Showing posts with label liverpool. Show all posts

Kill Them With Passes


Pertandingan kemarin sore melawan Brantford menandai dimulainya era Arne Slot di Anfield. Setelah 9 tahun tumbuh dalam asuhan Jurgen Klopp, kini Liverpool dinahkodai manajer baru yang bisa dibilang new kid on the block di kalangan manajer dan tim papan atas. Ada pertanda baik di mana Liverpool berhasil memenangi dua laga awal musim ini lawan Ipswich dan Brentford. Walaupun ujian sebenarnya baru datang akhir pekan nanti saat bertandang ke Man Utd. Namun setidaknya cara bermain Liverpool kemarin sungguh memberikan angin segar dan optimisme di tengah keringnya bursa transfer.

Sudah nampak perbedaan cara bermain Liverpool era Slot dan Klopp. Gegenpresing-nya Klopp masih ada jejaknya namun tidak se-hard core dulu. Kini serangan lebih banyak dibendung dengan overload di tengah bukan pressing di depan. Smart menurut saya karena menghemat energi dan semoga mengurangi potensi cedera, masalah yang selalu datang menghambat usaha jadi juara.

Kedua, yang lebih mencolok adalah perubahan cara build up dari bola panjang menjadi passing pendek. Dulu serangan Liverpool mengandalkan bola direct dari Trent, VVD, Robbo, bahkan Alisson langsung ke Mane dan Salah. Tapi kini Mane sudah pergi, Diaz jago gocek tapi larinya tidak sekencang Mane, sementara Salah sudah menua dan suka tidak suka melambat. 

Sekarang tampak serangan Liverpool dibangun step by step lewat tengah, hadirnya Szobo dan MacAllister memungkinkan ini dilakukan. Hasilnya Liverpool mencatat akurasi passing 92%, rekor tim dalam 20 tahun sejak statistik ini dihitung, dan itu dihasilkan di pertandingan resmi kedua Slot. Impressive! 



Apakah filosofi 'Kill Them with Passes' ini akan sukses? Kita lihat saja nanti. Tapi minimal apa yang diperlihatkan kemarin sangat menghibur, terutama di babak kedua. Liverpool bersama Slot tampaknya bergerak ke arah yang benar setelah di awal sempat muncul keraguan apakah ia cukup kuat untuk meneruskan nama besarJurgen Klopp.


YNWA,
Chandra

pict (1): @LFC

Danke Jürgen

Bombshell. Lagi santai-santai di jumat sore tiba-tiba ada tweet Fabrizio Romano soal Jürgen Klopp bakal meninggalkan Liverpool di akhir musim ini. I was like, WHAT??!!


Tulisan ini mungkin akan kurang rapi karena saya masih shocked dan apa yang melintas di pikiran langsung saya tuangkan. Saya pikir saya udah nggak akan merasakan patah hati, ternyata masih hahaha. Klopp pergi ini rasanya sudah seperti kehilangan anggota keluarga. Sedihnya real, buat saya apa yang dilakukan Klopp di Liverpool efeknya sampai ke real life, bukan sekedar fanatisme pada sebuah tim olahraga. Dalam saat-saat sulit, Klopp's Liverpool adalah satu dari sedikit hiburan yang ada buat saya. Di dunia yang melarang anak laki-laki mengeluh apalagi menangis, Liverpool pernah jadi obat yang bisa mengangkat kesedihan saya, tanpa orang lain perlu tahu yang saya alami. Keeps my boat afloat.


Sembilan tahun Klopp di Liverpool merubah total wajah tim ini. Liverpool tidak punya banyak uang tapi bisa bersaing dengan tim yang dibekingi juragan minyak timur tengah. Dengan segala keterbatasan Klopp meng-assemble pemain yang mostly level menengah dan disulapnya jadi pemain elit. Alisson dan VVD baru bisa dibeli setelah dapat duit hasil penjualan Coutinho, lalu keduanya berkembang jadi yang terbaik di dunia. Duet full back Liverpool sangat disegani dan memegang record assist padahal didapat secara nyaris gratis, Trent jebolan akademi, Robbo dibeli murah dari Hull yang terdegradasi. Trio Henderson, Fabinho, Wijnaldum jauh dari kata kelas dunia. Siapa pernah mengira pemain kaya Henderson bisa jadi UCL & PL winning captain? Andalan di depannya Mane Salah Firmino gak perlu dijelaskan lagi semua orang sudah tahu.

Favorit match under Klopp:
1. 4-0 vs Barcelona, legendary comeback, sudah ketinggalan agregat 0-3, tanpa Salah dan Firmino, tapi bisa membalikkan keadaan.
2. 7-0 vs Man United, menang dengan skor yang bikin geleng-geleng lawan musuh bebuyutan.
3. 5-4 vs Norwich, jaman awal-awal Klopp di Liverpool, masih labil, bikin senam jantung wkwk

Waktu seperti ini akan tiba, sama seperti sebelumnya saat Klopp meningglkan Mainz dan Dortmund. Tapi saya tidak menduga akan secepat ini. Walaupun mungkin ini juga saat yang paling tepat karena dia sudah menyiapkan pondasi untuk Liverpool 2.0, hanya saja nanti akan dinahkodai oleh manajer yang berbeda. Tapi btw Klopp ini keren karena setiap resign selalu dilepas dengan penuh bangga oleh klub dan suporternya. Klopp once said, "When I left Dortmund, I said it's not important what people think when you come in but what they think when you leave."


Football twitter sore sampai malam ini ramai dengan pemberitaan soal Klopp, he is massive. Beberapa artikel mencuat tentang alasan kenapa pengumuman mundurnya Klopp dilakukan di Januari. Klopp sadar bahwa sebagian staffnya mungkin akan ikut pindah juga setelah ini, ia tidak mau mengumumkan di akhir musim karena akan menyulitkan para staff biasa untuk arrange living ke depannya. Sampai menyangkut sekolah anak pun ia pikirkan. What a guy, berinisiatif memberikan notice period untuk memudahkan orang lain. Manajemen pun kabarnya sudah tahu keputusan ini sejak November sehingga succession plan sudah ada. No panic.

Bicara suksesi, tampaknya kandidat yang paling diharapkan untuk meneruskan Klopp adalah Xabi Alonso. Alasannya jelas karena sekarang Alonso sedang menangani Leverkusen yang duduk di puncak klasemen Bundesliga, unggul 4 poin dari Bayern. It's lonely at the top beneran. Plus tentu saja Alonso adalah mantan pemain Liverpool, sosok penting saat memenangi UCL 2005. Alonso kabarnya juga punya klausul di kontraknya bahwa ia bisa melatih ex-timnya (Liverpool, Madrid, Bayern) kalau mau. Saya setuju gagasan ini, rasanya tidak ada calon lain yang lebih sesuai. Gerrard legendary sebagai pemain, tapi karir kepelatihannya kurang mulus, mungkin kalau jadi sporting director lebih cocok. Jika bukan Alonso, saya prefer Unai Emery.

Di Inggris posisi pelatih dibahasakan dengan 'manager', bukan 'coach'. Itu karena tanggung jawab pelatih bukan hanya soal memilih pemain yang turun dan strategi di lapangan tapi juga sampai ke belakang layar. Infrastruktur, youth system, recruitment, scouting, kesehatan dan gizi pemain, sponsorship, dan finance tidak lepas dari pandangan Klopp, tapi ia juga tidak terjebak pada detail dengan merekrut orang-orang terbaik di posisi masing-masing. Makanya salah satu yang membuat fans Liverpool bangga adalah klub ini beres luar dalam, nggak banyak drama, dan well planned, seperti sebuah perusahaan yang sangat sehat. 

Memasuki setengah tahun terakhir Klopp di Anfield, saat ini Liverpool ada di puncak klasemen PL, masih aktif di UEL dan FA Cup, dan masuk final Carabao Cup. Sama sekali tidak bisa dibilang jelek. Semoga Klopp berhasil menutup karirnya di Liverpool dengan manisnya gelar juara.

Klopp interview about his exit: 

"No other English club EVER. Even if I have nothing to eat, it will not happen". 

"Liverpool 2.0 didn't include me obviously"

Jleb. Klopp ini inspiring figure. Banyak fans Liverpool yang menganggapnya 'paman'. Dia berhak mendapat proper farewell nanti. Bahkan saya berharap one day Klopp akan kembali melatih Liverpool untuk meneruskan legacy-nya. Klopp adalah orang yang 'I'd love to work under a boss like him.'

"It needs time. Nobody wants to hear it, but that's the truth: if you want to have success in the future, you have to be ready to work now." - Klopp

"Anyone can have a good day, but you have to be able to perform on a bad day." - Klopp

From doubters to believers. Danke Jürgen Norbert Klopp. You are a legend. You'll Never Walk Alone. 

Thanks,
Chandra


Somebody Named Mohamed

Liverpool fanbase sedang kenceng-kencengnya memuji Salah setelah ia berhasil mencetak goal ke-200-nya untuk Liverpool. Pada list yang mengandung nama Ian Rush, Steven Gerrard, Michael Owen, dan lain sebagainya terselip seorang African bernama Mohamed. No tattoo, no alcohol, no criminal charge, no haters, just pure quality footballer.
Mo Salah bukan lagi di level Luis Suarez, Torres, Morientes, atau Djibril Cisse. Kini namanya disebut satu nafas dengan Kenny Dalglish dan Robbie Fowler. Bayangkan kalau Salah ini bukan orang Mesir tapi bocah asli Merseyside yang sejak kecil sudah join SSB Liverpool lalu bisa tampil sampai lebih dari 600 pertandingan, bukan tidak mungkin Mo Salah jadi all time top scorer.

Glad to have such players like Alisson Becker, Van Dijk, Sadio Mane, Firmino, Henderson, Trent, etc (the whole 2018-2020 squad basically), but Mo Salah is in different level now. Kalau di Nankatsu, Salah ini Tsubasa-nya. Mo Salah is the face of English Premier League, bukan cuma Liverpool.



Transplantasi Lapangan Tengah

Musim ini Liverpool jadi menyenangkan lagi untuk ditonton. Midfield benar-benar baru, Henderson Milner Fabinho Keita Ox semuanya hengkang, diganti Szoboslai MacAllister Gravenberch Endo yang datang. Keempatnya nggak ada yang flop dan dapat kepercayaan penuh dari Klopp. Transplantasi midfield yang sukses.


Yang paling membedakan Liverpool musim ini dan kemarin adalah predictability. Tahun lalu lapangan tengah selalu diisi Hendo dan Fabinho, plus satu lagi pemain siapapun yang lagi nggak cedera. Masalahnya ini di 2022 bukan 2018-2019 dimana dua pemain itu sedang bagus. Sekarang Klopp punya jauh lebih banyak pilihan. Selain Szobo Mac Graven dan Endo tadi, ada Jones dan Elliot yang makin matang, serta Thiago dan Bajcetic juga sebentar lagi sembuh dari cedera. Total 8 first team players siap ngisi 3 posisi.

Di depan pun sama, dari 3 posisi yang ada hanya 1 yang permanently booked yaitu Mo Salah di kanan. Sementara 2 pos lain bisa diisi oleh Gakpo, Jota, Nunez, dan Diaz, masing-masing dengan tipe yang berbeda. Gakpo juga bisa agak turun menjadi CAM, sementara Elliot, Graven, dan Szobo bisa naik jadi false 9 atau winger. Versatility ini yang membuat Liverpool jadi menyenangkan ditonton karena ada unsur kejutan, ditambah sekarang lebih sering menang.


Di lini belakang sih nggak perlu banyak kejutan karena yang diinginkan stabilitas. Mungkin musim depan saatnya regenerasi saja, Virgil semakin tua, Matip dan Gomez sudah lewat masanya, plus cari suksesor Robertson. Dari beberapa youngster yang dicoba, baru Quansah yang kelihatan punya first team material. Tugas lain tentu saja mencari penerus Mohamed Salah, ini yang berat.

Klopp's Liverpool 2.0 is in motion!


Cheers,
Chandra

Mr Klopp


Jordan Henderson adalah kapten sekaligus satu diantara dua tarting line-up Liverpool pada final Liga Champions 2019 kemarin yang sudah bermain untuk tim utama Liverpool sebelum kedatangan Jurgen Klopp sang pelatih. Satu pemain lagi adalah Roberto Firmino. Sementara yang lainnya adalah pemain yang didatangkan selama masa Klopp dan sebagian lagi dipromosikan dari tim junior.

Ketika Klopp datang ke Liverpool pada Oktober 2015, dia mengatakan kata-kata ini



Dan Klopp memenuhi janjinya dengan membawa Liverpool memenangi laga melawan Spurs malam itu. Gelar UCL ke-6 Liverpool setelah yang terakhir diraih tahun 2005 di era Steven Gerrard menjadi kapten. Gelar yang menjadi pembuktian bahwa rencana jangka panjang Klopp berjalan sebagaimana mestinya dan kesabaran fans Liverpool menunggu tim ini stabil tidak sia-sia.

Liverpool pernah hampir juara ketika diperkuat Fernando Torres, kemudian Luis Suarez, keduanya sebagai penyerang membuat LFC sangat tajam di depan. Tapi tim ini belum pernah benar-benar stabil dalam 10 tahun terakhir. Masalahnya adalah kualitas pemain bertahan yang kurang serta perginya pemain terbaik kedua setelah tim ini gagal juara, sebut saja Sterling dan Coutinho.

Klopp datang tidak untuk langsung menyulap tim ini jadi tim yang capable untuk juara. Liverpool bukan tim ultra-kaya yang bisa semena-mena mengeluarkan uang untuk pemain 'jadi'. Klopp datang dengan misinya untuk membangun tim ini sedikit demi sedikit. Tapi kejelian tim scouting dan analisis statistik rumit membuat persentase transfer gagal bisa ditekan.

Saking terstrukturnya rencana rebuild Liverpool, perkembangan squadnya berpola setiap tahunnya.

2016 - Balanced
Klopp datang saat lini depan Liverpool diisi oleh Benteke dan Firmino. Namun Firmino juga baru bergabung dua bulan lebih awal. Maka yang dilakukan Klopp adalah mencari pemain depan yang cocok dengan strateginya: tidak perlu besar, yang penting cepat dan lincah. Klopp memboyong Sadio Mane dari Southampton sehingga di bisa disusun trisula Mane - Firmino - Coutinho.

Klopp juga membeli pemain bertahan yaitu Klavan (bek) dan Karius (kiper) serta pemain tengah Wijnaldum dan Grujic. Klavan dan Karius mampu mengisi kekosongan di pertahanan Liverpool meskipun pada akhirnya harus tergeser setelah datang pemain yang lebih reliable. Sementara itu Wijnaldum dan Grujic beda nasib. Wijnaldum bermain di UCL 2019 sedangkan Grujic dijual.

Tahun 2016 kebijakan transfer Liverpool balance. Klopp ingin menaikkan taraf permainan Liverpool secara menyeluruh.

2017 - Attack
Tahun berikutnya tampak jelas bahwa Klopp ingin mempertajam lini serang Liverpool dengan membeli winger Mohammed Salah dan attacking midfielder Chamberlain. Salah tak terbantahkan adalah salah satu pemain terbaik Liverpool dalam 10 tahun terakhir. Dia menjadi top skorer sekaligus pemain terbaik liga Inggris 2017-2018. Pembelian yang sangat brilian. Sementara itu Klopp juga mempromosikan Origi dan mempertahankan Sturridge sehingga pilihan di lini depan Liverpool sangat melimpah.

Tanpa mengeluarkan banyak uang, Liverpool beruntung bisa memperkuat lini belakangnya juga tahun itu. Alexander-Arnold muncul dari tim junior sehingga tidak perlu ada dana keluar, sementara Robertson dibeli murah dari Hull yang terdegradasi. Arnold dan Robertson jadi duet full-back paling sukses di Inggris bahkan Eropa musim ini.

Alexander-Arnold (kiri) dan Robertson (kanan)

2018 - Defence
Selanjutnya Klopp fokus pada pertahanan yang belum semewah lini depan. Uang hasil penjualan Coutinho ke Barca langsung dibelanjakan untuk dua pemain bertahan fenomenal Virgil van Dijk (bek) dan Alisson Becker (kiper). Van Dijk disebut-sebut sebagai calon pemain terbaik dunia. Sementara Alisson adalah penjaga gawang terbaik liga Inggris musim ini.

Virgil van Dijk dan Alisson Becker

Fabinho dan Keita di lini tengah menjadi tambahan kekuatan dalam bertahan. Sementara sebagai sampingan Liverpool mendatangkan Shaqiri dengan harga murah dari Stoke yang terdegradasi. Tahun 2018 tidak ada lagi ketimpangan antara lini depan dan belakang Liverpool. Tim ini siap untuk level permainan yang lebih tinggi.

Liverpool sebelum Klopp

Liverpool setelah Klopp

Kebijakan transfer Liverpool disebut dengan istilah Moneyball, yaitu transfer yang berdasarkan statistik dan data, bukan hanya isu-isu media. Keputusan apakah pemain layak dibeli atau tidak tergantung pada performanya. Jika memang berkualitas tinggi, Liverpool tidak segan membayar mahal untuk pemain bertahan sekalipun, ambil contoh van Dijk dan Alisson.

Pembelian Salah yang pernah gagal di Premier League bersama Chelsea, promosi pemain muda Arnold, serta tikungan maut untuk mendapatkan Fabinho dari sergapan Man United juga hasil dari scouting yang brilian. Tidak ketinggalan Robertson dan Shaqiri dibeli dengan harga murah dari tim yang terdegradasi.

Firmino, Milned, Mane dan Salah (sujud)

Perencanaan matang dan eksekusi yang konsisten telah membawa Liverpool naik kelas dari tim yang kesulitas masuk empat besar liga Inggris menjadi salah satu yang terbaik di Eropa. Sungguh sekarang ini sedang berada dalam fase bangga-bangganya menjadi fans si Merah.

Ramadhan Writing : The Salah's Effect



Some people now think there are six salahs : Fajr, Dhuhr, Ashr, Maghrib, Isya, and Mohamed (Salah) - Mufti Menk
Saya agak kaget ketika beberapa teman yang selama ini nggak ngikutin kabar sepakbola dunia tahu-tahu bicara soal Liverpool. Usut punya usut ternyata mereka membaca soal Mohamed Salah

Ketika sepakbola dunia 10 tahun terakhir adalah soal Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, tiba-tiba muncul pemain bola asal Mesir, bermain di Liverpool, yang menjadi pemain terbaik dan top scorer Liga Inggris plus memecahkan rekor gol terbanyak dalam satu musim, membawa Mesir ke Piala Dunia 2018, dan mengantar Liverpool ke Final Liga Champions.

Kalau Salah berasal dari Jerman atau Spanyol, atau bermain di klub kelas satu dunia (Barcelona, Real Madrid, Bayern Munchen) mungkin efeknya tidak sebesar ini. Tapi Salah berasal dari Mesir, negara yang tidak tiap empat tahun masuk World Cup. Lalu dia bermain di Liverpool, tim yang walaupun terakhir juara liga sudah 26 tahun yang lalu tapi saya tetep suka.



Salah memulai karir di Eropa bersama FC Basel di Swiss, lalu pindah ke Liga Inggris setelah dibeli Chelsea. Sayangnya dia gagal bersinar di Chelsea. Jarang dimainkan dan hanya mencetak sedikit gol, 2 kalau gak salah. Dua musim gagal di Chelsea dia dipinjamkan ke Fiorentina (Italia) lalu hijrah ke AS Roma. Di Roma Salah mulai bersinar, di musim terakhirnya Salah bermain 31 kali dan mencetak 15 gol. Jurgen Klopp (manajer Liverpool) merekrutnya. and BOOM!!

Salah langsung jadi bintang di musim pertamanya di Liverpool. Total 44 gol dalam semusim menyamai rekor Ian Rush dan mengalahkan Roger Hunt, Robbie Fowler, dan Fernando Torres. Di liga saja, catatan 32 gol adalah yang terbaik dalam sejarah liga 38 pertandingan. Rekor sebelumnya dipegang Alan Shearer, Cristiano Ronaldo, dan Luis Suarez dengan 31 gol. Edan.

Fans Liverpool sampai membuat chants untuk mengapresiasi Mohamed Salah


Tadi malam saya nggak tidur sampai Subuh. Nunggu pertandingan final Liga Champions 2018 antara Liverpool melawan Real Madrid. David vs Goliath. Madrid juara 3 kali dalam 4 tahun terakhir. Sementara Liverpool tidak punya satu pemain pun yang pernah bermain di final Liga Champions hingga tadi malam.

Sayang malang tak dapat ditolak. MoSalah sebagai silver bullet-nya Liverpool menangis terduduk di menit 30 akibat cedera bahu setelah insiden dengan Sergio Ramos. Salah keluar dan rencana yang sudah disusun kacau. Ditambah dua blunder dari kiper Karius (plis musim depan beli kiper yang proper), pertandingan selesai dan Liverpool kalah 3-1. Heartbreaking. Ini pengalaman nonton bola paling menguras emosi seumur-umur.

Walau gagal menutup musim dengan trofi Liga Champions, tapi Salah telah melakukan hal yang luar biasa musim ini. Tidak banyak yang bisa melakukan apa yang sudah dia lakukan. Demam Salah menjalar ke seluruh dunia.

Lebih dari sejuta pemilih Mesir 'nyontreng' Salah, lebih dari salah satu calon...

Bicara soal Salah sebagai seorang muslim, komunitas dan tokoh-tokoh muslim menjadikannya kebanggaan. Seorang muslim yang taat bermain di Eropa, di tempat yang selama ini cukup dekat dengan Islamophobia. Dia menjadi pusat perhatian. Media-media memberitakan karena itulah berita yang laku dijual. Nama 'Mohamed' menyebar ke seluruh dunia.

Kehidupan Salah juga mulai disorot. Istrinya yang berhijab jauh dari rata-rata WAGs (wife and girlfriends) pemain bola yang biasanya adalah artis atau model seksi. Selebrasi andalannya dengan sujud mulai menjadi trend. Salah benar-benar tampak berbeda dari figur-figur yang ada saat ini.

Di Indonesia, beberapa ustadz memasukkan nama Mohamed Salah sebagai salah satu teladan bahwa di era modern dakwah harus dilakukan dengan cara yang disukai orang banyak dan menjadi magnet bagi media untuk menyiarkan. Untuk saat ini Salah adalah sosok paling fenomenal dan sesuai untuk penggambaran itu. Beberapa yang saya lihat videonya adalah Ustadz Adi Hidayat dan Ustadz Bachtiar Nasir, juga Mufti Menk dengan quote di atas.

What if Sujud celebration becomes trend in Europe ? in frame : Salah and Mane (Senegal)

Sampai-sampai ada fans yang bilang, "kalau Salah bikin gol lagi saya akan jadi muslim", "Salah turns me into moslem".

Saya sendiri, sebagai muslim sekaligus fans Liverpool sejak pertama ngerti bola, sedang berada pada masa bangga-bangganya jadi fans. Liverpool is getting better and bigger in all aspecs. Waiting for amazing plays next season onwards.

Mo Salah Mo Salah Mo Salah
Running down the wing
Salah lah lah lah lah
Egyptian King

Don't stop running, Mo!

Chandra

Film Review : King Kenny Documentary


Judul : Kenny
Tahun : 2017
Sutradara : Steward Sugg
Cast : himself!


Kenneth Mathieson Dalglish a.k.a Kenny Dalglish adalah pemain paling penting Liverpool pada era keemasan di dekade 80an. Periode tahun 1978 sampai 1990 Liverpool memenangkan 8 gelar Liga Inggris, 3 European Cup, 2 FA Cup, 4 League Cup, 5 Charity Shield, dan 1 UEFA Super Cup. Sayang, terakhir Liverpool juara Liga Inggris adalah tahun 1990, dengan Kenny Dalglish sebagai pelatih dimana musim itu juga menjadi musim terakhirnya.

Kenny Dalglish juga menjadi saksi terjadinya dua tragedi besar dalam sepakbola yaitu peristiwa Heysel dan Hillsborough. Tragedi Heysel (di Belgia) terjadi pada final European Cup 1985 antara Liverpool melawan Juventus. Hal buruknya bukan Liverpool kalah 1-0 oleh penalti Platini tapi karena ada 39 orang kehilangan nyawanya di stadion itu. Liverpool dilarang bermain di Eropa selama beberapa tahun setelahnya.

Tragedi Hillsborough terjadi sekitar 4 tahun setelahnya di Sheffield, Inggris pada pertandingan semifinal FA Cup 1989 antara Liverpool melawan Nottingham Forest. Pada peristiwa itu total 96 nyawa melayang. Sampai saat ini peristiwa ini terus diperingati tiap tahun dan untuk mengenang jasa suporter yang meninggal pada jersey Liverpool disematkan angka 96. Sampai saat ini penyelesaian kasus ini belum juga tuntas.

Prestasi dan tragedi adalah dua sisi yang di-highlight oleh film Kenny (2017, IMDb 7.3/10) garapan Steward Sugg. Film ini bercerita tentang karier Kenny Dalglish sebagai pemain, pemain merangkap pelatih, dan pelatih. Pada tahun 1985 sehari setelah tragedi Heysel Dalglish ditunjuk menggantikan Joe Fagan sebagai pelatih. Saat itu kontraknya sebagai pemain masih berjalan. Alhasil dia menjadi pelatih tim sekaligus pemain di lapangan - dan menyumbangkan banyak gelar hingga musim 1989-1990. A king for a reason.

Sejak bergabung dengan Liverpool pada 1977 Kenny Dalglish langsung menjadi pemain penting. Dia disebut oleh rekan setimnya kala itu sebagai pemain yang jenius. Barnes dan Ian Rush adalah partner sekaligus junior yang banyak muncul pada film ini menyampaikan pujiannya. Oh ya, film Kenny lebih seperti dokumenter ya, bukan biografi dimana Dalglish diperankan oleh orang lain lalu diskenariokan mengulangi kejadian-kejadian lampau. Bagi orang yang tidak mengikuti Liverpool selama ini mungkin akan merasa bosan menontonnya, tapi bagi Kopites (sebutan untuk fans Liverpool) film ini sangat menggugah. Meski begitu, banyak spirit soal semangat, pengorbanan, dan kebangkitan yang bisa menjadi pelajaran bagi semua orang.

On the field

Dalglish bercerita di film ini soal detail-detail peristiwa yang selama ini tidak ditulis oleh media. Itulah sebabnya film ini sangat layak tonton. Dikombinasikan dengan footage-footage dari masa lampau, film memberikan gambaran jelas, menarik, dan mendebarkan tentang masa kejayaan Liverpool.

Biografi adalah salah satu genre film favorit saya. Tapi film ini berbeda dari yang lainnya karena selain berasal dari kisah nyata, tokohnya sendiri yang menuturkan dan tampil. Rasanya tidak banyak film seperti ini. 

Biasanya yang menarik dari film biografi adalah di akhir film ada penjelasan mengenai orang yang diceritakan, misalnya 

"Ini adalah foto Ginsberg ketika ditemukan (sambil menampilkan foto) . . . 12 tahun kemudian Ginsberg kembali ke sungai di Hutan Amazon yang nyaris merenggut nyawanya", film Jungle (2017)

Ngerti lah ya maksudnya, banyak film memberikan penjelasan seperti ini di akhir sebagai penutup. Tapi film Kenny sudah soal Kenny itu sendiri, apa yang ditampilkan adalah literally apa yang terjadi, jadi tidak penting memberikan catatan seperti itu. 

However, kekuatan film ini tetap ada peda endingnya. Bukan penjelasan melainkan rangkaian footage dan foto yang disusun untuk meringkas karier dan jasa seorang Kenny Dalglish bagi Liverpool yang panjang itu. Tentu dengan diiringi lagu kebanggan You'll Never Walk Alone. One of the best movie ending!!

Welcome...

Oktober 2017 Liverpool memberikan penghargaan kepada King Kenny dengan menamai salah satu sisi stadion Anfield dengan nama "Kenny Dalglish Stand". What an accomplishment...

Kenny Dalglish Stand

All round the field of Anfield Road
Where once we watch the King Kenny play
Stevie Heighway on the wing
We have dreams and songs to sing
'Bout the glory round the field of Anfield Road





Being Football Fan


Saya lupa sejak kapan mulai ngerti dan suka sepakbola. Yang jelas sampai saat ini sepakbola masih menjadi olahraga favorit saya sebagai tontonan maupun untuk dimainkan. Walaupun belakangan saya juga suka MotoGP.

Kalau tidak salah saya ngerti bola sejak TK. Saat itu saya belum sampai pada level begadang nonton bola. Tapi saya sudah tahu beberapa nama pemain bola terkenal. Saat itu yang saya kenal adalah Pavel Nedved, Alesandro Del Piero, dan Buffon.

Pavel Nedved    |    https://blog-blogmediainc.netdna-ssl.com

Juventus dan pemain-pemainnya memang menjadi yang pertama saya tahu karena waktu itu Serie A Italia masih ngetop. Selain dari TV, saya dengar nama-nama mereka dari kakek, om, dan saudara-saudara lain. Tentu saja juga karena foto mereka menjadi sampul buku tulis.

Setelah sedikit lebih besar, mungkin SD, saya makin familiar dengan liga-liga lain. Saya tahu lebih banyak pemain top seperti Beckham, Casillas, Ronaldo (Brazil), Kahn, dan idola saya sampai sekarang Steven Gerrard.

Sejak tahu Steven Gerrard, saya berpaling dari Juventus ke Liverpool. Apalagi saat itu tayangan Liga Inggris lebih bagus dan jamnya lebih friendly bagi penonton Asia Tenggara. Sampai saat ini Liverpool menjadi sport club favorit saya.

Memasuki era PS 1, ketika Winning Eleven booming - nostalgic banget ya - jagoan saya adalah AC Milan. Alasannya sederhana, saya jadi sering menang pakai tim itu melawan teman-teman hahaha. Kala itu pemain andalan saya Shevchenko, speed-nya 19, anak WE pasti paham.

Setelah itu, seperti mayoritas remaja laki-laki saya masih suka bola. Sampai tahun 2008 saya biasa main bola di lapangan SD dekat rumah. Saat budaya futsal masuk pindahlah kami ke tempat yang lebih bersih, rata, lapangan persegi panjang, indoor, tapi berbayar. Sementara itu idola saya tetap Liverpool dengan Gerrard di dalamnya. Gerrard adalah pemain sepak bola paling kharismatik menurut saya.
Steven Gerrard    |    http://thesportsquotient.com/


Fans Liverpool memang harus bersabar, setelah memenangkan UEFA Champions League 2005 seperti sulit sekali tim ini meraih gelar. Keluar masuknya pemain berkelas macam Xabi Alonso, Fernando Torres, sampai Luis Suares hanya mampu mengantar tim ini mentok di peringkat 2 liga Inggris. Saya pernah menulis tentang penantian gelar ini di sini

Btw, tak ada salahnya kita lihat lagi final dramatis Liverpool - AC Milan di final liga Champion 2005 di Istanbul :



Saat ini Liverpool diasuh oleh Jurgen Klopp (Jerman). Permainan Liverpool mulai menjanjikan dengan tidak terkalahkan dalam 10 pertandingan terakhir (8 menang 2 imbang). Pertandingannya pun enak ditonton. Harapan saya pada Liverpool yang sekarang pernah saya tulis di sini

Seminggu yang lalu saya menghubungi admin BigReds regional Bandung. Bigreds adalah official fans club Liverpool di Indonesia. Kalau ada waktu nanti saya akan urus pendaftaran menjadi member. Saya ingin cari kawan dan koneksi di luar ITB sekaligus supaya ada agenda olahraga rutin tiap minggu.

If you love football we're friends, if you love Liverpool we're family
You'll Never Walk Alone
#YNWA

Chandra,
di kost, nonton Liverpool vs Crystal Palace
sementara unggul 3-2


Kebangkitan Liverpool Bersama Jurgen Klopp


Performa Liverpool saat ini sedang bagus-bagusnya. Sempat terpeleset melawan Burnley (kalah 2-0) dan imbang lawan Spurs di pekan 2 dan 3 namun berhasil bangkit dan menang dalam 4 pertandingan terakhir berturut-turut. Peringkat di klasemen liga Inggris masih nomor 4, namun jika dilihat statistiknya...

Stats by SkySports

Itu adalah statistik sampai pekan lalu. Kemenangan 2-1 atas Swansea dan di sisi lain Man. City kalah 2-0 menjadikan goal scored Liverpool sama dengan Man.City sebagai yang terbanyak (18 gol).

Permainan Liverpool juga semakin enak ditonton. Cepat, tajam, variatif, tanpa striker murni tapi pemain tengah jago cetak gol. Open play, counter attact, set piece, dan tendangan jarak jauh bisa jadi gol.

Sayang lini belakang masih buruk. Saat ini Liverpool sudah kebobolan 10 gol, tertinggi diantara tim papan atas lain. Posisi kiper juga masih belum konsisten. Semoga kelemahan-kelemahan ini bisa segera diperbaiki.

Di bawah asuhan pelatih asal Jerman, Jurgen Klopp, performa Liverpool kembali menjanjikan.


Chandra Nurohman