siang-siang.
Pola-pola seperti itu akan terulang lagi nanti sore, besok, tahun depan, dan seterusnya. Kita boleh suka boleh tidak, tapi ya kemungkinan besar akan kejadian lagi. Kita bisa berinisiatif menggalakkan WFH sehingga tidak perlu commute ke tempat kerja tiap hari. Tapi pada level globalnya ya kemacetan itu tetap akan ada, apalagi di Jakarta ya.
Lebaran ditunggu-tunggu karena jadi kesempatan berkumpul dengan keluarga, dapat libur agak lama, dan mungkin THR. Tapi konsekuensinya tiket mudik kadang harus rebutan, semakin dekata hari raya semakin susah dapatnya. Kalau pakai kendaraan sendiri ada resiko macet di Bekasi.
But we accept the fact, and be ready bcs we expect it to be happening again and again, like it or not. Embrace the happiness, resist the inconvenient.
Lalu bicara soal pandemi dan segala perubahan yang diakibatkannya, semua itu mungkin tak akan terjadi lagi. Jalanan yang lengang, minimum interaksi, banyak tempat ditutup, beberapa aktivitas tidak bisa dilakukan, di dalam rumah sepanjang hari, dll are becoming things of past probably. Saya nyaman dengan lengangnya jalan, bebas macet dan rendah polusi. Tapi sesenang-senangnya saya, saya tidak expect itu akan terjadi lagi. Untungnya kita juga nggak perlu tiap bulan tes covid lagi.
Cukuplah pandemi disimpan dalam ingatan saja dan dijadikan cerita, semoga tidak terjadi lagi, terlalu mahal harganya. Move on.
Mall
Saking banyaknya mall di Jakarta, dulu saya pikir landmark-nya Jakarta selain monas ya mall-mall ini. Jadi saya memang tertarik untuk tahu kaya apa mall di sini. Saya coba untuk buat list di sini mall yang sudah saya kunjungi berurutan dari yang paling favorit buat saya sampai yang no-go.
Banyak yang jadi pertimbangan saya dalam menilai mall: kenyamanan (not necessarily kemewahan ya), kemudahan akses dan seberapa effortless untuk dijangkau termasuk seberapa strategis lokasinya, tenant yang tersedia terutama makanan, dan general impression.
Sebagian mall yang ada disini sudah saya kunjungi beberapa kali dengan niat, tapi ada juga yang hanya mampir sebentar misal untuk COD sesuatu atau vaksin. Ada yang saya datangi waktu masih SMP, ada yang baru minggu lalu. Ada yang sangat mewah, tapi sekelas PGC juga saya masukkan. Meskipun saya bilang Jakarta tapi saya masukkan juga yang di BoDeTaBek.
Let's go most favorite to least favorite:
- AEON Mall BSD, super good impression
- Central Park, David Gadgetin kalau ngetes kamera suka disini
- Blok M Plaza, ringkas, kecil, banyak tempat makan, nyambung MRT langsung, masjid bagus
- AEON Mall Tanjung Barat
- Bintaro Xchange
- IKEA Alam Sutera, yaa saya anggap mall
- Kota Kasablanka
- AEON Mall Jakarta Garden City, I'm a fan of AEON mall
- Pondok Indah Mall 3
- Pondok Indah Mall 2
- Pondok Indah Mall 1
- Setiabudi One, masuk, nonton, keluar
- Lotte Shopping Avenue
- Ashta District 8
- Grand Indonesia
- Pacific Place, kesini terakhir 2008 sih, masih SMP...
- Mall Ambasador
- ITC Kuningan, destinasi cari kaos murah
- Mall Taman Anggrek, kesini karena giant LED-nya
- FX Sudirman
- Senayan City, branded
- Transpark Mall Bintaro
- Lotte Mall Bintaro
- Ciledug Plaza
- Epicentrum, kesini buat vaksin
- Plaza Kalibata, bukan yang Kalcit ya ini, yang Kalcit di bawah
- Living Plaza Alam Sutera
- Gandaria City
- Kuningan City
- Pejaten Village
- Mall of Indonesia
- Blok M Square, ada kabah di rooftopnya
- Atrium Senen
- Ratu Plaza, beli monitor komputer
- Plaza Festival
- City Plaza Jatinegara
- ITC Fatmawati, toko HP
- Summarecon Mall Serpong
- Cilandak Town Square, tempat makan
- Tangerang City Mall
- Bintaro Plaza
- Plaza Slipi Jaya, 1x kesini nonton Conan
- Lippo Mall Karawaci
- Lippo Mall Puri
- Lippo Plaza Ekalokasari
- BTM Bogor
- Mall Kelapa Gading
- Summarecon Mall Bekasi
- Arion Mall, parkir karena mau nyobain naik LRT
- Kalibata City Square, bener kata orang segala ada di Kalcit
- Mangga Dua Square
- Bellagio Boutique Mall, masuk cuma mau ke JNE-nya
- ITC Roxy Mas
- LTC Glodok, kukira tempat makan/belanja ternyata jualan alat pertukangan
- Pusat Grosir Cililitan (PGC), pusatnya Jaktim Cyber kalo kata @apossssss
- CBD Ciledug
- ITC Cempaka Mas
- D-Mall Depok, mending ke UI
- Gajah Mada Plaza
- Poins Square
- ITC Permata Hijau
- Roxy Square
- Season City, simply No-Go
- Mall @ Alam Sutera, simply No-Go
Amigos
Sebuah sisi lain yang jarang diketahui dari bekerja di segitiga emas adalah kebiasaan makan siangnya. Dulu sebelum disini saya pikir orang-orang yang bekerja di kawasan ini lunch-nya di kalau tidak di kafe ya di mall. Nyatanya, sebagian besar pekerja tidak melakukan itu. Justru spot paling ramai di jam istirahat siang jauh dari kesan blink-blink yang banyak diduga orang.
Spot paling ramai itu ada di belakang deretan gedung-gedung Sudirman Thamrin Kuningan, kawasan kampung kota dimana banyak buka warung-warung dan pedagang kaki lima. Disanalah epicentrum pekerja yang menghabiskan waktu istirahat sambil makan siang.
Namanya juga kampung kota, tempatnya memang tidak rapi apalagi nyaman. Tidak heran sebutan prokem-nya tempat makan seperti ini adalah Amigos alias Agak Minggir Got Sedikit. Ada beberapa alasan warung-warung ini ramai didatangi.
Kedua, bisa ngudud. Saya bukan perokok, tapi biasanya kalau makan di belakang kantor nongkrongnya jadi lama karena beberapa teman sebat atau nge-vape dulu. Setelah beberapa jam di ruangan ber-AC, orang yang terbiasa merokok biasanya craving tempat terbuka seperti ini. Saya juga beberapa kali jumpa pegawai level bos (yang gak masalah dengan harga) memilih makan di amigos karena bisa ngrokok.
Ketiga karena dekat, tidak perlu pesen ojek online untuk menuju lokasi, dan tidak menghabiskan waktu di jalan. Beberapa kantor punya waktu istirahat yang ketat jadi masalah jarak ini jadi penting. Kalaupun tidak nyaman makan di tempat bisa dibungkus lalu makan di dalam gedung. Simpel, cepet, nyaris tanpa nunggu.
Keempat, variasi makanannya sangat banyak. Warung standar makan siang seperti masakan padang, warteg, dan warung nasi asgar jelas ada. Gerobak mie ayam, bakso malang, siomay batagor, ketoprak, gado-gado, soto mie bogor, sampai sate ada. Cemilan tahu bulat, cimol, kentang goreng, pukis, gorengan, dan berbagai jenis es ada. Ayam bebek goreng dengan macam-macam varian sambalnya juga tersedia. Selain itu biasanya tidak jauh dari sana berdiri Indomaret, Alfamart, dan Circle K kalau perlu sekalian beli sesuatu.
Pandemi membuat warung-warung belakang gedung berkurang pendapatannya karena berkurangnya jumlah orang yang berangkat kerja. Tapi saya cukup yakin komunitas ini akan tetap ada. Sejak awal bekerja disini saya tahu bahwa istirahat siang di belakang kantor adalah opsi paling make sense. Selain alasan-alasan di atas, warung amigos memberi ruang bagi pekerja untuk berkoneksi secara bebas dan non formal antara satu dengan yang lainnya. Obrolan di warung sambil ngopi lebih berbahaya daripada di dalam ruangan kantor.
Chandra