Yogyakarta International Airport


 

Boleh kan ya setuju dengan bandara YIA sambil tetap merasa prihatin pada penduduk setempat yang tidak rela kepemilikan lahannya dialihkan untuk pembangunannya?

Bandara adalah salah satu aspek yang dipelajari waktu kuliah teknik penerbangan dulu. Dari insight yang saya dapat, saya berpendapat bahwa Jogja tidak bisa terus mengandalkan bandara Adi Sutjipto (JOG) untuk jangka panjang. Pembangunan fasilitas secara sporadis seperti terminal baru tidak sustainable. At some point perlu ada bandara modern yang dibangun. 


JOG adalah bandara milik TNI AU, otoritasnya di bawah Danlanud. Oleh karenanya pada saat-saat tertentu pesawat komersial harus bergantian dengan jet militer untuk take-off dan landing. Bandara modern tentu tidak bisa seperti ini, terlalu banyak syarat dan ketentuan untuk bisa berkembang. 

Secara lokasi JOG memang strategis karena dekat dengan kota. Di sisi lain hal ini menjadi masalah karena menyulitkan pembangunan infrastruktur bandara, lahannya tidak ada. Banyaknya gedung tinggi kota di sekitar bandara juga bukan sesuatu ideal dalam dunia penerbangan. Ada faktor safety dan polusi cahaya disana. Inilah alasannya banyak bandara modern nyaris di seluruh dunia dibangun di pinggiran kota. 

Oleh karenanya, tidak bisa tidak Jogja harus membangun bandara baru dan memindahkan penerbangan komersil kesana. Bandara ini harus memberikan ruang untuk pengembangan jangka panjang ketika nanti semakin banyak rute penerbangan yang beroperasi. Lokasi yang dipilih di Kulonprogo menurut saya sudah keputusan yang paling tepat. Yang jadi masalah adalah waktunya, apakah harus sekarang?

 

Harus diakui pembangunan YIA ini tampak agak buru-buru sehingga pembebasan lahan terkesan agak dipaksakan. Sialnya ketika bandara jadi malah ada pandemi yang membuat penerbangan jadi sepi. Kalau tahu begini mending jangan dibangun dulu, JOG masih bisa digunakan sampai beberapa tahun ke depan.

Banyak diberitakan operasi YIA ini merugi, hal ini tidak terhindarkan. Hampir seluruh bandara di dunia rugi ketika pandemi. Simply karena jumlah penumpang dan penerbangan berkurang. Tak pelak ini jadi bahan argumen pihak yang kontra dengan YIA.

Argumen lain yang dilontarkan adalah masalah jarak yang memang jauh dari kota Jogja. Ada dua hal dalam pikiran saya untuk merespon ini. Pertama berhubungan dengan pembangunan YIA yang terburu-buru. Ketika bandara sudah jadi dan beroperasi, akses ke pusat kota belum ready. Shuttle dan kereta yang kemudian diluncurkan kurang sesuai dengan kebutuhan sebagian orang. Infrastruktur paling disukai belum jadi: jalan tol.

Kedua, permasalahan jarak ini subyektif. Bagi orang Kulonprogo, Purworejo, dan sebagian besar Bantul tentu YIA lebih dekat. Tapi bagi penduduk Kota Jogja, sebagian besar Sleman, dan Klaten tentu ingin tetap terbang dari JOG. Alasan ini sangat masuk akal, namun rasanya sulit mencari lokasi yang strategis untuk sebuah bandara besar baru selain di Kulonprogo.

Ada dua harapan saya, yang pertama adalah masalah pembebasan lahan kemarin segera beres seberes-beresnya sehingga tidak menjadi duri dalam daging. Saya lihat ada beberapa pemukiman baru di sekitar bandara yang katanya ditempati oleh warga yang direlokasi. Semoga semua mendapat ganti untung sesuai haknya.

Harapan yang kedua, semoga ekosistem penerbangan segera normal dan kerusakan yang timbul selama pandemi dapat dipulihkan oleh pelaku industri bersama pihak terkait.