In Harmonia Progressio



Film terbarunya Pidi Baiq berjudul Koboy Kampus mungkin bukan film yang sangat-sangat bagus. Tapi bagi saya yang alhamdulillah pernah belajar di ITB ini jadi film yang sangat berkesan. Saya jadi heran kapan sih mereka ini ambil gambar. Andai tahu ada syuting Koboy Kampus saya mau nyamper siapa tahu ketemu Pidi Baiq atau Jason Ranti atau Danilla.

Banyak film meminjam kampus sebagai tempat syuting namun kampus itu either tidak direveal namanya atau dinamai kampus fiktif, seperti di film 3 Idiots yang kampusnya dinamai ICE. ITB sendiri pernah jadi tempat syuting film Jomblo yang dibintangi Ringgo, Cristian Sugiono, dkk, tapi nama kampusnya jadi Universitas Negeri Bandung (UNB). Jadi cuma bisa lihat gedung-gedungnya, tapi tulisan ITB tidak ditampakkan.

Koboy Kampus memang tidak bisa dipisahkan dari ITB, khususnya Seni Rupa FSRD. Film ini menceritakan ide nyleneh Pidi (diperankan Jason Ranti) dalam memprotes pemerintahan Suharto. Daripada turun ke jalan, dia memilih mendirikan negara baru bernama Negara Kesatuan Republik The Panas Dalam.

Kalau baca buku-buku Pidi Baiq, gagasan ini sudah pernah dituliskan. Bagusnya, film yang dibuat sama lucunya dengan buku yang ditulis. Good Job! Jeje emang cocok memerankan Pidi. Tokoh utama sekaligus paling nyatu dan paling lucu menurut saya. Dengan ini sepertinya karir Jeje akan makin terbuka terutama dalam bidang layar lebar.

Pengembangan ceritanya tidak bombastis-bombastis amat, tapi rangkaian humornya hampir selalu pecah. Setidaknya bagi saya yang mulai bisa menangkap guyonan khas Bandung/Sunda plus sangat bisa relate dengan sesuatu yang berbau ITB. Beberapa punchline yang gerrr

Pidi, kamu kenapa nggak pulang?
Iya euy ada urusan
Urusan apa?
Pidi lagi bikin negara
Kenapa bikin negara
Habis bikin anak kan belum boleh

KTP gimana KTP?
impor dulu ya, gampang KTP mah

Kenapa ini teh lemes?
Utusan ITB ditolak Unpad

Terhibur sekali nonton film ini. Saya mau bikin review di twitter gak enak sama orang-orang. Lagi naik soal alumni ITB yang dibilang super arogan. Nanti dikira saya mau ikut-ikutan.

Last but not least, suka sekali sama lagi Djatinangor versi Jason Ranti. Lebih lembut dan kena daripada versi aslinya. Lagu ini adalah protes Pidi Baiq atas ketegaan anak Unpad menolak cinta teman kuliah Pidi yang mana adalah anak FSRD ITB. Silakan didengarkan sendiri.

Ini asmaraItu asramaIn harmonia progreassio


Networking



Saya punya abang sepupu, dia ini yang dulu membawa saya masuk bekerja di PT TES segera setelah lulus kuliah. Kami sempat bersama sama mengerjakan sebuah proyek simulator tank di Pusat Pendidikan Kavaleri (Pusdikkav) di Padalarang Bandung. Pagi ini tadi dia menelepon,

Puncak: Ndra, punya kenalan anak mikrobiologi ITB cewek?

Chandra: Yo ada beberapa sih, piye?

P: Yang bapaknya tentara di Pusdikkav ada?

C: Oalah, ada, lha itu anaknya Pak Malik, Ibang atau siapa pernah cerita Pak Malik itu jaman dulu orang yang jadi PIC di proyek simulator kita, pas aku belom masuk tapi. Pas akhir-akhir kemaren diganti Pak Rohmani itu.

P: Woo gitu, jadi pernah liat aku yo sebagai orang TES?

C: Mestine pernah. Anak Pak Malik namanya Ulya Alviredita Malik. Piye emang?

P: Jadi tadi aku dari Pusdikkav terus ngobrol sama Pak Malik ini ditanya punya kenalan yang paham drone gak. Katanya temen anaknya ini orang drone, kalo ada kenalan yang bisa di-link boleh nih lagi ada proyek-proyek butuh tenaga.

C: Lha yo itu pacarnya Ulya itu temen kosku dan sejurusan juga. Emang dia punya start-up mapping dan monitoring pakai drone. Kenal itu mah, bahkan di awal dulu aku yang ngedesain website mereka tahun 2017. Kemaren temenku ini juga rada-rada ngode ngajakin proyek, tapi karena di luar jawa jadi gak bisa. Aku masih ada kerjaan di Bandung

P: Ooh cocok berarti sing dibilang Pak Malik.

C: Iyo gitu bener, temenku akrab itu. Nek Ulya aku gak terlalu kenal cuma beberapa kali ketemu, tapi si Randhy nya ini sih akrab. Jadi misal ada kontak-kontak yo aman, aku kenal. Lanjut.

P: Okesip besok nek ada update dan butuh bantuan tak calling yo.

C: Siyaap

Sebuah usaha masuk ke dalam lingkaran pekerjaan, sebagai orang yang digunakan, untuk mencari jam kerja dan tentu tabungan. Ada dua cara datangnya rejeki. Pertama nemu. Kedua dari orang lain. Kalau tidak pandai nemu, berkenalanlah dengan banyak orang. Networking.

Pernah dengar alasan kenapa anak dari kelas menengah justru banyak yang tidak sesukses anak dari kelas atas atau kelas bawah sekalian?

Karena anak kelas menengah kurang bisa melihat peluang. Anak kelas atas memiliki peluang terhampar di depan matanya, dengan segala priviledge mereka tinggal menjalani saja. Anak kelas bawah dengan keterbatasannya memiliki kemampuan yang terasah untuk melihat sekecil-kecilnya peluang.

Anak kelas menengah kurang tinggi untuk mendapat ke

mudahan melihat peluang dan terlalu tinggi untuk belajar melihat peluang. Setahun terakhir saya tidak terikat dengan perusahaan apapun, justru disini saya melihat jelas bagaimana orang-orang mengubah peluang menjadi uang. Alhamdulillah

Terima Kasih



Lebaran adalah momen dimana kita bertemu banyak keluarga, saudara, dan teman. Apalagi kalau buka bersama juga dihitung, jadi lebih banyak lagi. Banyak orang yang hanya bisa kita temui setahun sekali, yaitu saat lebaran. Bahkan ada yang belum tentu setiap lebaran bisa pulang. Ada juga yang baru pertama kali bertemu. Intinya banyak hal bisa terjadi.

Karenanya, momen lebaran seperti jadi checkpoint tidak tertulis yang dipakai orang untuk mengukur seberapa jauh dia tumbuh dalam satu tahun terakhir. Ini lebih banyak terjadi pada anak-anak muda dibanding orang tua. Sama seperti jasmani yang berhenti tumbuh tinggi pada usia tertentu, rohani juga. Tidak tumbuh lebih tinggi, mendewasa iya.

Tanya orang berusia 35 tahun ke atas, kebanyakan sudah tidak kemrungsung ingin ini itu. Tidak seperti anak 25 tahunan yang ingin kerja di kantor itu lah, ingin kuliah di luar negeri, ingin menerbitkan buku, ingin jadi influencer, dan ingin ingin yang lain tapi yang dilakukannya sehari-hari tidak mendekatkan dirinya kesana.

Tapi tidak masalah, justru karena hormonnya masih menghendaki untuk tumbuh, waktu harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk memperbesar peluang tercapainya cita-cita. Orang bilang kalau mau jalan-jalan, kuliah di luar negeri, berpetualang dll lakukan ketika muda karena ketika sudah berkeluarga dan punya anak akan susah. Menurut saya ini bukan cuma karena sudah punya anak, tapi lebih karena hormonnya sudah tidak bergejolak, hidup stabil dan aman dirasa lebih baik, toh hidup itu wang sinawang.

Flashback ke lebaran Idul Fitri satu bulan yang lalu. Saya bertemu satu dua orang yang menurut saya tumbuh lebih cepat daripada rata-rata orang di sekitarnya. Alhamdulillah saya belum terlalu tua untuk terpacu ketika mendengar cerita dari mereka.

Tantangan menulis 30 tulisan dalam 30 hari ini adalah bagian dari usaha saya untuk tumbuh lebih cepat. Ada dua cara menjadi orang yang lebih bermanfaat. Pertama memperbanyak aktivitas positif. Kedua mengurangi aktivitas negatif dan sia-sia.

Kita punya 24 jam dalam sehari, artinya waktu kita terbatas. Akibatnya muncul formula zero sum game. Artinya pengurangan dalam satu sisi akan otomatis menjadi penambahan di sisi yang lain. Jadi kalau bingung aktivitas positif apa yang sebaiknya dilakukan, cobalah mulai dengan mengurangi kesia-siaan dulu.

Membaca, menulis, dan menggambar sketsa adalah contoh kegiatan sederhana yang bisa dilakukan nyaris kapan saja dan dimana saja, tidak perlu banyak persiapan, dan bisa segera dimulai. Oleh karenanya kebiasaan-kebiasaan macam ini sangat efektif untuk membunuh waktu yang berpotensi terbuang sia-sia. Bawalah buku kemanapun pergi, dan kamu tidak akan pernah membuang waktu.

Saya orang yang senang didengarkan namun kurang pandai bercerita. Saya senang jika ada orang yang menaruh perhatian ketika saya bicara. Namun tidak dalam setiap kesempatan ada telinga yang siap mendengarkan. Lagipula, terlalu banyak bicara tidak bijaksana.

Untuk itulah saya membiasakan diri menulis. Beginilah caranya berbicara tanpa harus menyita waktu dan kesediaan orang untuk mendengarkan. Saya punya potensi sombong, sok bijak, pamer, dan arogan ketika menulis. Oleh karenanya saya menulis di ruang privat, bukan di timeline orang-orang yang belum tentu ingin mendengar atau membaca.

Saya menetapkan target jumlah tulisan untuk memaksa saya meluangkan barang satu sampai satu setengah jam di depan laptop dengan fokus. Untuk sementara saya menjauh dari gadget, mematikan streaming youtube, dan menutup pintu. Ada dua tujuan utama yang saya harapkan bisa didapat setelah sebulan melakukan kebiasaan sederhana ini.

Ketika nanti sudah tidak mewajibkan diri untuk menulis, saya bisa menggunakan satu jam itu untuk hal-hal lain yang sama atau lebih bermakna. Mengulang-ulang kebiasaan selama sebulan memaksa saya untuk mengurangi jatah waktu sia-sia meski hanya satu jam. Saya membebaskan satu jam dari kegiatan kurang bermanfaat.

Kedua, akhir-akhir ini saya merasa begitu mudah terdistraksi. Focus span saya sepertinya memendek. Kalau ingin mencari kambing hitam, handphone mungkin yang paling benar untuk disalahkan. Lagi-lagi dengan mengulang berkali kali, semoga aktivitas detoks ini berhasil mengeluarkan racun-racun yang selama ini menghantui.

***

Ada takdir yang bisa diubah dan takdir yang bisa diubah. Itulah takdir. Namun menurut saya satu tingkat di bawah itu ada yang namanya keadaan. Jika kedudukan takdir dilihat dari bisa diubah atau tidak, keadaan dilihat dari seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengubahnya.

Keadaan panjang contohnya dimana kita sekarang bersekolah atau bekerja, dimana kita tinggal, siapa teman-teman kita, budaya lingkungan sekitar, dan hal lain yang meskipun ingin, tidak bisa dengan segera bisa kita ganti. Kita merasa tidak nyaman dengan rekan kerja, tidak bisa ujug-ujug besok senin pindah kerja di tempat lain. Ada tugas kuliah yang belum bisa kita selesaikan, kita tidak bisa lari begitu saja, men-skip hari yang sepertinya tidak akan friendly.

Ada kondisi-kondisi dimana kita harus bertahan seperti apapun keadaannya. Untuk hal-hal seperti ini jangan terlalu bermimpi perubahan akan terjadi semudah membalikkan telapak tangan. Agak mustahil tiba-tiba besok pagi follower naik menjadi 10k dan sudah bisa membuat story dengan swipe up masuk ke blog ini. Agak kecil kemungkinannya tahu-tahu turun surat keputusan menerima beasiswa dan langsung kuliah senin depan. Keluar pekerjaan mungkin bisa, tapi untuk langsung dapat pekerjaan lain besoknya tidak segampang itu.

Tapi jangan putus asa dengan keadaan yang sekarang ini belum ideal. Hal-hal macam itu bisa diubah, hanya butuh waktu. Keep calm and carry on.

Kalau mau yang bisa kita ubah dengan segera adalah keadaan pendek. Kita sulit bangun pagi, maka besok kita punya otoritas untuk mengharuskan diri tidur lebih awal. Merasa kurang bugar, coba mulai lari pagi. Merasa kekurangan, sisihkan harta dan segera sedekahkan. Merasa diselamatkan dari bahaya, hubungi orang tua karena mungkin itu berkat doa mereka.

Kita punya mandat untuk mengendalikan sebagian hal. Bangun lebih pagi, makan lebih bernutrisi, lebih sopan pada orang, bekerja sepenuh hati, menghormati orang yang lebih tua, datang tepat waktu, melakukan lebih dari yang diminta, berhenti merokok, dan rutin olahraga adalah aktivitas-aktivitas yang menjadi pintu untuk keluar dari keadaan yang tidak mengenakkan. Itulah keadaan pendek yang bisa diganti esok hari.

Apa yang sering kita keluhkan selama ini jangan-jangan sebagian besarnya adalah hal-hal yang sebenarnya bisa kita perbaiki dengan segera. Hanya saja perubahan tidak pernah mudah, dan yang tidak mudah biasanya tidak cepat.

Ketika badan lebih sehat, tabungan lebih banyak, lebih dipercaya orang, dan lebih bersemangat menjalani hidup maka otomatis keadaan panjang yang tadinya susah diubah pelan-pelan akan membaik. Keputusan diintegralkan menjadi kebiasaan. Kebiasaan diintegralkan menjadi perilaku, Perilaku diintegralkan menjadi nasib.

Dari situlah saya terpacu ketika melihat orang-orang yang menjaga dirinya tetap bermanfaat hampir dalam setiap waktunya. Perubahan belum akan terlihat ketika satu dua hari atau minggu bertemu. Tapi dalam setahun, integrasi yang terjadi menghasilkan perubahan diri yang mengagumkan.

Bertemu orang-orang baru bagus, menambah koneksi dan peluang. Tapi bertemu orang-orang lama yang terus tumbuh juga sama bagusnya, apalagi yang kita mengikuti sejak mudanya dan melihat bagaimana dia menjaga dirinya. Kita bisa belajar baik dari orang baru maupun orang lama. Alhamdulillah lebaran kemarin saya bertemu dengan keduanya.

Kalau kata Aa Gym, mulailah dari hal kecil, mulailah dari diri sendiri, dan mulailah dari sekarang. Jika apa yang saya lakukan ini (menulis -red) belum bermanfaat bagi orang lain, setidaknya ini bermanfaat untuk diri saya sendiri dulu.

Seberapa besar efeknya saya belum tahu. Tapi jika nilai rata-rata sementara saya 6 lalu kemasukan satu nilai 7, otomatis nilai rata-ratanya meningkat. Saya tidak menyesali waktu yang saya gunakan untuk menulis. Karena jika tidak menulis, mungkin jadinya akan lebih sia-sia.

Saya berterima kasih pada orang-orang yang telah membantu memberikan informasi, request, dan motivasi. Beberapa mini interview perlu saya lakukan kemarin supaya tidak salah berbicara, seperti pada Tayap dan Zonasi. Ada obrolan-obrolan yang membuat saya terpikir untuk menulis tentang sesuatu, CV misalnya.

Mohon maaf karena sebagian yang lainnya hanyalah pelampiasan atas ketidaksetujuan saya akan sesuatu, pembahasan suatu obyek yang saya suka tapi mungkin orang lain tidak, opini-opini yang belum tentu Anda sependapat, dan beberapa review yang kadang-kadang telat.

Kalau tidak salah hitung, postingan ini adalah tulisan ke 30 dalam 30 hari terakhir. Orang bilang kebiasaan bisa dibentuk dengan mengulanginya selama 21 hari berturut-turut. Cukup 21 hari saja. Namun saya berkaca pada apa yang dilakukan seorang creativepreneur sekaligus musisi nasional yang tahun 2015 lalu membuat tantangan serupa namun lebih sulit, yaitu membuat vlog  selama 30 hari non stop.

Lagi pula secara psikis 1 bulan itu terdengar lebih keren daripada 3 minggu hehe.

Setelah ini InsyaAllah saya akan tetap rutin menulis tapi tidak setiap hari. Saya sadar beberapa tulisan dalam sebulan terakhir ada yang kurang enak dibaca karena memang keluarnya juga dipaksakan. Maka ke depan saya akan menulis ketika memang ada inspirasi. Semoga hasilnya lebih baik dan bermanfaat.

Saya sering terinspirasi kalau membaca tulisan-tulisan orang di blog pribadi (tapi entah kenapa tidak begitu kalau ada yang nulis panjang di story ig, saya malah malas baca). Maka semoga yang saya sajikan di sini sedikit-sedikit bisa menularkan inspirasi.

Ada satu hal yang saya kangen dari kegiatan blog-blog-an, yaitu berbalas komentar. Tahun 2017 adalah tahun dimana paling banyak tulisan saya dikomentari oleh pembaca. Memang saat itu saya sedang serius-seriusnya menulis sebagai pelampiasan uneg-uneg ketika mengerjakan tugas akhir. Akhir 2016 dan awal 2018 juga ada beberapa, namun tetap tidak seasyik 2017.

Saya sangat butuh feedback dan masih sangat perlu belajar. Saya masih punya beberapa rencana ke depan. Namun seperti tantangan yang ini, saya baru berani bicara kalau sudah ada progresnya. Karena sering kali kalau besar omong di depan malah tidak jadi dilaksanakan.

Tulisan ini sudah sampai 1500 kata lebih, saya juga mulai ngelantur sepertinya. Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya. Kalau punya blog kabar-kabar ya, kita saling mengunjungi. Ya kalau nggak bisa berkunjung ke blog berkunjung ke rumah aja. eeaa, ngelantur kan.

Selamat malam dunia

There's a time for everyone
If they only learn
That the twisting kaleidoscope
Moves us all in turn
There's a rhyme and reason
To the wild outdoors
When the heart of this star-crossed voyager
Beats in time with yours

@chandranrhmn

BMW


Sejak pindah ke Bandung 6 tahun yang lalu, saya mulai sering ketemu mobil BMW. Tapi saya mulai memperhatikan dan baca-baca soal BMW baru tahun 2016 kemarin. Waktu itu di kantor tempat saya magang (lalu akhirnya bekerja) ada yang bawa BMW E46 318i. Melihatnya membuat saya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Tahun itu pula saya mulai subscribe dan follow akun-akun otomotif macam Autonetmagz, Oto Driver, Motomobi, Ridwan Hanif, Fitra Eri, Mas Wahid, Carwow, dll. Pengetahuan saya soal dunia otomotif alhamdulillah membaik. Saya juga jadi lebih peka kalau di jalan ketemu mobil-mobil tidak umum.

Salah satu mobil tidak umum yang saya suka memandangnya adalah BMW. Dan diantara BMW yang ada di jalanan Bandung, paling banyak adalah varian 3-series dari beberapa generasi terutama E30, E46, dan E90. Model 3-series memang jualan paling laris BMW, bukan hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia.

Kalau tidak salah penjualan BMW 3-series sudah mencapai 15 juta lebih di seluruh dunia. Angka yang fantastis untuk sebuah merk premium dari Jerman yang notabene tidak murah. 3-series lahir tahun 1975 dan sampai sekarang terus lahir generasi terbarunya. Berikut 3-series dari generasi ke generasi.

Generasi 1: E21 (1975-1983)


Harga: mahal sekali karena sudah jadi barang koleksi



Generasi 2: E30 (1982-1994)


Harga bekas: 35 -55jt



Generasi 3: E36 (1990-2000)


Harga bekas: 40 - 65jt



Generasi 4: E46 (1997-2006)


Harga bekas: 65 - 100jt



Generasi 5: E90 (2004-2013)


Harga bekas: 140 - 200jt



Generasi 6: F30 (2011-sekarang)
\


Harga bekas: 320 - 480jt



Generasi 7: G20 (2018-sekarang)


Harga baru: sekitar 1 milyar


Generasi ketujuh, G20 baru diluncurkan di Indonesia pertengahan tahun ini, harganya mungkin sekitar 1 milyar sekelas dengan Mercedes C-class dan Audi A4. Tapi mobil begini harga bekasnya  turunnya cepet. Bayangkan, BMW F30 sudah lebih murah dari Innova, E90 seharga LCGC baru, dan E36 & E30 banyak dibawah 60 juta.

Tapi tetep yang paling appealing bagi saya masih E46 karena dia yang pertama saya perhatikan diantara keluarga BMW lainnya. Semoga suatu saat bisa melihara ya. aamiin.

Jadi E21, E30, E36, .. dan seterusnya itu menunjukkan generasi ke berapa mobil itu. Seperti kalau di keluarga kijang ada kijang buaya, grand, kapsul, innova, all new innova. Lalu tiga digit angka 318, 320, 325, 328, 330 dan seterusnya terdiri dari digit pertama "3" yang menunjukkan itu adalah mobil 3-series dan dua digit dibelakangnya menunjukkan tipe. Seperti di Toyota ada tipe E, G, S, V, dll.




Selain Civic, mobil impian saya yang lainnya adalah BMW E46. Mobilnya sudah bekas tentu saja karena sudah tidak keluar barunya. Kalau sedan sudah terlalu kecil ketika sudah berkeluarga, impian saya yang lainnya adalah Ford Ecosport. Aamiin...

Ford Ecosport
Boleh ya berdoa, dulu jaman SMA juga mau ini itu dan saya tuliskan di suatu buku yang entah ada dimana sekarang. Tapi dari yang saya ingat pernah tulis disitu, sebagiannya alhamdulillah sudah saya dapatkan. Doanya ya ehehe

Btw tahu nggak kepanjangan BMW apa?


.....Bismillahi Majreha Wamursaha

:)


Para Penyelamat



Kalau ada kesempatan ngobrol sama orang soal pekerjaan, saya ingin sekali ngobrol dengan orang-orang yang bekerja di lembaga yang menyelamatkan binatang terlantar dan melakukan pelepasliaran satwa. Sejak mengikuti akun twitter The Dodo saya jadi tertarik tahu lebih jauh tentang orang-orang ini. Tapi meski begitu saya tidak tertarik menggeluti profesi ini, berat rasanya bagi saya kerja begitu.

Hari ini saya juga nonton Simon si Snake Man di Nat Geo Wild. Saya adalah orang yang biasanya jijik dengan ular bahkan untuk sekedar lihat di layar. Tapi aksi Simon ini menarik dan ikut senang melihat kepuasan  terpancar dari wajahnya setelah mengevakuasi ular lalu melepaskannya di alam bebas, priceless.

Begitu pula mereka yang pekerjaannya mengevakuasi, menampung, mengobati, lalu melepasliarkan binatang buas yang sebelumnya jadi pemain sirkus. Raut wajahnya tampak sangat bahagia ketika misinya tercapai dan semua selamat. Melihat beruang, singa, dan harimau malu-malu menginjak tanah bebas dan berkubang dalam kenangan untuk pertama kalinya membuat semua yang melihat tersenyum.

Kalau ketemu saya ingin tanya apa yang mereka dapatkan dari pekerjaan itu. Saya menduga jawabannya adalah kepuasan batin yang luar biasa. Mereka bekerja di medan yang berat, sering keluar masuk hutan dan naik turun gunung. Punya resiko tinggi berhadapan dengan binatang buas yang sedang stres. Atau resiko ketemu ular dan sejenisnya ketika masuk hutan.

Dalam aktivitas tertentu bisa kerja 24 jam dan berminggu-minggu tidak pulang ke rumah. Di sisi lain pengakuan dan penghargaan yang mereka terima kadang tidak sebesar apa yang mereka korbankan. Namun seiring berjalannya waktu kesadaran untuk mengosongkan kandang-kandang sirkus semakin tinggi. Di negara maju bahkan binatang sirkus sudah digantikan dengan hologram.

Tidak usah berlama-lama ya, saya menulis ini untuk ngajak nonton video-video heartwarming perjuangan para penyelamat demi kesejahteraan satwa ini


















Masih banyak lagi di YouTube dan Twitter, itu beberapa saja yang sudah saya tonton dan menurut saya bagus. Respect untuk organisasi-organisasi yang rajin keliling dunia menyelamatkan binatang-binatang yang mendapat perlakuan tidak semestinya serta orang-orang yang berdonasi guna mendukung terlaksananya misi-misi ini,

Kalau binatang-binatang itu dapat bicara entah apa yang akan dikatakan pada para penyelamatnya


@chandranrhmn

Belajar dari Statistik Bola Part 2


disclaimer: tulisan ini tentang keluarga saya dan mungkin mengandung unsur riya yang kurang enak dibaca, agak susah bagi saya untuk menulis ini tanpa menuliskan 'yang baik-baik', kalau ada kemungkinan membuat Anda tidak nyaman tidak usah dilanjutkan :)


Bagian bertama bisa dibaca di sini: Belajar dari Statistik Bola Part 1

Pada bagian pertama saya menulis tentang metode analisa kualitas permainan sepakbola jaman now menggunakan expected goals (xG) dan expected points (xP). Metode ini dipercaya lebih akurat dalam menggambarkan sebuah pertandingan sepakbola dibandingkan melihat hasil akhir pertandingannya saja.

Gagasan penggunaan expected goals sudah muncul sejak awal dekade 1990-an. Seperti yang telah saya tulis sebelumnya, xG dan xP membedah lebih dalam apa yang ada di belakang hasil sebuah pertandingan. Namun, sejatinya filosofi ini bisa digunakan secara lebih luas daripada hanya di lapangan bola. Organisasi, tim, perusahaan, keluarga, bahkan individu dapat diramalkan nasibnya dengan melihat apa yang terjadi di dalamnya.

Meskipun pergaulan saya belum luas-luas amat, tapi alhamdulillah persebarannya merata, tidak itu-itu saja. Saya punya kenalan warga kampung prasejahtera hingga keluarga menteri. Ada teman saya yang (maaf) hanya lulus SD dan ada yang kuliah doktoral di Amerika. Saya kenal keluarga harmonis, keluarga brokenhome, keluarga kaya, keluarga kekurangan, keluarga yang beribadah ke masjid, sampai keluarga yang menikmati alkohol.

Saya suka mengamati dan menyimpulkan namun saya simpan untuk diri sendiri karena menyangkut keluarga atau pribadi orang lain. Kadang-kadang berlebihan sih sampai terbersit "wah calon orang berpengaruh nih" atau malah "wah kayanya susah diajak maju ni orang". Astaghfirullah, tapi itu tidak pernah saya keluarkan kok, cuma sampai di alam pikiran.

Dari pengamatan itu saya melihat bahwa privilege bukan segalanya. Ada beberapa kenalan dari keluarga underprivilege yang dewasanya punya banyak prestasi. Saya percaya banyak faktor lain yang memengaruhi seseorang hidupnya baik atau tidak.

Selain itu, kondisi keluarga terkini juga tidak berkorelasi langsung dengan berhasil tidaknya anggota keluarga itu di luar rumah. Dalam keluarga, kuantitas dan kualitas interaksi orang tua-anak, penurunan ilmu agama, kebersihan dan kesehatan rumah, hubungan dengan tetangga, kedermawanan, kemauan belajar satu sama lain, dan lain lain memegang peranan penting.

Alhamdulillah, saya sangat bersyukur tinggal di keluarga yang lebih mementingkan kualitas-kualitas internal itu daripada apa yang terlihat di luar. Keluarga kami kurang terbiasa dengan selebrasi-selebrasi. Kalau mendapat suatu kebahagiaan jarang ada perayaan, disyukuri secara sederhana saja.

Celebration does not make a good thing better, gratitude does.

Lalu salah satu hal paling mencolok yang saya pelajari dari kedua orang tua adalah kemurahannya dalam membantu sesama. Beberapa kali saya dapat cerita tentang ini. Bahkan kadang-kadang yang diberikan ke orang itu agak susah diterima akal saya.

Pernah suatu waktu ada tetangga mau pinjam uang untuk men-DP motor. Motor itu akan digunakan anaknya yang mau penelitian skripsi. Alih-alih dipinjami uang, sama bapak malah dipinjami motor sampai penelitiannya selesai. Pernah ada tetangga yang terjerat hutang pada rentenir dalam jumlah yang tidak sedikit, dibantu oleh bapak urusannya.

Beberapa tahun yang lalu ada saudara yang ditawari daftar polisi namun harus membayar sejumlah uang. Orang tua saya ikut nomboki walaupun akhirnya tidak jadi ketrima polisi, uangnya dibawa lari yang menawari itu. Itu hanya beberapa yang saya dengar ceritanya, mungkin ada lagi yang saya tidak tahu karena sudah 6 tahun ini pindah ke Bandung.

Juga beberapa kali bapak ibuk berinisiatif mengundang tetangga pengajian dan makan-makan di rumah. Agak berbeda karena di desa biasanya makan-makan itu kalau ada momen tertentu saja (pernikahan, khitanan, kelahiran), lha ini tidak ada acara apa-apa, cari berkah aja katanya.

Makanan sengaja pesan catering supaya setiap tetangga suami istri bisa ikut acara, tidak perlu banyak tenaga rewang. Ini juga agak tidak biasa karena lazimnya acara seperti ini hanya untuk bapak-bapak, misal kenduri.

Di sisi lain, di dalam rumah dibiasakan untuk sederhana. Mobil keluarga yang sekarang dipakai adalah Avanza generasi paling tua tahun 2005. Bapak menolak untuk ganti karena masih aman dikendarai. Mesin cuci yang sudah jadi barang lazim baru kami punya tahun ini.

Permintaan adik untuk pasang AC ditolak, atau kalaupun mau pasang buangannya harus disembunyikan agar tidak dilihat tetangga. Bapak baru ganti handphone setelah hp-nya hilang atau tidak bisa lagi dipakai untuk kerja karena sudah terlalu tua (aplikasi dari kantor tidak kompatibel lagi)

Tapi kami juga diajari prioritas. Keperluan sekolah (termasuk kos, makan, kebutuhan di rantau) jangan kurang-kurang. Gizi harus cukup karena kesehatan itu mahal dan badan sehat itu investasi. Kami anak-anaknya juga diminta sesegera mungkin setelah punya tabungan segera ikut berkurban. Kami dibukakan rekening tabungan sejak SD.

Kebiasaan-kebiasaan itu selain berguna secara praktek juga membuat saya jadi lebih tenang. Saya merasa punya role model yang sangat dekat dan saya punya akses langsung kepadanya. Melihat bapak ibuk hidupnya damai, tenang, banyak teman, serba (merasa) cukup menjadikan saya ikut bahagia juga.

Pertama bahagia sebagai anak yang melihat orang tuanya bahagia. Kedua bahagia karena jika saya bisa mencohtoh beliau berdua semoga di masa tua sama damainya. aamiin


@chandranrhmn

sumber gambar

Bagaimana Cara Menyerahkan CV Agar Stand-Out?



Kemarin saya terlibat diskusi menarik soal lowongan kerja dan CV. Selama ini orang selalu bicara soal bagaimana membuat CV yang bagus, apa saja yang harus di tulis, dan desainnya harus seperti apa. Tapi sebenarnya lebih dari itu ada hal yang juga penting, yaitu gimana kita menyerahkan CV yang udah bagus itu tadi.

Tips ini berlaku lebih ketika datang ke pameran lapangan kerja alias job fair ya. Karena di sana banyak perusahaan menerima drop CV. Walaupun sekarang banyak yang menerima pengumpulan secara online.

Tips pertama adalah membuat CV yang menarik. Orang sering mensalahartikan menarik berarti desainnya harus bagus. Sampai-sampai habis dua jam hanya untuk memilih templat CV di internet. Tapi selain desain, isi juga harus menarik, dan isi tidak bisa dipisahkan dari desain.

Maksudnya begini, setiap orang mestinya punya sesuatu yang diunggulkan, bisa jadi riwayat pendidikan atau pengalaman kerja sebelumnya. Manfaatkan proses desain untuk meng-emphasize keunggulan ini. Misal yang diunggulkan adalah universitas tempat kuliah, maka tulislah nama universitas dan fakultasnya dengan lebih mencolok, bisa dengan cara memainkan size, font, color, dll.

Jangan malu-malu menunjukkan apa yang jadi poin plus kita. Karena justru itu yang calon perusahaan ingin tahu. Jadi kalaupun minta didesainkan oleh orang lain jangan dilepas begitu saja, pantau agar informasi yang jadi prioritas lebih ditampakkan.

Seorang lulusan MIT tidak perlu desain yang menarik penuh warna, dengan lihat tulisan Massachusetts Institute of Technology saja orang langsung kepincut.

Setelah CV-nya menarik, jangan lupa diprint. Lalu tips selanjutnya menurut saya lebih penting. Ketika datang ke jobfair keliling dulu lihat-lihat dan menentukan mana perusahaan yang akan didaftari. Perhatikan apakah perusahaan tujuan itu menerima CV dalam bentuk hardcopy atau tidak. Kalau tidak, segera akses website pendaftarannya saja dan tips di tulisan ini sudah tidak usah dipikirkan.

Tapi kalau mereka menerima hardcopy, begini triknya. Datanglah ke booth perusahaan tersebut ketika sedang sepi sehingga kita punya kesempatan ngobrol dengan orang yang bertugas menerima CV. Tujuannya agar jangan sampai kita hanya literally naruh CV. CV yang sudah menarik itu akan bergabung dengan puluhan bahkan ratusan CV lain dalam tumpukan. Bisa jadi diantaranya ada yang desainnya bagus dan diprint di kertas tebal. Sulit untuk stand-out.

Usahakan ketika menyerahkan CV sambil membuka obrolan, contohnya

Pelamar: Mas, ini ada lowongan untuk bagian hukum ya saya lihat
Penjaga Stand: Iya, Mas
Pelamar: Ini mas, boleh tolong dilihat CV saya. (sambil menyerahkan CV)

Karena dituntut untuk ramah, penjaga stand hampir pasti akan melihat CV kita. Melihat sih iya, tapi belum tentu membaca, maka ada langkah selanjutnya. Ketika sedang lihat-lihat, kalau tidak ada komentar darinya kita tambahkan kalimat-kalimat basa-basi macam ini:

"Saya udah pernah kerja di bagian law sih setahun"
"Pas kuliah saya pernah magang di perusahaan ... , Mas"
"Sekarang saya kerja di Bandung itu saya tulis disitu, tapi pengen pindah ke Jakarta"
"Alhamdulillah kemarin dapat LPDP sih, ini baru pulang langsung cari kerja"

Kalimat nyrempet-nyrempet gitu, paham lah ya haha. Tujuannya:
1. Biar ada alasan untuk berlama-lama di booth itu biar diingat, makanya lebih enak pas sepi.
2. Punya kesempatan menjelaskan apa yang ada di CV.
3. Memastikan CV kita dibaca.
4. Memancing pertanyaan dari orang yang lihat CV.

Perpanjang obrolan selama mungkin. Kalau bisa sampai penjaga stand menanyakan hal-hal di luar yang ada di CV atau membuat catatan di CV itu. Kalau skripsi dicoret bikin sedih, kalau CV dicoret bikin happy, percayalah. Bersyukurlah kalau akhirnya CV kita ditandai atau diletakkan di tumpukan khusus.

Sebelum pergi, tutup dengan kalimat ini:

"Itu nomor WA saya ada disitu bisa dihubungi kok, terima kasih Mas"

Penjaga stand biasanya orang HR, jadi tidak perlu memperpanjang obrolan sampai hal-hal yang menyangkut teknis pekerjaan. Tapi dalam pameran-pameran biasanya ada satu dua orang manajer atau bos yang datang melihat. Kalau beruntung dari obrolan tadi bisa diarahkan ke "bicara sama user-nya aja"

Biasanya panitia jobfair menyediakan ruangan-ruangan untuk wawancara. Kalau bisa sampai diajak wawancara di ruangan ini ya berarti sebuah bonus. Tapi kalaupun tidak, CV ditandai atau dipisahkan itu sudah jadi sebuah keuntungan dalam melamar kerja. Kita bisa berharap CV kita ditinjau lebih awal. Stand-out.

Proses selanjutnya tergantung perusahaan tempat kita melamar kerja. Saya tidak ingin membahas itu karena obrolan kami kemarin cuma sebatas cara menyerahkan CV agar langsung unggul saat itu juga dibanding pelamar lainnya.

Namanya tips belum tentu berhasil ya. Tapi kalau dieksekusi dengan baik mulai dari membuat CV yang menarik sampai lobi-lobi penjaga stand insyaAllah sasarannya kena. Kalau sampai diminta wawancara di tempat ya itu ibaratnya dapat bullseye, alhamdulillah.

Trik ini jadi susah dipakai untuk penyedia lowongan yang minta CV dikirim secara online atau menerima hardcopy tapi keukeuh bilang "taruh situ aja". Kalau seperti itu berdoa saja ketika screening CV kita tampak lebih sedap dibanding yang lainnya.

Sekian sebagian hasil obrolan kami tadi sore. Saya bagikan karena sepertinya sedikit-sedikit ada faedahnya. Kalau yang cuma obrolan nggak jelas nggak perlu saya post ya. Saya juga masih hijau dalam dunia lamar-melamar kerja. Jadi ini kumpulan wawasan orang-orang yang menurut saya layak dibagikan. Thank you


@chandranrhmn

Writer's Block



Jujur saya bingung mau menulis apa. Tadi siang udah membuat beberapa paragraf tapi sekarang nggak dalam mood untuk melanjutkan. Yasudah, masalah ini saya jadikan tema saja, mengeluh memang tidak pernah susah. Sekali lagi terlalu sayang kalau sampai skip satu hari dalam tantangan 30 hari 30 tulisan ini.

Saya bukan penulis, saya cuma senang nulis di blog dan sebenarnya nggak banyak-banyak amat yang baca. Saya pernah mendaftarkan blog ini untuk adsense, tapi ditolak karena isinya terlalu bermacam-macam alias random. Saya nulis berbagai hal yang ada di pikiran tanpa ada tema khusus jadi susah untuk menentukan iklan apa yang bisa tampil di sini.

Setelah ditolak sekali oleh adsense saya belum berniat mencoba lagi sampai saat ini. Saya menulis di sini for fun saja, berharap ada manfaatnya untuk yang baca. Seperti motivasi awal saya mulai menseriusi blog ini di awal 2016 setelah saya tercengang membaca blog blog pribadi yang temanya sederhana tapi mengena.

Kalau sekarang dibuka tablet saya, masih ada bookmark blog orang-orang yang pernah saya baca. Sebagian masih ada yang hidup, sebagian sudah ditinggal. Memang sebenarnya blog ini nggak asik-asik amat. Tidak ada likes, tidak bisa tahu siapa yang nge-view, kalau comment sih ada walau jarang.

Bagi saya yang introvert ini blog adalah platform paling cocok untuk nyampah, bahkan jika dibandingkan twitter yang sepi sekalipun. Hanya orang-orang yang niat membuka yang akan membaca. Tidak ada konsep timeline atau feed seperti yang ada di sosial media lain. Surga.

Saya memang agak telat mengenal blog, tapi sekarang saya seriusi bahkan saya jadikan patokan, selama masih bisa menulis InsyaAllah saya baik-baik saja lahir batin. Untuk dapat domain chandranurohman.id ini saya nggak masalah harus bayar per tahun. Tak apa lah, blog ini selain untuk bercerita juga sebuah tempat untuk branding. Saya tulis alamat blog ini di CV lho.

Meskipun bukan penulis profesional, saya juga sering mengalami writer's block. Biasanya itu membuat saya berhenti sementara waktu dalam membuat postingan baru. Tapi sekarang saya sedang serius mengejar target membuat tulisan selama sebulan. Jadi sesusah apapun idenya keluar harus dipaksakan. Mohon maaf kalau kadang tulisannya kurang berbobot dan tidak nikmat di baca.

Saya sebenarnya ingin tahu siapa saja yang rutin membaca blog ini. Di statistiknya saya cuma bisa lihat berapa jumlah yang baca, tapi saya bisa menduga ada beberapa orang yang langganan baca. Semoga tebakan ini nggak salah heu. Pada yang sering baca itu sebenarnya kalau bisa saya ingin nanya 3 tulisan paling disukai dan 3 tulisan paling tidak disukai.

Tenang, saya nggak menganggap baca blog itu sebuah kegiatan stalking. Blogwalking itu setingkat di atas stalking karena di sini bisa tahu lebih dalam soal pikiran-pikiran si penulis. Seperti ngobrol tapi tidak langsung.

Kalau di twitter ada istilah twit no mention yang tujuannya nggak jauh-jauh dari sindir menyindir, blog bisa lebih dahsyat. No mention-nya bukan cuma 144 karakter tapi bisa 10 paragraf. Dalam perjalanan blog ini ada beberapa tulisan yang sebenarnya menyindir, mengkritik, ngasih saran, permohonan maaf, sampai ngode.

Sebaliknya, saya pun kalau baca-baca blog sebelah beberapa kali nemu tulisan no mention yang sepertinya dimaksudkan untuk saya (semoga bukan GR). Tentu 'blog sebelah'nya ini nggak cuma satu, berganti-ganti seiring berjalannya waktu.

Klimaks dari pengalaman blog-blog-an saya adalah ketika kenal seorang perempuan dari blog, menjadi akrab, dan akhirnya ditantang untuk datang melamar wkwkwk waktu itu saya belum lulus jadi nggak mau, sekarang dia sudah jadi istri orang. Aku rapopo.

Saya nggak mungkin cerita ini di sini apalagi sosial media lain, kalau mau tahu DM saja karena selalu ada hikmah yang bisa diambil dari kejadian-kejadian itu.

Sudah dulu ya, maaf atas tulisan yang kurang berbobot ini, saya sedang butuh meluruskan pikiran, mau main Football Manager bentar sebelum tidur. Selamat malam


@chandranrhmn

sumber gambar

Benign Masochism & Benchmark



Sejak Mei 2014 lalu, Om Hauwke berpetualang keliling dunia naik mobil Land Cruiser. Beberapa hari yang lalu Gofar Hilman dari Hard Rock FM menorehkan rekor siaran radio terlama di Indonesia selama 34 jam non stop. Pemecahan rekor ini sekaligus sebuah penggalangan dana melalui kitabisa untuk pembangunan sekolah di daerah tertinggal. Belum lama juga James McDonald berusaha memecahkan rekor bersepeda 950 km dalam 24 jam tanpa berhenti, meskipun akhirnya dia gagal.

Om Hauwke

Benchmarking adalah cara orang memaksa diri ketika dia tidak berada dalam sistem yang memaksanya tumbuh. Saya dulu pikir memanfaatkan waktu sebaik-baiknya artinya menggunakannya untuk sebanyak mungkin hal-hal bermanfaat. Tapi ada dimensi lain yaitu dimensi pencapaian.

Ada kepuasan yang didapatkan ketika seseorang sampai pada level yang belum pernah dicapai sebelumnya. Ada kalanya seseorang melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri, dan itu tidak salah. Percayalah, orang bisa lebih berguna untuk sekitarnya jika sudah selesai dengan dirinya sendiri

Kepuasan menjadi bahan bakar untuk tetap bergerak bagi orang-orang yang sudah mulai bosan. Jadi jangan di-julid-in: ngapain sih susah-susah keliling dunia pakai mobil, ngapain sih lari ultra marathon Jakarta-Bandung, ngapain sih lomba makan cabe paling pedas sedunia, absurd banget.

Gofar Hilman

Benign Masochism adalah teori yang menjawab mengapa orang-orang menikmati pengalaman yang sebetulnya tampak tidak mengenakkan (something punishing) seperti makan cabe pedas, naik roller coaster, lari marathon, angkat berat, dan lain sebagainya. Kata Paul Rozin dari University of Pennsylvania:
Benign Masochism refers to enjoying initially negative experiences that the body (brain) falsely interprets as threatening. This realisation that the body has been fooled, and that there is no real danger, leads to pleasure derived from 'mind over body. 

Atau gampangnya berbahagia setelah membuktikan ketakutan yang selama ini ada itu salah. Coba cek, selama ini dalam pengalaman apa kita mengalami fenomena benign masochism?

Banyak orang-orang yang benchmarking melakukan hal-hal tidak umum. Namun jangan dikatakan tidak bermanfaat. Minimal untuk dirinya sendiri jelas apa yang dilakukan itu mendatangkan kepuasan dan harapan untuk terus melakukan lebih. Lalu tergantung dari apa yang dilakukan, bisa ada dampak positif bagi kesehatan, perluasan wawasan, kepercayaan masyarakat atas dirinya, dan nama baik.

Roger Bannister melakukan hal yang sederhana yaitu menjadi orang pertama di dunia yang berhasil berlari sejauh 1 mile di bawah 4 menit. Kapan kejadiannya? 1954, 65 tahun yang lalu. Sekarang sudah jadi hal biasa atlet berlari dengan pace yang sama bahkan lebih cepat. Namun spirit Bannister masih disebut-sebut hingga sekarang sebagai motivasi orang-orang dalam membuat sebuah capaian.

Roger Bannister

Setidaknya ada dua keuntungan besar ketika seseorang mencoba raise the bar. Mengeset sebuah capaian yang belum pernah dicapai sebelumnya baik untuk internal dirinya sendiri maupun orang lain. Yang pertama adalah persiapan, yang kedua adalah pemecahan itu sendiri.

Lagi-lagi tergantung pada apa yang dilakukan, tapi kebanyakan pemecahan butuh persiapan. Dalam proses persiapannya ini saja seseorang bisa terus menjadi yang lebih baik dari dirinya sebelumnya. Rekor 100 m sprint milik Usain Bolt (9.58s) hanyalah pucuk gunung es. Entah berapa ratus atau ribu kali dia berlari sebelum sampai level itu.

Tiga atau empat tahun sebelumnya Bolt pasti sudah jadi pelari tercepat di Jamaika, bukan sesuatu yang buruk. Kalau benchmarknya hanya sampai situ dia akan berhenti berlatih. Tapi keinginannya adalah jadi manusia tercepat di dunia dan tidak berhenti sebelum mencapainya. Benchmark menjadi dasar keteguhan orang untuk tidak berhenti sebelum sampai titik tertinggi yang sejak awal dicanangkan.

Kalaupun Bolt kemarin tidak sampai menjadi manusia tercepat di dunia, dia tetap menjadi orang yang lebih cepat daripada ketika dia juara nasional di negaranya, misalnya. Jadi tahap persiapan punya hadiahnya sendiri bahkan sebelum tujuan sebenarnya dicapai.

Usain Bolt

Pemecahan bisa jadi hanya berlangsung beberapa detik. Tapi di sinilah semua persiapan bermuara. Yang membuat saya senang nonton tayangan replay olimpiade dan kejuaraan olahraga lainnya adalah melihat kepuasan para atlet yang telah berjuang semaksimal mungkin untuk negaranya. Ada kelegaan ketika melewati garis finish, bahkan ketika tidak menang.

Sebuah contoh inspiratif untuk ini adalah Derek Redmond yang meski jatuh cedera tetap memaksa berlari sampai finish di Olimpiade Barcelona 1992. Urusannya harga diri, dia tidak ingin perjuangannya sia-sia.

Bagi orang-orang di belakang yang mendukungnya sebuah kemenangan berarti suka cita. Tapi bagi yang melakukannya sendiri ada lebih dari itu, ada kepuasan yang sulit dilukiskan setelah berhasil melakukan sesuatu yang kelihatannya sulit.

Tidak perlu menjadi atlet untuk jadi begini. Ketika wisuda saja rasakanlah, kita bisa berbagi kebahagiaan untuk keluarga dan teman-teman, tapi ada kelegaan yang eksklusif hanya kita yang bisa merasakan, karena hanya kita yang mengalami proses yang namanya kuliah.

Benchmarking tidak harus sesuatu yang rumit. Buatlah janji sederhana pada diri masing-masing misal tidak makan mie instan selama 3 bulan, berhenti merokok bagi yang terlanjur memulai, bersepeda ke kantor atau sekolah setidaknya 3 kali seminggu, dan lain sebagainya. Yang penting tetapkan angka di dalamnya agar kita bisa mengukur sudah berjalan sejauh apa.

Dalam hidup ada dua yang pasti. Yang satu kepastian itu adalah mati. Yang satu lagi adalah kesempatan punya petualangan ketika sebelum mati. Jadi menurut saya yang paling menyenangkan dalam hidup adalah kesempatan untuk membuat garis hidup. Kesempatan untuk membuat petualangan kita sendiri. Sehingga kita bisa diingat sebagai apa di dunia - Sabrang Mowo Damar Panuluh 


@chandranrhmn

Agamophobia



Agak mengganggu ketika sekarang orang-orang begitu sensitif kalau ada hal-hal berbau agama. Hari ini mencuat di twitter seorang buzzer ngetweet sindiran pada SPBU yang memberikan bbm gratis ke konsumennya yang baca Al-Quran. Come on, SPBU deket rumah saya sudah sejak bertahun lalu ngasih gratis bbm seperti itu juga sepanjang bulan puasa, dan nggak ada yang protes tuh.



Geli ketika seorang kader partai mengeskalasi hal-hal macam ini. Logika mana yang menghubungkan bbm gratis dengan menempatkan pemeluk agama lain sebagai second class citizen. Padahal ini partai yang katanya menjunjung tinggi toleransi, eh.

Setelah saya baca-baca, SPBU ini dikelola oleh swasta dan bukan milik anak perusahaan Pertamina. Jadi terserah pemiliknya mau membuat kebijakan bonus seperti apa, toh promo ini dibiayai oleh keuangan pom bensin itu sendiri, bukan uang rakyat.

Bahkan kalau mau bicara BUMN, beberapa BUMN juga memberikan promo dan hadiah berupa paket umroh. Yang namanya usaha, mulai dari kios kelontong kecil hingga perusahaan raksasa dikelola oleh manusia dan melayani manusia. Mereka bukan robot yang semuanya harus sama-ma. Ada pertimbangan-pertimbangan yang ujungnya bertujuan menyenangkan konsumennya.



Perusahaan pasti punya data persebaran demografi konsumen mereka. Mulai dari usia, jenis kelamin, agama, dan lain sebagainya. Data ini menjadi acuan untuk banyak keputusan, salah satunya dalam memberikan promo dan hadiah. Promo membutuhkan biaya, maka harus tepat sasaran. Jadi jangan dipaksa memberikan promo secara rata.

Grab kemarin memberikan diskon tarif flat di Jakarta untuk keberangkatan dari stasiun KRL tertentu saja yang jadi pusat commuter. Disneyland punya harga yang berbeda (lebih murah) untuk lansia. Bulan depan mungkin beberapa warung makan akan ngasih diskon untuk orang bernama Agus. Apa yang kaya gini akan dibaperi?

Phobia ini semakin kemana-mana. Saya jadi harus agak mikir kalau mau ngetweet atau berkomentar takut salah omong dan dinilai macam-macam. Masalahnya sekarang banyak orang bipolar. Logika banyak orang sekarang: kalau kamu bukan kelompokku, maka pasti kamu kelompok lawanku. Sayangnya saya lihat oknum dari kedua kubu ada yang begitu, jadi nggak selesai-selesai urusannya.

Orang yang menegasikan dengan cara ini perlu diruqyah emang. Memangnya dunia ini cuma ada hitam putih? cuma ada kawanmu dan lawanmu? saya lebih suka menyebutnya kelompokku dan kelompok lain? Kalau kata Cak Nun, jangan menilai aku benar kamu salah, tapi katakan aku begini dan kamu berbeda. Perkara siapa benar dan salah, bukan hak kita untuk menentukan. Sesama siswa tidak bisa mengisi raport temannya.

Sekarang ini saatnya rekonsiliasi setelah polarisasi yang terjadi selama berbulan-bulan. Kalau yang akan dikatakan rawan menjadi sebuah provokasi mending nggak usah dikatakan. Di sosial media saya tidak akan mengatakan saya ada di posisi mana. Saya mau ketawa aja kalau ada orang yang berusaha melucu.

Soal promo bbm nggak usah dibaperi lah. Apalagi kalau yang bersangkutan cuma nemu foto itu dan nggak tahu sebenarnya dimana itu SPBU. Terserah yang punya SPBU apakah promo itu hanya pertimbangan bisnis atau yang punya memang mengharapkan berkah di dalamnya. Emang tahu siapa yang punya? Enggak kan.

Kalau ada yang mau buka twitnya, ini saya kasih link-nya: twit promo bbm

Keep calm and makan makan

@chandranrhmn

Kerja Apa Sebelum Online?



Transportasi berbasis jaringan yang beberapa tahun terakhir booming secara tiba-tiba membuka lapangan kerja baru dalam jumlah yang masif. Skill mengendarai kendaraan bermotor hampir setiap orang punya. Karenanya, banyak orang berbondong-bondong mendaftar untuk menjadi mitra perusahaan penyedia jasa transportasi online. Baik mereka yang sudah memiliki pekerjaan sebelumnya maupun yang masih sendiri mencari.

Banyak alasan mengapa orang ingin menjadi mitra transportasi online. Kalau ditekuni, profesi ini bisa memberikan penghasilkan yang lumayan. Meskipun harus fokus karena sistem bonus diberikan setelah jumlah trip tertentu. Dengan bermodal kemampuan mengendarai motor, kegigihan, dan kopi, driver bisa mendapat penghasilan setara lulusan perguruan tinggi.

Banyak juga alasan untuk mencari pekerjaan lain saja. Tidak semua orang cukup sehat dan aman untuk bekerja di jalan, misal karena sudah terlalu sepuh. Namun, alasan utama sepertinya karena profesi sebagai penarik ojek masih dilihat kurang prestis oleh masyarakat umum. Sedangkan untuk beralih ke roda empat butuh modal yang lumayan.

Meski demikian, saya banyak menemui driver ojek online maupun taksi online yang memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan sebelumnya demi fokus narik. Salah satunya driver ojol yang saya tumpangi hari ini yang merupakan mantan kurir pos.

Banyak alasan orang meninggalkan pekerjaannya demi menjadi ojek online. Yang cukup gampang ditemui adalah karena penghasilan dari ojol lebih tinggi dari pekerjaan sebelumnya. Mengingat penghasilan dari ojol bisa sampai 2x UMR, tentu banyak orang yang tertarik. Mohon maaf sebelumnya harus bilangtapi kebanyakan buruh pabrik, penjaga toko, dan pekerja kasar mendapat kurang dari ini. 

Alasan lain adalah keinginan untuk pulang kampung atau bekerja dekat keluarga. Saat ini Grab dan Gojek ada di hampir semua kota besar di Indonesia. Ini memberikan pilihan pada orang yang selama ini bekerja merantau ke daerah lain untuk kembali ke kampung halamannya dan mendaftar menjadi mitra. Sekali lagi mudahnya syarat (tanpa keahlian spesifik) membuat peluang mereka lebih terbuka daripada sebelum era transportasi online. Dulu mereka tidak bisa bekerja dekat rumah karena tidak ada lowongan yang sesuai.

Alasan ketiga adalah fleksibilitas kerja. Meskipun agar optimum harus dikerjakan sampai memenuhi target (kadang sampai malam), namun sebenarnya tidak ada ikatan untuk bekerja berapa jam dalam sehari dan berapa hari dalam sebulan. Orang-orang yang karena suatu alasan butuh fleksibilitas, atau karena sekedar ingin begitu, melihat online sebagai kesempatan yang menggiurkan.

Kalau nanti-nanti ketemu driver ojek online atau taxi online dan bisa diajak ngobrol, coba tanyakan sebelumnya beliau kerja dimana. Supaya aman, mulai dengan probing "sudah berapa lama di Gojek/Grab Pak?". Kalau jawabannya enak, lanjutkan dengan, "Oh sebelumnya dimana?". Tanya dengan dimana ya bukan apa, karena tidak semua orang suka ditanya pernah kerja apa. Kalau jawabannya enak lagi baru tanya apa.

Kalau beruntung, kita akan dapat cerita-cerita menarik dari pengalaman-pengalaman beliau sebelum jadi driver online. Apalagi kalau yang cerita bapak-bapak, beliau-nya juga senang kalau kita mau mendengarkan. Kalau sudah mengalir beliau bisa cerita kemana-mana tanpa ditanya. Tidak perlu ditanyakan, tapi kalau kita tampak akrab beliau bisa jadi akan sampai ngomong gaji, begitulah saya tadi pagi.

Obrolan seperti ini tentu lebih seru daripada diam-diam tahu-tahu sampai tujuan. Eh tapi ini saya cuma rekomendasikan untuk dilakukan pada driver yang sama-sama laki atau sama-sama perempuan ya. Kalau ke lawan jenis nanti dikira kepo. E tapi ya monggo ding, paling akhirnya begini:

sumber gambar brilio

Semoga perjalananmu menyenangkan.

@chandranrhmn

Review Spiderman: Far From Home



Tidak ada buatan manusia yang abadi, termasuk MCU Phase 3 yang ditutup dengan film Spiderman: Far From Home ini. Meskipun tidak sefantastis Endgame, tapi status sebagai penutup phase 3 menjadikan film ini ditunggu-tunggu. Terbukti dari susahnya mendapat seat strategis di bioskop sekalipun sudah mencari lewat pembelian online berjam-jam sebelumnya.

Selain penutup phase 3, Far From Home adalah kelanjutan film Spiderman sebelumnya yaitu Homecoming. Kali ini Peter Parker ingin berhenti sejenak dari tanggung jawabnya sebagai superhero dan ikut karya wisata sekolahnya. Sayangnya bahaya mengikuti kemanapun dia pergi, atau lebih tepatnya dikondisikan begitu.

Peter Parker yang sejak awal tidak berminat melawan ancaman yang datang terpaksa ikut terlibat setelah tidak sengaja melakukan kesalahan yang membahayakan teman-temannya dan orang lain di Eropa. Beruntung dia tidak sendiri, ada Nick Fury, Maria Hill, Happy, dan kebetulan-kebetulan hebat yang membantunya keluar dari masalah.


Kalau di Endgame hampir tidak ada adegan action di satu jam pertama karena lebih banyak menggali dramanya, Spiderman FFH langusng menyuguhkan battle dengan monster sejak awal. Ini berlanjut hingga akhir film ketika Spiderman melawan villain yang sebenarnya. Kalau kata reviewer luar negeri, film ini sangat action-packed. 

Kalau suka dengan adegan gelut-gelutan, film ini sangat memuaskan. Apalagi CGI dan visual efeknya kuueeren. Plus kostum dan logo Spiderman yang beberapa kali diclose-up tampak sangat modern. Kalau dari segi jokes ini bukan film Marvel yang paling lucu, yaa menengah ke atas lah. Kita perlu berterima kasih pada Ned (+Betty) dan Happy soal kelucuan ini.



Soal cerita, saya sempat heran kok ada holes yang sangat tampak ketika sampai di bagian tengah-tengah film. Mosok Marvel membiarkan celah begini rupa tampak oleh penonton biasa. Namun ketika saya tengah terheran-heran, mereka memberikan jawabannya. Saya jadi senyum-senyum sendiri.

Holes-nya adalah setelah Mysterio dan Elemental bertarung di Vanice maupun Prague dengan eskalasi sebegitu tingginya kok tokoh-tokohnya masih bisa menginap dan nongkrong di kota itu dengan santainya seolah kejadian tadi siang itu tidak ada.

Soal CGI yang bagus tadi, sayangnya ada penggunaan yang berlebihan menurut saya. Diceritakan senjata si penjahat dalam film ini adalah kemampuannya membuat ilusi. Ilusi ini dibuat dengan teknologi (ala ala Tony Stark) dan bukan dengan sihir (macam Dr Strange), namun dalam beberapa kesempatan menurut saya ilusinya terlalu fantastik jika dilakukan hanya dengan cara video mapping.



Hal lain yang jadi pertanyaan saya adalah kenapa MJ di sini harus digambarkan sebagai siswi yang aneh dan anti-sosial. Sejak Homecoming sampai FFH ini saya belum menemukan alasan kenapa MJ ini tidak dibikin manis saja. Justru aunt May yang jadi pemanis film ini tidak banyak tampil. Hikmahnya film ini jadi semakin ramah untuk semua usia.

Terakhir, sebuah alasan kuat untuk menonton film ini adalah untuk mendapatkan jawaban dari beberapa premis yang muncul di Endgame. Jadi kalau belum sempat nonton di bioskop, saya sarankan untuk nonton di internet jika nanti sudah tersedia. Kalau dilihat dari after credit-nya kemungkinan film ini akan jadi jembatan untuk film-film Marvel berikutnya.



Ada dua after credit scene di film ini, dua-duanya penting. Selain itu di awal film juga ada scene yang menarik jadi pastikan jangan sampai telat masuk studio. Lebih penting dari itu pastikan sudah nonton Endgame sebelum nonton Spiderman Far From Home.

Moral value: jangan mudah tertipu pencitraan.

@chandranrhmn


Cuma Punya 1 Jam



Sekarang jam 23:00 waktu Bandung ketika tulisan ini mulai dibuat. Bukan karena malas atau bingung mau menulis apa, tapi karena saya benar-benar baru pulang. Sesuai rencana, saya sedang dalam proses mencapai target 30 hari 30 tulisan. Saya khawatir jika bernegosiasi dengan target satu kali saja berikutnya jadi gampang kepengen untuk nego-nego lagi.

Ide nulis Cuma Punya 1 Jam terlintas tiba-tiba dalam perjalanan pulang dari PT LEN. Saya sedang mengerjakan suatu proyek di sana dan karena besok akan ada audit maka hari ini harus menyelesaikan banyak hal. Sedangkan saya belum menulis, belum punya draft, dan menolak bernegosiasi.

Begitulah kalau bekerja secara project-based. Jam kerja yang nine to five itu hanya sebagai formalitas saja, faktanya bisa geser maju atau mundur. Suatu waktu harus lembur karena project akan diperiksa atau diuji fungsi. Tapi di hari lain bisa keluar di jam kerja jika ada keperluan di tempat lain. Termasuk juga bisa memperpanjang libur ketika lebaran atau hari besar lain. Kerjanya fleksibel, asal kerjaannya selesai.

Dalam bidang teknologi IT maupun penerbangan, pekerjaan-pekerjaan seperti ini semakin banyak dilakukan. Seiring berkembangnya dunia digital dan internet bahkan sekarang antara client dan kontraktor tidak perlu bertatap muka. Banyaknya channel pembayaran digital semakin mempermudah kerjasama dan transaksi hingga level internasional.

Dokumentasi pekerjaan dan portfolio menjadi penting karena itu yang bisa ditawarkan ke calon client untuk menunjukkan apa yang pernah dan bisa kita kerjakan. Sehingga tanpa harus kenal secara personal client mau mempercayakan pekerjaannya pada kita dan tentu saja mau membayar waktu dan tenaga yang dikeluarkan. Sosial media seperti LinkedIn sangat cocok untuk menampilkan portfolio. Namun tidak ada salahnya pula mengunggahnya di sosial media lain seperti Facebook dan Instagram. Bisa jadi di sana kita akan ditemukan.

Semakin banyak orang yang butuh kemampuan kita, semakin mahal bayarannya. Uang memang bukan segalanya, dan tidak semua profesi memberikan bayaran sesuai kontribusinya. Namun menurut saya hakikat gaji sebenarnya adalah seberapa besar yang kita kerjakan bermanfaat bagi orang lain dan masyarakat.

Sometimes, it has nothing to do with your formal education. 

Kenapa? karena jika kita hanya mengunggulkan apa yang kita dapat dari sekolah atau universitas, kita tidak akan jadi orang yang unik. Semua teman sekelas kita mendapatkan pelajaran yang hampir-hampir sama. Kalau tidak unik kita susah dicari oleh yang membutuhkan. Jadi skill yang mahal belum tentu adalah yang kita dapat di sekolah.

Militansi dalam mempelajari disiplin ilmu baru adalah kunci. Saya coba menetapkan standar minimal untuk diri saya sendiri bahwa saya harus bisa menjawab dua pertanyaan berikut dengan mantap. Pertama, apa keahlianmu. Kedua, apa olahragamu.

Beberapa waktu yang lalu seseorang membuat google doodle versinya dan menyebut dia membuat itu karena sepertinya google lupa. Doodle-nya bagus, beberapa hari kemudian dia dikontak oleh Google dan mendapatkan tawaran pekerjaan.

Pamer kemampuan beda dengan pamer harta atau kedudukan, asal masih dalam batasan niat untuk berbagi kemanfaatan, bukan untuk gaya-gayaan. Jika kita punya kemampuan lebih dalam sesuatu, tunjukkan saja. Siapa tahu ada orang di luar sana yang memerlukan kita. Siapa tahu tidak lama kemudian ada ajakan kolaborasi untuk membuat sesuatu yang lebih besar.

Orang-orang yang bisa secara militan mendalami sesuatu biasanya sudah tidak lagi berpikir tentang uang. Dia menyukai apa yang dia kerjakan. Bahwa nanti dia bisa sejahtera berkat kemampuannya itu sudah sewajarnya. Militansi diuji ketika kita sudah belajar banyak tapi belum menemukan apa yang bisa didapatkan dari yang sudah dipelajari ini. Kalau berhenti ya cuma akan sampai di titik itu. Tapi kalau dilanjutkan bisa jadi ada sesuatu yang besar kemudian.

Tidak ada kata terlambat untuk mulai mengulik sesuatu, bahkan ketika sudah terikat pada profesi tertentu. Cobalah jadi dokter yang pandai melukis, polisi yang didengarkan ceramahnya, guru yang lihai berwirausaha, pegawai bank yang terbiasa lari marathon, dosen yang gemar membuat robot, programer yang menulis novel, dan lain sebagainya.

Marilah kita berdoa untuk diberi kekuatan agar bisa memanfaatkan sebanyak-banyaknya kesempatan. Karena kita tidak tahu pasti apakah yang kita lakukan memberikan efek baik atau buruk. Semoga kita selalu berada di jalan yang benar. aamiin

ditulis dalam 42 menit.

@chandranrhmn


sumber gambar