Masa Transisi


Alhamdulillah sebulan terakhir angka positif covid di Indonesia menunjukkan tren penurunan. Mungkin herd immunity mulai bekerja, baik yang terbentuk karena terpapar langsung atau oleh vaksinasi. Aturan aktivitas mulai dilonggarkan meski tetap dengan semboyan protokol kesehatan. Meski mengendur sepertinya situasi tidak akan kembali seperti semula masa pre-covid. Pertama karena covid kemungkinan tidak akan hilang, kedua masyarakat mulai terbiasa dengan prokes yang ringan-ringan seperti memakai masker dan cuci tangan.

Walaupun begitu, menurut saya tidak efisien juga kalau kita mempertahankan cara hidup seperti saat pandemi. Buat saya new normal yang ideal itu pakai masker hanya ketika berada di kerumunan, di jalan, atau situasi tertentu. Selain untuk menangkal covid juga menghindarkan diri dari penyakit lain dan polusi. Tapi rasanya pada satu titik seharusnya tidak ada lagi beban untuk tidak memakai masker ketika ke masjid, berkunjung ke rumah orang, bekerja, aktivitas outdoor, dan event-event yang menurut ahli resikonya ringan hingga sedang.

Poin prokes lain seperti kursi yang disilang-silang di tempat makan serta pembatasan kapasitas di tempat yang sebenarnya bersih juga perlahan perlu dikurangi. Obyek wisata dan tempat publik juga pada satu titik harusnya dibuka untuk umum tanpa batasan usia dan domisili. Selanjutnya penggunaan aplikasi yang agak kontroversial itu tidak lagi perlu dijadikan syarat masuk ke berbagai tempat.

Semua perubahan itu tidak mungkin dilakukan seketika. Perlu proses pelonggaran sedikit demi sedikit. Sekarang pun kita bisa merasakan proses itu berjalan. Pengambil kebijakan punya hak dan kewajiban untuk menentukan aturan-aturan bagi publik. Tapi di level pribadi dan keluarga kita perlu membuat keputusan seberapa kita bisa atau perlu melonggarkan diri?

Apakah saya sudah bisa ke warung tanpa masker? Apakah masih penting membawa sajadah sendiri kemana-mana? Apakah hand sanitizer masih diperlukan setiap saat? Apakah sudah aman untuk nonton film di bioskop? Apakah masih perlu melakukan rapid test mandiri secara rutin? Pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab sendiri. Inilah masa transisi yang sama rumitnya dengan pertanyaan "seberapa saya harus menjaga diri?" dan "apakah saya terlalu nekat atau terlalu parno?" yang sering muncul tahun lalu.

Masa seperti ini mirip dengan yang dialami masyarakat Bantul pasca gempa Jogja tahun 2006 silam. Sekedar cerita, bukan keluhan, sebagai epicentrum gempa tingkat kerusakan yang timbul di Bantul cukup besar. Kerusakan fisik paling besar disebabkan gempa utama pada tanggal 27 Mei pagi itu. Tapi hal yang membuat letih secara batin saat itu adalah gempa susulan yang terjadi hingga 2-3 bulan berikutnya. 

Keputusan kapan bisa kembali masuk rumah dan bisa tidur di dalamnya, kapan sekolah bisa membongkar tendanya dan mengembalikan kegiatan belajar di dalam ruang kelas, apakah sudah aman untuk masuk bangunan besar dan tinggi, kapan pedagang bisa pindah dari parkiran ke bangunan pasar, dan lain sebagainya adalah pertanyaan yang harus dijawab masing-masing orang.

Saya mengalami sendiri tinggal di pengungsian, lalu ketika dirasa sudah cukup aman bisa kembali ke rumah. Ketika di rumah pun tidak langsung masuk, tinggal dulu di tenda sampai hitungan minggu. Perlahan berani masuk rumah pada siang hari namun tidur malam masih di luar. Lama-lama bisa tidur di ruang tamu dengan pintu terbuka sebelum berangsur normal tidur di kamar meskipun beberapa kali lari karena gempa susulan tengah malam.

Di sekolah pun kami mengalami proses dari belajar di tenda, lalu pindah ke bangunan semi permanen dari bambu, sebelum pindah ke ruang kelas yang sebenarnya setelah selesai diperbaiki. Di masjid dalam suatu salat jumat ketika sedang khotbah tiba-tiba sebagian jamaah berhamburan keluar karena merasakan getaran. Pada saat itu berada di pinggir jalan lalu ada truk besar lewat saja sensasinya seperti ada gempa, saking parnonya.

Sekarang untuk kedua kalinya saya merasakan berada di masa transisi. Tahun 2006 yang saya lakukan menikmati saja prosesnya, serba yawis, toh saya masih SD tidak banyak yang bisa dilakukan. Melangkah ke new normal harus tapi kalau resiko terlalu besar mending jaga-jaga tetap aman. Sebulan lebih setelah gempa ketika orang-orang mulai berani masuk rumah saya masih hidup di tenda, simply karena waktu itu baru sunat dan saya tidak bisa lari kalau ada apa-apa.

Menikmati rasa takut sepertinya agak susah, tapi menikmati kewaspadaan harusnya bisa dilakukan.

Salam,

Chandra

Tahu Telor di Jakarta


Salah satu menu makanan yang baru saya kenal ketika di Jakarta dan yang membuat saya langsung jatuh cinta adalah tahu telor khas Surabaya. Sekarang tahu telor sudah masuk teritori makanan favorit buat saya. Sayang populasinya belum banyak, masih di bawah pecel lele Lamongan atau bebek Madura secara jumlah. Pada tulisan ini saya akan review beberapa warung tahu telor yang sudah saya coba. 

Disclaimer, saya belum pernah makan tahu telor di daerah aslinya. Jadi definisi enak tidaknya saya pakai ukuran lidah sendiri, dan enak disini bukan lantas punya rasa yang sama persis dengan di Surabaya. Check this out!

1. Warung Tahu Campur Cak Bejo (Tebet)

Di tempat ini lah tahun lalu saya pertama kali makan tahu telor dan langsung suka saat itu juga. Baru tahu bumbu kacang kalau dicampur petis bisa enak gitu ya. Lokasinya strategis di pinggir jalan jadi gampang dicari. Kalau sore jam pulang kerja sering penuh rombongan karyawan pulang gawe. Saya kesini biasanya milih agak malam biar lebih longgar.

Ukuran porsinya pas, cukup untuk bikin kenyang tapi tidak berlebihan. Kalau krupuknya kurang bisa minta nambah. Harga per porsi tahu telor 18 ribu. Di samping tahu telor tentu ada juga tahu campur. Kalau mau yang lain lagi mereka juga jual soto dan rujak cingur. Ini adalah warung tahu telor yang paling sering saya datangi dan sejauh ini selalu puas. Satu poin yang agak mengganggu adalah banyaknya pengamen yang mampir silih berganti, itu saja sisanya well.


2. Tahu Campur Kantor Pos Fatmawati Pak Subari (Cilandak)

Berikutnya adalah tahu campur Pak Subari di daerah Fatmawati/Cilandak. Kata adik saya yang pernah makan tahu telor di Surabaya ini cukup mirip secara rasa maupun komposisi, porsinya gede termasuk tauge-nya banyak, ada kentangnya juga. Harga seporsi tahu telur 20 ribu. Menu lain yang tersedia disini diantaranya tahu campur, nasi rawon, rujak cingur, dan gado-gado. Jam bukanya dari pagi sampai tengah malam.

Lokasinya di jalan Anuraga, agak sedikit masuk dari jalan utama tapi ketika sampai di lokasi tempatnya luas meskipun berupa tenda. Banyak yang makan disini rombongan keluarga, salah satu indikator tempat makan yang maknyus. Tahu Campur yang ini juga masuk kategori dari-halte-ke-halte karena lokasinya terjangkau jalan kaki dari stasiun MRT Fatmawati. Satu lagi kelebihannya adalah warung ini buka dari pagi sampai malam.


3. Tahu Telur Jalan Panjang (Kebayoran Lama)

Jalan Panjang adalah salah satu pusat jajanan sore-malam di daerah Kebayoran Lama. Satu diantara banyak makanan di sana adalah tahu telor ini. Secara rasa sangat memuaskan, sayang lokasinya kurang kondusif untuk makan di tempat karena tidak ada meja, hanya kursi saja. Parkir pun tidak bisa lama-lama karena warungnya berada di pinggir jalan banget berderet dengan warung lainnya. 

Secara harga tahu telor disini paling murah dibandingkan yang lain, 15 ribu rupiah saja. Karena konsepnya 'gerobak' jadi dia buka hanya sore sampai malam hari dan hanya menjual tahu telor saja. Beli disini paling cocok dibungkus, bumbu kacang dipisah, lalu dinikmati di rumah. Maknyus.


4. Tahu Tek Meruya (Kembangan)

Warung yang menjual tahu campur dan tahu telor ini berlokasi di daerah Jakarta Barat. Lokasinya mudah dicari karena langsung di pinggir jalan raya. Secara tempat yang satu ini paling proper karena berupa warung permanen dengan beberapa meja. Pilihan menunya komplit berbagai pilihan sajian khas Jawa Timuran. 


Secara rasa tahu telornya punya bumbu yang lebih pekat dari yang lainnya sehingga lebih nendang. Mungkin proporsi petisnya lebih banyak dari yang lain. Walaupun saya pribadi lebih suka rasa yang lebih moderat untuk sebuah tahu telor, tapi ini masalah selera. 

Sekian review tahu telor bagian pertama. Sebagai penikmat tahu telor saya akan coba eksplor lagi tempat-tempat lainnya. Thank you!

 

Chandra


Precision Approach Path Indicator (PAPI)


note: ini adalah salah satu tulisan lama yang sebelumnya saya publish di sainsterbang.blogspot.com, dikarenakan saya ingin me-maintain blog ini saja jadi secara bertahap tulisan-tulisan di sana akan saya pindah ke blog ini. tks!

Dalam operasi penerbangan khususnya landing, ketepatan sangat diperlukan. Banyak parameter yang harus dipenuhi agar pesawat terbang dapat mendarat dengan aman dan nyaman. Pesawat dan arah geraknya harus segaris dengan landasan, kecepatan cukup rendah, dan glideslope sekitar 3 derajat.

Glideslope adalah kemiringan terbang pesawat ketika mendekati landasan. Ketika memasuki tahap landing, pilot harus menjaga glide slope pesawat sehingga berada di interval yang aman. Secara umum nilai sudut yang disepakati adalah 3 derajat.

Ketidaktepatan glide slope bisa berakibat fatal. Sudah beberapa kali terjadi insiden karena hal tersebut. Bila pesawat terlalu cepat turun maka bisa jadi pesawat sudah sampai di bawah sebelum mencapai landasan. Peristiwa ini pernah terjadi pada Lion Air di Bali. Bila pesawat terlambat turun maka pesawat beresiko tergelincir dari landasan. Kecelakaan Garuda Indonesia di Yogyakarta adalah akibat kondisi ini.

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan karena glide slope yang tidak telat diciptakan beberapa alat bantu. Alat-alat ini memudahkan pilot dalam menjaga glide slope pesawatnya. Perangkat yang digunakan antara lain Instrument Landing System (ILS) dan Precision Approach Path Indicator (PAPI).

ILS akan dijelaskan pada tulisan lain. Kali ini saya akan berfokus membahas PAPI. PAPI adalah perangkat yang cukup sederhana. PAPI terdiri dari 4 buah lampu yang diletakkan di samping runway.

Lampu PAPI dapat memunculkan warna yang berbeda bila dilihat dari sudut yang berbeda. Jika dilihat dari sisi atas akan tampak warna putih dan jika diihat dari sisi lebih bawah akan tampak warna merah. Keempat lampu PAPI memiliki batasan sudut yang berbeda.

Skema kerja PAPI    |     www.tc.gc.ca

PAPI dapat dilihat oleh pilot dan jumlah warna yang terlihat menjadi petunjuk apakah posisi pesawat sudah tepat relatif terhadap runway. Bila dari 4 lampu tersebut tampak merah dan putih masing-masing 2 maka pesawat berada pada path yang tepat. Bila pesawat terlalu tinggi maka lampu putih lebih banyak. Sebaliknya bila pesawat terlalu rendah maka lampu merah lebih banyak.

Cara pembacaan indikator PAPI    |     asfandsattar.files.wordpress.com

Berdasarkan petunjuk PAPI, bila pesawat terlalu rendah maka pilot harus menurunkan rate of descent pesawat agar mendarat dengan aman. Sebaliknya, bila pesawat terlalu tinggi maka pilot harus melakukan go-around.

PAPI di lapangan    |    www.aecinfo.com

PAPI adalah perangkat yang cukup sederhana dalam navigasi pesawat terbang. Meski begitu, peranannya cukup vital dalam membantu pilot mendaratkan pesawat dengan aman.

Lima Tahun


Pertanyaan apakah lima tahun itu sebentar atau lama tergantung pada konteksnya. Kalau dalam dunia profesional pada umumnya timeframe lima tahun itu sangat lama. Tuntutan bisnis menggunakan satuan minggu bahkan hari dan jam. Dalam lima tahun sebuah perusahaan bisa jadi sudah sangat berbeda. Ada yang hilang, ada yang datang. Seseorang mungkin sudah berada di titik karir yang tak terduga pada lima tahun mendatang.

Tapi dalam kontemplasi self improvement, lima tahun bisa jadi waktu yang tak terasa. Kita sering lupa bahwa lima tahun yang lalu bukan 2010, tapi 2016. Lima tahun yang lalu saya bukan anak SMA yang bisa hidup bebas dan belum perlu memikirkan urusan orang dewasa. Yang benar lima tahun yang lalu saya adalah mahasiswa semester 7 yang sudah harus memikirkan bagaimana lulus kuliah dan apa setelahnya. 

Lima tahun yang lalu saya mestinya sudah cukup dewasa untuk membuat keputusan-keputusan penting secara bertanggungjawab. Di usia itu, kita bukan lagi anak-anak yang apa-apanya manut orang tua. Disadari atau tidak, posisi kita sekarang dipengaruhi sikap kita waktu itu - lima tahun yang lalu. 

Salah satu tujuan saya menulis blog yaitu sebagai time capsule mulai bisa dilihat hasilnya. Lima tahun yang lalu saya sudah menulis di blog ini (sudah tulisan agak panjang, bukan cuma gambar-gambar atau lirik lagu). Justru tahun 2016 itu saya sedang semangat-semangatnya. Mungkin juga hidup saya sedang sangat menarik  sehingga dalam sebulan bisa membuat sampai belasan tulisan.

Dengan semua renungan-renungan itu saya jadi ngeri-ngeri sedap mengenai apa yang terjadi di 2026 nanti jika masih diberi umur panjang. Mendadak every single decision sehari-hari menjadi krusial. Perbedaan kedisiplinan sedikit saja bisa membentuk kebiasaan yang kalau diteruskan selama lima tahun ke depan bakal sangat terlihat akibatnya, entah baik atau buruk.

Saya jadi sadar pentingnya punya dua hal ini. Pertama, mentor yang lebih senior 10-15 tahun untuk memberi gambaran tentang jalan ke depan dan keputusan-keputusan terbaik yang bisa diambil. Kedua, apapun atau siapapun yang bisa jadi reservoir inspirasi dan motivasi untuk memberikan energi, to stay afloat and able to overcome any difficulties

Kalau kata istri saya, salat istikharah bukan cuma untuk mempermudah mengambil keputusan. Yang lebih penting dari itu adalah kita memindahkan tanggungjawab dan akibat atas keputusan itu dari pundak kita yang lemah ke Allah Yang Maha Tahu. 

Saya semakin tidak mau mengecilkan arti ibadah ketika melihat orang-orang yang hidupnya berubah, dalam lima tahun, karena ibadah. 

Embrace what the future brings. Bismillah. We move

Chandra


pic: dreamstime, dashe

Pemadam Penasaran


Ada dua hal yang sering saya cari di google image semata-mata karena oddly satisfying to see yaitu peta dan anatomi tubuh manusia. Seperti tadi pagi waktu nonton video youtube tentang kemungkinan suhu di Eropa turun akibat perubahan kandungan garam di lautan, saya penasaran seperti apa sebenarnya tingkat keasinan air laut di seluruh dunia. Dari google dapatlah saya gambar ini

Sumber: ESA

Saya mendapat kesenangan hanya dengan melihat grafis-grafis semacam ini. Saya manthuk-manthuk saja sambil mbatin oh ternyata laut merah dan mediterania memang super asin, sedangkan laut-laut asia tenggara tergolong salinitas rendah. Saya juga nggak serius-serius amat sampai menganalisa mungkin ini sebab produksi garam di Indonesia biasa-biasa saja padahal punya garis pantai sangat panjang, tidak sampai situ juga mikirnya.

Sama halnya waktu beberapa minggu lalu nyamuk lagi banyak-banyaknya, saya penasaran persebaran nyamuk di dunia seperti apa. Saya dapat peta ini dan menyimpulkan tinggal di daerah subtropis enak ya nggak banyak nyamuk

Sumber: NPR

Peta dunia waktu malam juga termasuk yang sudah lama saya cari. Google earth menyediakan tools yang menarik untuk melihat betapa Indonesia ini berpusat di Jawa dengan beberapa kota besarnya, ketimpangan Korsel dan Korut, perbedaan West Coast dan East Cost di US, konsentrasi penduduk Mesir di sekitar Sungai Nil, dan lain sebagainya. Kalian bisa eksplor sendiri.






Beberapa peta lain yang ada di history pencarian saya adalah: peta gurun Australia, peta elevasi India-China karena saya penasaran dengan besar dan tingginya Himalaya, peta populasi di Amerika, dan peta temperatur dunia. Tanpa mengurangi rasa hormat silakan dicari sendiri gambar-gambarnya di Google kalau penasaran, karena disini sudah terlalu banyak image.

Sebagai orang yang suka data yang mudah dicerna, visualisasi seperti ini sangat berguna daripada angka-angka statistik. Bayangkan harus melihat tabel berisi jumlah populasi nyamuk di setiap negara di dunia. Aku yo wegah, aku yo klenger. Terima kasih para data saintis yang telah membuat gambar-gambar ciamik.

Barang kedua yang sering membuat saya penasaran adalah fenomena-fenomena dalam tubuh manusia. Jurnalis sepak bola sempat menggoreng isu bahwa Gareth Bale menguncir rambutnya untuk menyembunyikan kebotakan. Mereka membandingkan foto Bale muda waktu masih di Spurs dengan ketika dia sudah di Madrid.


Dari sana saya baru tahu ada yang namanya M pattern baldness dimana pada laki-laki lumrah terjadi pengurangan rambut bagian depan sehingga seolah-olah forehead melebar. Dulu saya pikir kebotakan itu identik dengan profesor sepuh, ternyata nggak juga. Bale (plus Rooney, Shaqiri) yang atlet dan sangat sehat juga mengalami. Banyak faktor termasuk genetik mendorong baldness seperti ini ternyata. Saya perhatikan orang-orang di sekitar saya yang beranjak dewasa ternyata juga mengalami serupa. Justru gejala ini salah satu yang mempermudah manusia memprediksi usia orang yang belum dikenalnya.

Dari berita sekilas soal pemain bola saya jadi browsing bab kebotakan



Gambar anatomi kulit seperti ini entah kenapa sangat menarik buat saya. Padahal biologi bukan bidang yang jam pelajarannya saya tinggu-tunggu waktu sekolah dulu. Tampaknya saya suka mengamati, tapi agak anti menghafal. Selain kulit saya juga sering penasaran sama anatomi tulang dan otot. Kadang-kadang kalau ada kabar pemain bola yang cedera saya cari tahu sebenarnya bagian mana yang kena.

Kemarin di twitter ada yang promosi standing mouse. Katanya kalau pakai mouse ini posisi tangan lebih ergonomis dan mengurangi kemungkinan terkena carpal tunnel syndrome (CTS). Otomatis saya penasaran lalu googling apa itu CTS.


Seperti halnya peta-peta tadi, saya ucapkan terima kasih pada para dokter dan pegiat kesehatan yang sudah membuat visualisasi-visualisasi anatomi sehingga kita-kita yang orang biasa mudah memahami apa yang terjadi di dalam tubuh. Bahkan selain gambar banyak pula yang dibuat video dan diunggah di youtube.

Di internet kita bisa dapat informasi macam-macam hanya dengan beberapa klik saja. Di forum akademik tidak kuat argumennya kalau bilang ambil referensi 'dari google'. Tapi untuk sekedar tanya-tanya casual seperti ini google memberikan jawaban yang lebih dari cukup. Semoga rasa penasaran yang sering muncul ini masih dalam batas wajar ya, syukur-syukur kalau positif.

Sebagai penutup berikut beberapa pencarian saya yang lainnya.











 

Subordinat


Tanggal 1 September saya tepat 3 bulan bekerja di tempat baru. Masa probation saya selesai hari ini. Saya tidak terlalu mengalami kesulitan beradaptasi dengan lingkungan kantor baru. Lokasinya masih satu kawasan, hanya pindah gedung. Jalan-jalannya lumayan hafal luar dalam karena dulu ngekos daerah sana. Secara budaya dan orang-orangnya agak beda, tapi justru yang sekarang ini terasa lebih cocok buat saya daripada sebelumnya.

Satu hal yang masih membuat saya awkward adalah kenyataan bahwa sekarang saya punya bawahan. Ini pertama kalinya dalam perjalanan karir profesional saya dimana saya tidak lagi jadi staf tapi punya staf. Sebagai orang yang sering nggak enakan hal macam ini bagi saya perlu pembiasaan.

Ternyata punya bawahan bukan cuma urusan nyuruh-nyuruh. Saya punya kewajiban mendelegasikan tugas secara tepat sesuai kompetensi masing-masing, di waktu yang lain saya harus bisa menjelaskan apa yang harus mereka pelajari untuk bisa menjalankan tugas pada project yang sedang berjalan. Tujuannya agar semua pekerjaan dapat terdeliver dengan optimal. 

Saya harus memberikan cukup pekerjaan supaya mereka ada bahan untuk memenuhi KPI dan tugas tim beres, tapi juga tidak terlalu banyak sehingga membuat mereka burnout. Saya harus cukup akomodatif supaya tidak dikenal otoriter, tetapi tidak terlalu lunak sehingga disepelekan. 

Sekarang saya jadi tahu pentingnya berorganisasi waktu sekolah dan kuliah. Agak menyesal dulu pengalaman kurang banyak jadi sekarang merasa kurang modal hahaha. Dengan alasan lebih suka yang praktek-praktek dulu lebih banyak milih jadi orang lapangan/eksekutor. Alergi sama yang namanya posisi 'ketua'. Pernah sih, tapi jarang. Mau nggak mau belajarnya sekarang.

Bawaan sifat anak daerah asal daerah yang andhap asor juga rada jadi problem, apalagi ketika harus mengatur orang yang sebaya atau lebih tua. Dipanggil 'mas' sama orang seumuran pun awalnya berasa aneh, mau minta panggil nama aja tapi yaudahlah. Kecenderungan tidak mau berkonflik ini jan hmmmmm...

Semoga yang baca ini dilancarkan karir, pekerjaan, dan tanggungjawabnya. Dilindungi dari masalah-masalah yang tidak diharapkan, ditempatkan di posisi yang sesuai, diapresiasi karyanya, dan dimudahkan aksesnya menuju kesempatan-kesempatan baik. Aamiin.