Di Penghujung #1 : Bahkan Untuk Berharap Sama Allah Masih Butuh Belajar



Bahkan untuk ikhlas berharap sama Allah saja saya masih butuh latihan.

Waktu itu bulan April, salah seorang teman sedang mengurus kebutuhan administrasi untuk magang di Airbus di Jerman. Dia berencana sekalian menyelesaikan tugas akhir (TA) di sana. Oleh karena itu cukup banyak dokumen yang perlu diurus termasuk membuktikan bahwa sks-nya sudah habis sehingga bisa ditinggal mengerjakan TA di luar kampus. Nggak main-main, Airbus men, ada tawaran 1 slot tugas akhir di bidang Computational Fluid Dynamic (CFD), fully funded.

Suatu sore tiba-tiba grup angkatan heboh. Ternyata dia mendapat masalah dalam pengurusan dokumennya di fakultas. Teman saya ini dianggap belum memenuhi kuota mata kuliah pilihan luar prodi. Begitu tahu masalah ini, dia menjelaskan di grup angkatan dan ternyata ada belasan orang yang baru sadar memiliki masalah yang sama.

Jadi ternyata selama ini kami miss-informed. Dulu kami diberi tahu bahwa mata kuliah S2 Aeronotika dan Astronotika (AE) adalah mata kuliah luar prodi, ternyata bukan. Ternyata S1, S2, dan S3 AE dianggap sebagai prodi yang sama. Padahal sudah banyak mahasiswa yang terlanjur menggunakan matkul S2 ini untuk mengisi jatah luar prodi. Got it ?

Saya sendiri merasa berada di zona abu-abu. Saya sudah mengambil matkul prodi Teknik Material 2 sks dan kuliah umum 2 sks. Dilihat dari jumlah ini sudah cukup (minimal 3 sks), tapi rencana awal saya sebenarnya bukan begini.

Jadi di Prodi AE ada jatah 15 sks mata kuliah pilihan yang klasifikasinya sebagai berikut :
6 sks kuliah pilihan terarah (ditentukan kuliah apa saja yang masuk kategori ini)
6 sks kuliah bebas
3 sks kuliah luar prodi

Rencana awal saya adalah begini :
6 sks kuliah pilihan terarah : Conputational Fluid Dynamic (3 sks) dan Finite Element Method (3)
6 sks kuliah bebas : Teknik Pengendalian Korosi (2), Keprofesian AE (2), Jurnalisme Sains (2)
3 sks kuliah luar prodi : Teknik Simulasi Terbang (3), ini kuliah S2 AE, dianggap luar prodi.

Tapi jika mengasumsikan kuliah S2 AE adalah kuliah dalam prodi maka skemanya 'terpaksa' diubah jadi begini :
6 sks kuliah pilihan terarah : Conputational Fluid Dynamic (3 sks) dan Finite Element Method (3)
6 sks kuliah bebas : Teknik Simulasi Terbang (3), Keprofesian AE (2)  ---> 5 sks
3 sks kuliah luar prodi : Jurnalisme Sains (2), Teknik Pengendalian Korosi (2)  ---> 4 sks

Saya merasa di zona abu-abu karena kuota kuliah bebas baru terisi 5 sks sementara luar prodi kelebihan 1 sks. Salahnya saya adalah merencanakan lulus dengan 'hanya' 144 sks tanpa mengambil sks lebih yang sebenarnya sangat memungkinkan.

Waktu itu saya sempat down juga. Kalau masalah ini tidak terselesaikan segera maka rencana lulus Oktober akan terganggu. Kaprodi yang merasa bersalah karena ikut andil dalam kesalahan informasi ini membantu kami (mahasiswa yang bermasalah) untuk melakukan advokasi ke fakultas bahkan rektorat.

Masalah ini berlanjut hingga awal Juni, saat masa pendaftaran semester pendek. Semester pendek bisa dibilang cara terakhir bagi mahasiswa 'bermasalah' ini untuk menyelesaikan urusannya. Dengan biaya 300 ribu per sks dan hanya butuh 2 atau 3 sks maka oke saja lah. Walaupun ada juga yang merasa keberatan jika harus membayar.

Karena saya masih ragu-ragu waktu itu, saya juga ikut mencari kesempatan semester pendek. Tidak seperti semester reguler yang kami bisa memilih suka-suka kuliah yang akan diambil, di semester pendek kami harus memastikan bahwa kami boleh mengambil kelas itu, sekalipun dari sistem online kampus jelas bahwa kuliah itu dibuka. Karena biasanya di ITB semester pendek hanya untuk menolong mahasiswa yang harus segera lulus misalnya yang sudah mendekati batas 6 tahun. Perlu diingat, mata kuliah yang diambil harus mata kuliah luar prodi. Kalau dalam prodi lebih gampang mengurusnya apalagi dengan adanya masalah ini,

Ya mungkin karena belum rejekinya, hampir tidak ada kuliah yang bisa kami ambil di semester pendek. Satu-satunya yang bisa diambil adalah Magang Industri dari Teknik Mesin. Tapi kuliah itu mengharuskan kami magang di perusahaan. Tentu ini berat untuk kami penuhi karena tujuan kami mengambil semester pendek adalah agar bisa lulus Oktober. Rencanya semester pendek dijalani sambil mengerjakan TA di kampus. Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui.

Sampai akhirnya pada suatu hari kami di panggil oleh kaprodi, kabarnya surat jawaban dari rektorat sudah ada. Beberapa perwakilan mahasiswa datang ke ruangan kaprodi. Saya kaget ternyata nama saya tidak ada dalam surat 'pengampunan' itu, hanya nama saya yang nggak ada. Hayoloh !

Tapi setelahnya alhamdulillah kaprodi menjelaskan bahwa nama saya tidak ada karena memang tidak bermasalah. Karena saya sudah lulus 139 sks (5 sks TA ongoing) dan sudah ada sks luar prodi yang cukup maka clear. Screeningnya bukan per mata kuliah seperti skema pesimis saya di atas tapi dilihat sksnya. Jadi untuk kasus saya :
sks pilihan terarah (minimal 6) : 6 sks
sks luar prodi (minimal 3) : 3 sks
sks bebas (minimal 6) : 5 sks dalam prodi + 1 sks luar prodi.

Alhamdulillah saya juga jadi makin lega karena teman yang punya skema persis dengan saya lulus lancar-lancar saja pada wisuda Juli kemarin. Tapi tentu saya akan benar-benar lega kalau sudah lulus secara hakiki. Doakan yaa..


Hikmah

Ada sebuah pelajaran besar yang saya dapat dari rangkaian peristiwa itu. Saya jadi lebih mengenal diri sendiri. Saya jadi tahu bahwa bahkan untuk ikhlas berharap sama Allah saja saya masih butuh belajar dan mekanisme ujian seperti ini.

Saya sadar bahwa banyak sekali hal-hal yang berada di luar jangkauan kita. Tapi masih susah rasanya untuk istiqomah menyerahkan itu semua untuk di-solusi-kan oleh Allah SWT Yang Maha Tahu, bahkan Allah tahu kalau kita sedang menghadapi masalah. Hidup kita terasa rumit karena kita memaksakan mengurus hal-hal yang seharusnya diserahkan pada Allah. Saya baru saja menemukan ini dari tulisan seorang teman :

…dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku. (Q.S Maryam : 4)

Saya tipe orang yang kurang bisa multitasking. Saya bisa membereskan sesuatu dengan cepat dan baik jika fokus dan hati kondusif. Tapi ketika ada sesuatu yang menggalaukan maka rate kerja saya bisa benar-benar terganggu.

Alhamdulillah nyaris tidak ada masalah teknis berarti dalam TA saya (InsyaAllah akan saya ceritakan di kesempatan berikutnya). Tapi kemarin selama kurang lebih 2 bulan saya berada dalam bayang-bayang masalah itu. Saya dipaksa mengerjakan TA sebaik-baiknya dengan kondisi internal yang kurang tentram. Saya belajar banyak dari ini. Learn to be stronger than before. Learn to be more complete than before.

Saya merencanakan lulus Oktober tapi sidang pada bulan Agustus, karena alasan tertentu, ingin juga saya ceritakan nanti. Draft tugas akhir alhamdulillah sudah hampir siap kumpul. Saya berharap tidak ada masalah non teknis dan semua tahap berjalan lancar ke depannya. Sehingga saya bisa menyelesaikan studi dengan baik sesuai rencana.

Sekarang yang terbaik yang bisa saya lakukan adalah berkhusnuzon kepada Allah atas segala hal yang mungkin terjadi yang berada di luar kuasa manusia. Tentu dengan terus berdoa dan meminta restu orang tua.

Do your best, let God do the rest


bersambung















Halo Halo Bandung dan Radio 'Rahasia' Belanda



Halo halo Bandung
Ibu kota Periangan 
Halo halo Bandung
Kota kenang-kenangan
Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau
Sekarang sudah menjadi lautan api
Mari bung rebut kembali

Kita semua tahu lagu Halo Halo Bandung itu. Itu lagu yang akrab kita nyanyikan di sekolah dulu. Saya coba bagi lagu itu menjadi 2 bagian.

Bagian 1 :
Halo halo Bandung
Ibu kota Periangan
Halo halo Bandung
Kota kenang-kenangan

Bagian 2 :
Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau
Sekarang sudah menjadi lautan api
Mari bung rebut kembali

Lagu-lagu perjuangan pasti diciptakan dengan asbabun nuzul-nya masing-masing. Masuk akal kalau pada masa susah dahulu penyair-penyair lebih puitis dan melankolis dalam menelurkan kata-kata menjadi karya. Tidak terkecuali lagu ini. Saya coba-coba menebak latar belakang lahirnya lagu ini.

Kita mulai dari bagian 2. Sepertinya bagian sekarang sudah menjadi lautan api erat kaitannya dengan peristiwa diusirnya masyarakat Bandung dari wilayahnya oleh Belanda. Menurut buku sejarah jaman sekolah dulu orang pribumi terpaksa menurut untuk mengosongkan wilayahnya tetapi mereka membakar segala infrastruktur yang ada agar tidak bisa dipakai untuk keperluan Belanda. Belanda boleh ambil alih, tapi dalam kondisi porak poranda.

Monumen Bandung Lautan Api

Kalimat mari bung rebut kembali bisa jadi adalah ungkapan semangat kepada kaum pribumi untuk memenangkan pertarungan melawan penjajah dan meraih kembali kedaulatan atas Bandung. Rangkaian peristiwa ini cukup jelas diceritakan dan relatif mudah untuk dipercaya. Sampai saat ini pun di Tegalega masih berdiri Monumen Bandung Lautan Api. Kenapa saya underline kata 'masih' ? Karena ada yang 'sudah tidak ada'.

Sekarang kita pindah ke bagian 1, ada kalimat Halo halo Bandung. Hmmm, ada banyak kota besar di Indonesia. Sebut saja Jakarta (Batavia) sebagai pusat VOC dulu, Surabaya dengan arek-areknya yang militan, Jogja dengan kerajaannya yang kokoh, atau daerah-daerah di Indonesia timur yang kaya rempah-rempah. Lalu kenapa Bandung yang 'dipilih' untuk dipasangkan dengan frase 'Halo' ?

Kenapa bukan Halo halo Sumatra ? Halo Batavia ? Halo Surabaya ? Kenapa harus Halo halo Bandung ?

Mungkin saya salah, tapi berdasarkan analisis dari hasil baca-baca beberapa waktu terakhir tampaknya saya menemukan jawabannya. Saya menduga Halo Halo Bandung berasal dari berdirinya Malabar Radio di Gunung Puntang, Bandung. 

Penjelasan menarik soal ini disampaikan oleh Roni Pramaditia pada sebuah forum TEDx. Link YouTube : Roni Pramaditia

Kalau Anda kesulitan buka YouTube, saya berikan penjelasan sedikit soal itu. Roni menjelaskan penemuannya di Gunung Puntang, selatan Bandung. Roni yang awalnya ingin melakukan pelepasan Owa Jawa di sana malah menemukan hal yang tak di duga. Dia menemukan peninggalan-peninggalan aneh di sana yang bahkan masyarakat lokal tidak mengetahui apa itu. Dia menemukan sebuah pohon subtropis, jembatan tak terpakai, dan struktur pondasi yang oleh masyarakat lokal disebut 'kolam cinta'.

Roni yang penasaran melakukan penelitian untuk mengetahui apa yang sebenarnya ada di Gunung Puntang. Dia menemukan fakta-fakta menarik dan akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa pernah ada stasiun radio raksasa pada masa penjajahan Belanda di Gunung Puntang.

Mungkinkah ada wireless comunication pada tahun 1920an ? Mungkin saja. Teknologi radio sudah dikenal sejak peralihan abad 19 ke 20. Mengingat waktu itu Belanda sedang berjaya, bukan tidak mungkin mereka mampu melakukan scale-up hingga bisa berkirim berita melalui radio dengan jangkauan ribuan mil. Keberhasilan ini mendapat apresiasi dari warga lokal hingga media massa di Eropa sana. Ini tampak juga dari video itu.

Tampaknya sejak saat itu pula kata 'Halo' identik dengan 'Bandung'. Saya sudah lama menemukan video Roni ini di YouTube. Tapi kemudian saya baru sadar belum lama ini bahwa kemungkinan memang ada hubungan antara Radio 'rahasia' Malabar dan Jargon Halo-Halo Bandung. Perhatikan video pada detik 6:43 sampai 6:50 dan 7:06 sampai 7:08.





Dalam ke-kepo-an saya yang sederhana ini, saya juga menemukan blog yang cukup bagus yang membahas banyak hal tentang sejarah, terutama Bandung. Blognya : radiomalabar.wordpress.com

Monumen Pantat Bugil, menampilkan orang berkomunikasi di belahan dunia yang berbeda


Balik lagi kenapa tadi saya menggarisbawahi bahwa Monumen Bandung Lautan Api masih ada. Itu karena Belanda pernah membangun Monumen Radio Malabar atau biasa di sebut Monumen Pantat Bugil. Namun entah kenapa monumen itu sudah dihancurkan. Padahal andaikan masih ada tentu itu akan jadi spot yang menarik karena lokasinya di dekat Gedung Sate. Andaikan monumen itu masih ada tentu masyarakat jadi tahu bahwa pernah ada 'pemecahan rekor' komunikasi radio Bandung - Amsterdam.

Pada saat itu komunikasi radio sudah biasa, mungkin seperti internet di jaman sekarang. Tapi bahwa komunikasi ini bisa dilakukan hingga jarak hampir 12000 km adalah hal yang luar biasa. Jika benar-benar terjadi (dan so far cukup banyak dan kuat buktinya) kenapa hal ini jarang dituliskan di buku sejarah ?

Melihat bangunan fisiknya saja radio ini sangat besar, belum lagi fasilitas penunjangnya. Tapi bahkan warga lokal tidak tahu adanya tempat seperti ini. Yang jadi keresahan saya, kalau benda segede ini saja bisa 'disembunyikan', bagaimana dengan sejarah yang tidak berbentuk benda ? Jadi, apakah Radio Malabar sengaja disembunyikan ? Kalau iya, untuk (si)apa ?



Chandra



sumber : 
radiomalabar.wordpress.com
kompasiana.com

My First Arrow



Mungkin agak norak ya, baru mulai main aja udah jumawa. Jangan-jangan cuma anget-anget tahi ayam, nanti bentar aja udah bosan. Kuharap tidak, hobi futsal dan badminton juga dimulai dari yang semacam ini, dan istiqomah sampai sekarang.

Sebenarnya sudah sejak beberapa bulan yang lalu saya penasaran sama jemparingan. Tapi belum kelakon gara-gara bingung mau main di mana dan sama siapa. Sampai akhirnya entah wabah dari mana hobi panahan masuk ke kantor tempat saya mengerjakan tugas akhir. Ditularilah saya olahraga sunah ini.

Akhirnya sekitar 2 minggu yang lalu saya beli busur panah. Nggak bagus-bagus amat memang. Riser-nya dari kayu bukan aluminium, limb-nya dari pvc yang di dalamnya dimasukkan kayu jadi tebal gitu. Ini linknya saya beli di sini : Mamlouk Archery Bukalapak. Review dikit barangkali ada yang minat beli :

+ pelayanan pelapak oke
+ fisik barang bagus, cocok untuk pemula
+ murah

- finishing nggak cantik
- belum ada arrow rest, harus beli terpisah



Harganya 300 ribu belum ongkir, murah untuk barang macam ini. Walaupun akhirnya saya kecelik teman-teman di kantor sana yang katanya mau beli yang 300an ternyata jadinya beli yang 1.5 jutaan -_-
Gak masalah lah ya senjatanya cupu yang penting skillnya mampu haha

Ada alasan kenapa saya memilih beli yang murah dulu. Saya pikir dulu demam panahan ini cuma kesenangan sesaat. Ternyata enggak euy, makin kesini makin bergairah, tadi siang waktu istirahat instead of ngrokok atau nonton tv orang-orang malah ngurusi bow dan arrownya buat persiapan main sore-sore setelah jam kantor.

Ceritanya saya ke sana tadi progress report TA. Ba'da jumatan saya kesana, ngobrol-ngobrol soal TA dan software. Beres itu ya saya nunggu jam kantor selesai, mau ikut main. Saya sudah bawa busur dan setengah lusin arrow yang saya dapat gratis dari kakak sepupu. Bahannya sih gratis, tapi ngrakit sendiri dipinjami jig-nya. Mengisi waktu saya nonton youtube : Olympic Archery 2012 dan Nu Sensei.

Berbekal ilmu dari youtube plus sedikit tutorial dari senior yang ada di sana saya coba layangkan anak panah pertama saya, lumayan. Anak panah kedua, not bad juga. Ketiga, meleset. Keempat, meleset lagi. Sampai 6 anak panah kesimpulannya manah itu nggak susah, yang susah itu untuk bisa konsisten.



Untung ada banyak bala bantuan. Saya dibantu memilih nocking point dan menandainya dengan dental floss. Sangat membantu untuk set anak panah berikutnya. Saya jadi tahu dimana harus meletakkan arrow nock. Ini dia yang saya harapkan. Bahwasannya salah satu tujuan saya memasukkan diri dalam demam panahan ini adalah untuk memudahkan diri beradaptasi dan mengenal orang-orang baru di tempat di mana mungkin saya akan berada 2 atau 3 tahun ke depan. Kenalan pas having fun lebih asik daripada waktu dibugging program kan ?

Saya menutup hari dengan puas, alhamdulillah. Di set-set terakhir menjelang pulang anak panah saya tidak ada yang meleset. Selain nocking point udah jelas, saya juga udah menemukan reference untuk membidik walaupun di alatnya nggak ada perlengkapan untuk itu, perlu panah yang lebih canggih memang untuk ini.



To conclude these, layaknya gol pertama dulu di futsal dan smash pertama di badminton. After my first arrow, i'm excited.


Chandra
210717

Ikuti Jalannya Masing-Masing


Mobil rally-nya Sebastian Loeb akan nglimpang di tikungan kalau memaksa melawan Ferrari 2004-nya Schumacher di aspal. Sebaliknya F2004 pasti kepater kalau lewat jalur rally Paris-Dakar.

Dua-duanya adalah mobil canggih multi-million dollar dan di-joki oleh dua pembalap legend yang tidak perlu diragukan kualitasnya. Tapi tetap saja keduanya harus melaju di jalurnya masing-masing.





Tidak ada penggemar bola yang tidak tahu siapa Paolo Maldini. Legend AC Milan berposisi bek kiri yang hanya membela 1 tim sepanjang karier profesionalnya dan menyumbangkan berbagai trofi sampai-sampai nomor punggungnya, tiga, dipensiunkan dan hanya boleh dipakai oleh anaknya nanti.

Tapi kemarin Maldini yang sudah gantung sepatu mencoba ikut kejuaraan tenis amatir di Milan. Hasilnya dia langsung kalah telak di pertandingan pertama.



Usain Bolt disebut sebagai manusia tercepat di dunia setelah menyumbangkan banyak medali emas olimpiade untuk negaranya Jamaika dan memecahkan banyak rekor lari. Dia beberapa kali 'trial' ke klub sepak bola tapi tidak ada satupun yang berlanjut menjadi kontak profesional.



Coba bayangkan apa jadinya kalau Buffon tetap memaksa menjadi striker dan Ronaldo Nazario tetap ingin menjadi kiper setelah dikatakan tidak cocok di posisi itu. Untung saja Buffon mau 'mengalah' untuk menjadi kiper dan Ronaldo bersedia menjadi pemain depan.

Jadi ikuti jalanmu sendiri, percaya dirilah kawan :)

Architecture Days Out : Bandung Kota Desain



Hari-hari ini saya kedatangan tamu dari Jogja. Teman SMP-SMA saya yang sekarang kuliah di Arsitektur UGM, namanya Alfian Reza. Saat-saat ada teman berkunjung ini lah saya bisa dengan ringan menarik diri dari kampus dan sedikit rileks hehe. Awalnya dia ke Bandung untuk menghadiri sebuah workshop di ITB tapi karena tiket pulang ke Jogja baru ada hari Sabtu (15/7) jadilah kami jalan-jalan dulu.

Memang dasar ini anak arsi (yang artsy kalau kata teman saya), itinerary-nya beda. Biasanya kalau ada teman ke Bandung tujuan utamanya Lembang dan seisinya (Tangkuban Perahu, Floating Market, D'Ranch, Farmhouse, dll) atau Ciwidey di Bandung selatan. Sedangkan dia datang dengan list spot-spot berarsitektur unik di Bandung.

Bandung memang punya banyak spot-spot dengan arsitektur menarik, apalagi sejak era kepemimpinan Ridwan Kamil. Bahkan oleh UNESCO Bandung sudah ditetapkan sebagai Kota Desain. Dia cerita mau magang dan salah satu tujuannya adalah Bandung. Bandung prioritas kedua sih, kalau bisa mah Singapura katanya...

Tadi seharian kami keliling Bandung berbekal Maps. Perlu Maps karena saya sendiri nggak tahu sebagian tempat-tempat nyentrik itu. Anti mainstream bener yang kami kunjungi hari ini. Saya coba bagi beberapa potretnya

Let's start the journey...



#Pasar Kontemporer Sarijadi

Kemana tujuan pertama kita ? Yak, Pasar! Tapi bukan pasar sembarangan. Pasar ini sangat well-designed. Lokasinya di daerah Sukasari Bandung, dekat Politeknik Pos Indonesia. Pasarnya terdiri dari beberapa lantai. Lantai bawah adalah pasar basah dan sisanya di lantai 2 dan 3. Di lantai paling atas ada food court dan coworking space.

Sayangnya pasarnya masih sepi, pedagang baru ada di lantai bawah













lokasi Pasar Kontemporer Sarijadi : Pasar_Maps




#Microlibrary

Saya sebenarnya cukup sering wira-wiri di Jalan Bima. Termasuk waktu meng-guide tamu dari Belanda juga sempat ke daerah ini. Tapi saya baru tahu kalau ada Microlibrary. Microlibrary adalah sebuah perpustakaan kecil di tengah kampung. Selain perpustakaan ada juga panggung dan lapangan bola anak-anak.

Yang spesial dari Microlibrary Bandung adalah pembuatannya dilakukan dengan me-reuse kotak es krim! Kotak-kotak es krim itu ada yang dilubangi dan ada yang ridak. Tujuannya membentuk pola biner yang kalau dibaca berbunyi : "Buku adalah jendela dunia"









lokasi Microlibrary : Microlibrary_Maps




#Bandung Creative Hub

Ini disebut sebagai karya mutakhir Ridwal Kamil yang dipersembahkan untuk komunitas kreatif dan anak muda aktif Bandung yang banyaknya minta ampun. Desainnya tampak sangat mencolok dibanding sekitarnya. Lokasinya di Jalan Laswi jadi cukup strategis.

Banyak kawan yang bertanya apakah sudah boleh masuk BCH. Kalau masuk boleh-boleh aja, saya sempat naik sampai rooftop tadi. Tapi memang di dalam belum ada kegiatan apapun. Yang bisa dilihat-lihat baru beberapa lukisan dan ornamen hiasan. Beberapa spot lumayan instagramable.








lokasi Bandung Creative Hub : BCH_Maps




#Lawangwangi

Dulu di Jogja sempat diajak teman ke Abhayagiri, ternyata di Bandung banyak spot beginian, salah satunya Lawangwangi. Dari tempat ini kita bisa memandang Kota Bandung dengan leluasa. Kalau datang sore-sore juga bisa menikmati sunsets.

Ini tempat recomended banget untuk ngobrol-ngobrol. Masuk list spot favotir saya di Bandung.







lokasi Lawangwangi : Lawangwangi_Maps



#Roemah Seni Sarasvati

Saya heran ada galeri seni di Jalan Sudirman Bandung. Ini adalah pusat bisnis dengan jalan yang rame dan bising. Dalam bayangan saya ini bukan tempat yang cocok untuk menikmati seni. Kami cuma mampir sebentar di sini jadi nggak banyak yang bisa diceritakan. Jepretan berisi lukisan juga kurang etis kalau dishare di internet. Yang jelas selain galeri seni di sini ada cafe juga kalau mau ngopi.


lokasi Roemah Seni Sarasvati : Sarasvati_Maps



#Banyu Leisure

Ini tempat yang kami kunjungi kemarin sebenarnya. Lokasinya deket banget dengan kampus ITB. Cukup jalan 400 meter dari gerbang depan kampus. Tak saya sangka parkiran dan kebun milik PDAM Bandung yang dulu suram sekarang jadi tempat kece. Khusus ini gambar dari internet, kemarin nggak jepret tempatnya.


lokasi Banyu Leisure : Banyu_Maps



Serius sejauh pengalaman saya jadi guide teman dari Jogja ini yang paling asik. Kabar-kabar ya kalau main ke Bandung


Chandra

Sufi dan Bioskop



Sejak di Bandung saya jadi makin akrab sama bioskop. Agaknya saya tertular paham sufi, suka film. Kalau ditanya tempat paling hedon untuk spending money pasti jawabannya bioskop, selain Richeese Factory tentu saja. Nggak boros-boros amat kan saya.

Selama kurang lebih 4 tahun di Bandung saya juga jadi saksi lahirnya beberapa bioskop baru. Tapi saya juga jadi saksi kematian bioskop Galaxy di Kings Plaza, bioskop termurah yang dikelola oleh Pemkot Bandung. Kings Plaza kebakaran waktu saya tingkat 1, hanya beberapa waktu setelah saya nonton di sana film 99 Cahaya di Langit Eropa 2. Waktu itu tiketnya lebih murah 5k daripada termurahnya XXI di Braga, 15k atau 20k saya lupa. Waktu itu Cinemaxx belum masuk Bandung, CGV juga baru ada satu di PVJ.

Bioskop biasanya penuh dengan muda-mudi couple, tapi tidak dengan saya. Lebih sering saya jalan sendiri. Antara mengikuti paham sufi yaitu nonton ya nonton aja nggak usah mampir-mampir dan karena memang tidak ada yang diajak. Saya cek jadwal film lalu datang ke bioskop paling cepat 20 menit sebelum film mulai, beli tiket, tunggu sebentar, lalu masuk. Film selesai langsung balik parkiran and back to life. Saya sampai hafal jalur tercepat parkiran-bioskop di banyak mall di Bandung. Pokoknya, opo perlune. But still, kalau pas ada barengan teman-teman nonton yaa enjoy aja. Tapi emang saya lebih seneng pergi-pergi sendiri...

Saya sudah menetapkan sebuah target tentang tugas akhir saya plus rewardnya kalau tercapai. Rewardnya mengijinkan diri ini nonton Spiderman : Homecoming. Alhamdulillah kesampaian malam ini. Ini film Spiderman terbaik menurut saya. Wajar kalau ratingnya tinggi. Sebagai perodusen film action, Marvel punya selera humor yang oke.



Kamu-kamu harus nonton film ini. Plotnya bagus banget seriously. Saya yang hampir-hampir bosan dengan jalan cerita Spiderman yang relatively gitu-gitu terus dibuat puas oleh Homecoming ini. Kalau kamu beneran nonton karena rekomendasi ini, ensure you wait for the (second) aftercredit!!

Selamat menyaksikan!

nb. untuk kawan-kawan yang di Bandung, you got to try this : nonton film di XXI BTC Pasteur yang mulainya di atas jam 8 malam, sendirian.


Salam,
Chandra



Idealis - Realistis



Baru kemarin ngeluh di instagram soal kehabisan ide. Memang gitu keadaannya, entah kenapa agak suntuk, merasa kurang bersemangat dan terinspirasi akhir-akhir ini. <-- dari kalimat ini pun nampak to..

Hari ini saya sudah kembali ke Bandung pasca libur Ramadhan-Lebaran 1438 H. Beda dengan di rumah yang, sayangnya, jaringan internet belum bagus, di kosan begitu masuk pintu depan semua device langsung terhubung wifi. Setelah beres-beres kamar setelah ditinggal 3 minggu lalu salat dan lain sebagainya, saya blogwalking. Entah kenapa sedang agak eneg dengan buku.

Banyak yang dibuka, tapi yang dibaca bener ada 4. Dan saya menemukan terminologi yang menarik. Kurang lebih begini

Umur 20an awal adalah masa transisi idealis - realistis
Itu dari blog salah satu senior saya yang sekarang tinggal di US. Salah satu sosok inspiratif yang pernah saya temui. Saya jadi mbatin "ternyata orang seperti dia juga pernah mengalami kegalauan yang sama ya". Mengingat (saya menganggap) dia sebagai orang yang lebih dewasa, lebih senior, berpengalaman, dan mungkin lebih tough, saya jadi mafhum dan lebih ikhlas menjalani masa transisi ini - yang saya juga tidak tahu masih lama atau tidak.

Tapi tak apa, akhirnya saya memiliki yurisprodensi untuk lebih menerima. Karena penerimaan itu penting. Penerimaan atas sesuatu yang 'tampak' buruk mungkin tidak akan menghilangkan sesuatunya itu, tapi efek yang ditinggalkannya bisa dikurangi. Kemarin H+3 lebaran saya ada acara Futsyawalan 1438H : reuni dan silaturahmi teman-teman SMA (terutama laki-laki) sambil main futsal, ini agenda tahunan. Mungkin rejekinya ya, pulang-pulang selain dapat keringat juga dapat 3 luka di dengkul kanan dan kiri. Kebiasaan glosotan terbawa tanpa sadar kalau tidak pakai pelindung seperti biasanya.

Awalnya terasa menyiksa karena lokasinya di lutut jadi untuk gerak agak sakit apalagi kalau kena celana. Saya jadi malas gerak dan lebih banyak diam atau tidur di rumah, tidak produktif, padahal ada deadline tugas tanggal 2 Juli kemarin. Tapi setelah berpikir untuk menerima bahwa luka begini apalagi di lutut akan susah sembuhnya urusan jadi lebih baik.

Kalau sama-sama lama sembuhnya, mending dipakai ngapa-ngapain daripada cuma di rumah. Apalagi kesempatan libur lebaran di rumah terbatas.
Alhasil semua terasa normal kembali. Nggarap tugas lagi, mudik ke Klaten, naik motor ngebut lagi. Alhamdulillah.

Balik ke idealis - realistis. Saya pernah menulis tentang Ekspektasi. Isinya kurang lebih curhatan bagaimana kadang-kadang ekspektasi sebagian orang tidak sama dengan apa yang sebenarnya kita inginkan atau rencanakan. But still, don't try to please everyone.

Semakin kesini bertemu dengan lebih banyak orang dan mengamati sepak terjangnya terus memberikan insight-insight baru, very rapidly. Pemahaman tentang keadaan yang meningkat juga menjadikan pikiran semakin realistis. Realistis bukan berarti melemah. Ini juga soal penerimaan. Kita harus menerima misalnya bahwa kita tidak bisa berada di dua tempat secara bersamaan, menerima bahwa tanggung jawab sosial semakin besar, menerima bahwa ada banyak hal berada di luar kendali kita.

Ini seperti anak SD yang ditanya cita-cita dan menjawab ingin jadi pilot. Mungkin 5 tahun barikutnya dia muntir karena baru sadar kalau dia takut ketinggian. Atau tidak mau jadi dokter karena tidak nyaman melihat darah, seperti saya hehehe.

Menerima bahwa perubahan idealis-realistis itu normal menjadikan kita lebih ikhlas melihat yang lain-lain di depan dengan optimis. Instead of mengkhawatirkannya. Untuk saya pribadi, setelah membaca dan merenungkan itu jadi lebih jelas bagi saya apa yang harus saya lakukan selanjutnya. Jadi nampak jalan naik yang tercepat. Jadi tahu detail-detail mana yang perlu diseriusi dan mana yang boleh/harus diabaikan. Mengingat posisi saya yang baru saja balik ke Bandung, ini sangat mempercepat saya untuk kembali ke pace kerja yang optimum.

Kita tidak bisa menyenangkan semua orang. Tapi kalau rencana-rencaca itu kita buat dengan niat untuk berkontribusi bagi sesama, InsyaAllah kita tidak akan merugikan atau mengecewakan orang lain. Rencana-rencana boleh berubah, tapi garis besarnya perlu dipertahankan. Dan alhamdulillah setujunya orang tua dengan garis itu berarti untuk saya.

Mari menyiapkan segala sesuatunya :)
 
Salam,
Chandra


gambar : Sunrise di Dlingo, Bantul. Maaf tak ada hubungannya dengan teks hehe