Low Hanging Fruit



Sebagai orang yang tidak belajar software engineering secara akademis, saya sadar bahwa untuk berkarir di dunia IT modal saya tidak sebaik teman-teman yang memang belajar itu selama bertahun-tahun. Saya lulusan teknik penerbangan. Kalau ditanya spontan di jalan, saya lebih lancar menjelaskan tentang aerodinamika daripada perbedaan list, map, dan set di Java. Ibaratnya buah matang di pohon sama dikarbit tetep beda manisnya.

Saya itu career switch antara sengaja dan nggak sengaja. Saya mendapat pekerjaan pertama di bidang IT lebih karena koneksi daripada seleksi. Dari sana saya jadi masuk semakin jauh sampai saat ini aktivitas hari-hari saya sama sekali tidak berhubungan dengan aerospace. Pesawat terbang saya simpan sebagai hobi saja.

Baru di tahun ke-4 bekerja saya memiliki sedikit bayangan industri ini seperti apa. Sebelumnya saya bekerja dari hari ke hari saja, menyelesaikan pekerjaan yang diminta dengan apa yang saya bisa. Saya belum ngegrip sampai sempat juga berpikir untuk insyaf kembali berkarir di bidang penerbangan. (Yes, mindset saya sejauh ini memang untuk bekerja profesional, saya belum terpikir menjadi entrepreneur atau aktivitas produktif lainnya)

Saya katakan saya relate dengan tweet di atas karena mungkin selama ini itu yang saya rasakan dan alami tapi tidak bisa saya katakan. Kenapa tidak bisa? karena saya belum bisa mendefinisikan secara mantap dimana saya berada sekarang dan mau mengarah kemana.

Catching low hanging fruit. That's exactly what I've been doing for the last couple of years. Saya ambil kesempatan bekerja di posisi yang tidak mengharuskan punya keterampilan bahasa pemrograman level native. Fortunately, ternyata low hanging fruit ada yang lumayan matang dan manis.

Tapi ini masih jauh dari selesai. Kalau mau memetik buah yang lebih tinggi tentu ada harga yang harus dibayar: work on skills at nights. Inspiration gets you started, discipline takes you there. Apalagi kalau there-nya adalah winter olympics.


Chandra

Medium



Selain pajak STNK, domain blog ini juga minta diperpanjang tiap Februari. Saya merasa perlu karena buat saya domain (dot)id ini jauh lebih bagus daripada domain blogspot versi free-nya yaitu nurohmanchandraaa.blogspot.com. Sangat tidak catchy bukan? Tapi itu yang tersedia dulu. Maka tidak apa lah saya bayar ke providernya tiap tahun. 

Karena sudah bayar, saya berniat menjadikan blog ini salah satu wajah digital saya. Oleh karenanya saya berusaha untuk meng-update secara rutin konten yang ada disini. Kontennya pun harus pantas untuk konsumsi publik namun tetap merepresentasikan saya, nggak terlalu macak jadi orang lain. 

Sebagai orang yang sering mendapat pelajaran berharga dari membaca tulisan orang, saya pun berharap blog ini bisa berguna buat orang lain. Kalaupun bukan berupa inspirasi yang life-changing atau renungan yang menyadarkan, minimal ada satu dua info yang didapat dari sini lah. 

Image yang ingin saya tampilkan disini saat ini tentu berbeda dengan waktu masih mahasiswa dulu. Hobi dan perhatian saya pada pengetahuan juga berubah seiring berjalannya waktu. Influence yang saya terima dari sekitar juga berganti-ganti. Oleh karenanya isi dan ambience blog ini dinamis.

Ikatlah ilmu dengan menuliskannya. Saya coba lakukan itu dengan menulis 'ilmu' disini, baik dulu seputar penerbangan sampai sekarang lebih banyak tentang IT. Harapannya selain manfaat buat saya, tulisan itu bisa juga dibaca orang lain dan terindeks di google sehingga bisa dibaca teman-teman yang sudah terkoneksi maupun total stranger.

Tapi setelah saya observasi, blog seperti ini bukanlah platform yang tepat. Navigasinya sulit apalagi kalau tulisan itu sudah tenggelam, tag "Belajar IT" tidak terlalu membantu. Demand atas user experience yang effortless tidak align dengan usaha menuliskan itu di sini. Saya belum bisa merombak format blog secara drastis untuk mengakomodir itu, jadi saya putuskan untuk menuliskan di tempat lain saja.

Belajar dari beberapa teman, saya putuskan untuk menggunakan Medium. Medium memungkinkan pengguna untuk menulis sekaligus berjejaring. Di sana mudah untuk mencari informasi dan profil sesuai topic yang diinginkan. Bagi saya environment disana menarik baik dari segi platform maupun orang-orang yang sudah ada disana sebelumnya.

Sejak sebulan lalu saya memutuskan untuk mulai menulis di Medium. Pelan-pelan saya tambah postingannya di sela-sela waktu. Semoga konsisten ya hehe. Sementara baru ada 3 tulisan, kindly visit medium.com/@chandranurohman semoga bermanfaat.

Thank you!!

 

Job Interview


Beberapa waktu yang lalu saya meng-interview seorang kandidat, freshgrad lulusan teknik informatika sebuah kampus swasta. Selama kuliah kelihatan banget dia going the extra miles, melakukan lebih banyak daripada yang diminta. Ada beberapa project sampingan yang meaningful, bahkan satu diantaranya sudah monetized. Skillsetnya komplit, portofolionya rapi, dan bisa nulis. Dia bisa dan mau. No brainer dia diterima dan sekarang sudah sign.

Lain waktu ada dua kandidat yang diajukan untuk posisi yang lain. Tidak se-bright yang satu tadi memang, tapi dua-duanya capable dan memenuhi kualifikasi. Sayangnya slot yang tersedia hanya satu, mau tidak mau satu diantaranya harus digugurkan. Sayang memang, andai dia apply di waktu yang lain dia bisa diterima. Karena ada kejadian saat tim sedang sangat butuh orang malah yang apply minim, terpaksa menerima kandidat seadanya.

Sejak diamanahi untuk berhak menginterview, saya justru belajar lebih banyak tentang interview itu sendiri. Saya bisa melihat dari point of view user. Tapi di luar itu saya jadi tahu bahwa kapan kita apply sebuah posisi juga menentukan chance kita mendapatkan posisi itu. Urgensi dan kompetitor adalah fungsi waktu, kondisinya berubah terus dan kita sebagai orang luar biasanya tidak tahu. Hardskill, teknik interview, strategi nego gaji, dan technical/psikotest bisa dipersiapkan, tapi masalah momentum ini di luar kendali kita. Faktor doa dan rejeki pengaruhnya besar banget disini.

Anyway, bicara soal job opportunity, ada titipan dari teman yang kerja di Astro Indonesia (astronaut.id) untuk beberapa posisi: Front-End Engineer, Back-End Engineer, DevOps Engineer, dan Android/iOS Engineer. Levelnya yang dicari untuk Senior (exp. 2 years) dan Lead (exp. 5 years). Untuk Tech Team mekanisme kerja hybrid wfh-wfo. Kantornya ada di daerah Tomang dekat Taman Anggrek. 

Detailnya bisa cek disini: Tech Team Open Position

Saya share disini barangkali pembaca ada yang minat atau punya teman yang sedang mencari opportunity di bidang ini. Kelihatannya lumayan urgen ya jadi semoga peluang dipanggil cukup besar. Jika berminat bisa hubungi saya, nanti saya hubungkan dengan teman saya yang bisa kasih referral. Catatan: tulisan ini bakal lama online tapi tentu lowongannya bisa closed kapan saja ya. Thank you!





Best to Worst Desain Mobil F1 2022


Maret ini Formula 1 musim 2022 akan dimulai. Bukan cuma musim baru, tapi ini adalah era baru F1 dimana dilakukan perombakan regulasi yang otomatis membuat mobil-mobil F1 tampak berubah jauh dari tahun kemarin. Secara teknis diharapkan desain mobil yang baru membuat balapan lebih seru karena lebih mudah salip-menyalip. Di samping itu secara tampilan mobil dibuat lebih futuristik untuk menarik audience yang lebih luas.

Bulan Februari kemarin 10 tim yang berlaga di ajang Formula 1 telah bergiliran merilis mobilnya ke publik. Momen ini adalah salah satu momen pre season yang ditunggu penggemar karena untuk pertama kalinya mereka bisa berdebat tentang mana mobil paling bagus dan menjanjikan serta mana yang penampilannya mengecewakan.

Berikut adalah urutan best to worst menurut saya dalam tema Formula 1 2022. (klik untuk resolusi lebih baik)

1. Ferrari [10/10]



2. Aston Martin [9.5/10]

 

3. Alpha Tauri [9/10]

 

4. Red Bull [8/10]

 

5. Williams [7.5/10]

 

6. Alfa Romeo [7.5/10]

 

7. Mercedes [7.5/10]


 

8. Haas [7/10]


 

9. McLaren [6.5/10]

 

10. Alpine [5/10]



What do you think, guys?





Wordle


Wordle punya satu kata jawaban setiap harinya yang diperbarui pukul 00:00 waktu setempat masing-masing pengguna. Di tempat dan zona waktu yang berbeda waktu pengerjaan pun berbeda. Tapi nyaris tidak ada yang membocorkan jawabannya sebelum ganti hari berikutnya.

Wordle fokus pada menyelesaikan, bukan mengalahkan. Targetnya adalah menemukan kata jawaban dalam maksimal enam tebakan, bukan cepat-cepatan. Tidak ada leaderboard antar pengguna atau analisis persentil kita di posisi berapa. Yang ada hanya statistik pribadi jawaban kita sebelumnya.

Tidak peduli berapa kotak hitam, kuning, dan hijau yang terbuka sebelumnya selama jawaban yang benar didapatkan. Setiap pilihan kata akan mempengaruhi pilihan kata berikutnya. Mencontek sama sekali tidak ada gunanya, bahkan menarik pun tidak. Menemukan jalan menuju jawaban adalah letak kesenangannya.

Wordle sangat sederhana, bahkan bisa direplikasi semua fungsinya di Microsoft Excel. Tapi diskusi dan forumnya sangat hidup dan berisi. Ada yang serius membuat kajian secara matematis kata apa yang terbaik untuk memulai. Ada yang melihat dari sisi budaya ketika orang Irlandia diduga paling tidak masalah dengan 'TACIT'. Ada yang mengutuk karena gagal menjawab 'KNOLL' atau 'VIVID'.

Wordle punya sedikit aturan, namun sangat lugas. Ia seperti jaringan jalan di perkotaan yang didesain dengan sangat baik dan efisien sehingga tidak perlu banyak rambu-rambu untuk membuat orang patuh.

Wordle sangat berpengaruh, konsepnya diadopsi untuk permainan serupa dengan basis atau bahasa yang berbeda. Di Indonesia ada Katla dan Kotla yang banyak dimainkan. Mungkin pada dasarnya manusia perlu permainan seperti ini: adventurous secara sederhana, memberi ruang untuk pendapat yang berbeda, inklusif bagi siap saja dan mengakomodir banyak selera, serta memberikan sense of accomplishment ketika menyelesaikannya lalu membagikannya dengan beberapa klik saja.