Showing posts with label football. Show all posts

Muslim Player Considerations Awareness

Beberapa tahun yang lalu, pemain sepak bola di Eropa yang berpuasa dan harus berbuka di tengah pertandingan seringkali harus berpura-pura cedera atau mendapatkan perawatan agar bisa menenggak sebotol air dan makan sepotong energy bar. Kadang-kadang sebutir kurma juga harus diserahkan secara sembunyi-sembunyi seakan tabu menggabungkan keyakinan dengan olahraga. Kini keadaan sudah berubah, di pertandingan resmi liga-liga besar Eropa wasit secara resmi menghentikan pertandingan sejenak agar pemain bisa berbuka puasa. Lebih menariknya lagi, momen seperti ini selalu diiringi tepuk tangan dan riuh penonton.




Di Inggris, PFA (Professional Footballers' Association) melakukan sosialisasi Muslim Player Considerations Awareness guna membuat official dan coach dari klub-klub aware tentang kebutuhan pemain muslim salah satunya dalam kaitannya dengan Ramadhan. Akan ada waktunya Ramadhan jatuh pada saat libur kompetisi, tapi dalam 18-20 tahun ke depan Ramadhan akan beririsan dengan kalender kompetisi berjalan. Untuk itu PFA merasa perlu secara proaktif memberikan booklet yang berisi penjelasan A-Z tentang kebutuhan pemain muslim di Liga Inggris. Ini inisiatif yang bagus dari PFA dan tampaknya bersambut dengan baik pula dari sisi klub dan federasi.

Bukan hanya soal puasa dan Ramadhan, PFA pada dasarnya memberikan penyulusan Islam 101. Dimulai dengan penjelasan apa itu Islam, rukun Islam yang 5, serta penjelasan ibadah-ibadah yang dilakukan pemeluknya. Ini jadi penting karena ibadah muslim banyak yang terikat dengan waktu (salat wajib, salat jumat, puasa ramadhan) sehingga akan ada saatnya kewajiban beragama akan bersinggungan dengan urusan profesional. Salat jumat misalnya, dijelaskan bahwa atlet pria muslim wajib untuk hadir di masjid sehingga diharapkan jadwal training bisa disesuaikan untuk mereka pada Jumat siang.

PFA juga menjelaskan ucapan-ucapan yang biasa terlontar dari pemain muslim seperti salam, hamdalah, dan lainnya. Simbol-simbol seperti sujud yang biasa dilakukan pemain saat melakukan selebrasi juga disosialisasikan sehingga tidak menjadi sesuatu yang asing dan aneh untuk dilihat. Saat ini mungkin Mohamed Salah adalah pemain muslim paling high profile di UK dan dia sering melakukan selebrasi dengan bersujud. PFA juga menghighlight bahwa ada muslim yang tidak ingin bersentuhan dengan lawan jenis sehingga diharapkan tidak ada kesalahpahaman jika ada pemain muslim yang memilih bersalaman 'jarak jauh'.


Aspek teknis berkaitan dengan kebutuhan pemain muslim juga disampaikan oleh PFA. Misalnya kebutuhan akan makanan halal, saran untuk menyediakan prayer room di training ground, dan mengkondisikan pemain muslim di kamar yang sama ketika di hotel untuk mempermudah salat. Klub juga diharapkan membantu mencarikan housing bagi pemain muslim yang dekat dengan tempat ibadah dan halal shop.

Setelah menjelaskan Islam 101, barulah masuk pembahasan soal puasa. PFA memberikan info sedetail-detailnya mulai dari kalender puasa beberapa tahun ke depan, jadwal imsakiyah, syarat boleh tidak berpuasa (jika pertandingan away jarak jauh bisa jadi boleh tidak berpuasa), sampai guidance teknis bagaimana menjaga performa pemain saat berpuasa. Klub sudah berusaha mengakomodasi maka pemain juga harus tetap profesional dan menjaga performa terbaiknya meskipun sedang berpuasa.

Bagi pemeluknya, Islam tidak bisa dipisahkan dari urusan sehari-hari, atau dalam bahasa lain susah 'dibikin' sekuler. Bagi top level athlete mungkin puasa tidak terlalu memberikan benefit secara fisik (mereka sudah super human, beda sama kita yang lumayan puasa bisa bantu bakar lemak), tapi secara batin dan emosional rasa lega karena bisa menjalankan ibadah dengan baik dan penuh support bisa jadi akan mendatangkan mental boost yang bisa menunjang performa. Itulah yang diharapkan PFA dari agenda awareness workshop ini.

Saya fans Liverpool, tim ini pernah punya duet maut Salah + Mane yang dua-duanya muslim. Masa-masa mereka ngobrak-abrik liga Inggris lalu bersujud tiap selesai mencetak gol tentu dilihat dan diingat banyak orang. Pemain muslim akan terus datang dan pergi di Liga Inggris maupun liga-liga lain di Eropa. Mungkin belum bisa dibilang dakwah, tapi apa yang dilakukan oleh PFA di Inggris adalah sesuatu yang sangat baik. Pendekatan yang sopan, ramah, dan informatif akan berterima dengan lebih baik, dibuktikan dengan respon pelaku sepakbola Inggris atas sosialisasi yang dilakukan. Keren. Sampaikanlah walau satu ayat.

Thanks,
Chandra

sumber bacaan: fifpro.org

Kill Them With Passes


Pertandingan kemarin sore melawan Brantford menandai dimulainya era Arne Slot di Anfield. Setelah 9 tahun tumbuh dalam asuhan Jurgen Klopp, kini Liverpool dinahkodai manajer baru yang bisa dibilang new kid on the block di kalangan manajer dan tim papan atas. Ada pertanda baik di mana Liverpool berhasil memenangi dua laga awal musim ini lawan Ipswich dan Brentford. Walaupun ujian sebenarnya baru datang akhir pekan nanti saat bertandang ke Man Utd. Namun setidaknya cara bermain Liverpool kemarin sungguh memberikan angin segar dan optimisme di tengah keringnya bursa transfer.

Sudah nampak perbedaan cara bermain Liverpool era Slot dan Klopp. Gegenpresing-nya Klopp masih ada jejaknya namun tidak se-hard core dulu. Kini serangan lebih banyak dibendung dengan overload di tengah bukan pressing di depan. Smart menurut saya karena menghemat energi dan semoga mengurangi potensi cedera, masalah yang selalu datang menghambat usaha jadi juara.

Kedua, yang lebih mencolok adalah perubahan cara build up dari bola panjang menjadi passing pendek. Dulu serangan Liverpool mengandalkan bola direct dari Trent, VVD, Robbo, bahkan Alisson langsung ke Mane dan Salah. Tapi kini Mane sudah pergi, Diaz jago gocek tapi larinya tidak sekencang Mane, sementara Salah sudah menua dan suka tidak suka melambat. 

Sekarang tampak serangan Liverpool dibangun step by step lewat tengah, hadirnya Szobo dan MacAllister memungkinkan ini dilakukan. Hasilnya Liverpool mencatat akurasi passing 92%, rekor tim dalam 20 tahun sejak statistik ini dihitung, dan itu dihasilkan di pertandingan resmi kedua Slot. Impressive! 



Apakah filosofi 'Kill Them with Passes' ini akan sukses? Kita lihat saja nanti. Tapi minimal apa yang diperlihatkan kemarin sangat menghibur, terutama di babak kedua. Liverpool bersama Slot tampaknya bergerak ke arah yang benar setelah di awal sempat muncul keraguan apakah ia cukup kuat untuk meneruskan nama besarJurgen Klopp.


YNWA,
Chandra

pict (1): @LFC

Danke Jürgen

Bombshell. Lagi santai-santai di jumat sore tiba-tiba ada tweet Fabrizio Romano soal Jürgen Klopp bakal meninggalkan Liverpool di akhir musim ini. I was like, WHAT??!!


Tulisan ini mungkin akan kurang rapi karena saya masih shocked dan apa yang melintas di pikiran langsung saya tuangkan. Saya pikir saya udah nggak akan merasakan patah hati, ternyata masih hahaha. Klopp pergi ini rasanya sudah seperti kehilangan anggota keluarga. Sedihnya real, buat saya apa yang dilakukan Klopp di Liverpool efeknya sampai ke real life, bukan sekedar fanatisme pada sebuah tim olahraga. Dalam saat-saat sulit, Klopp's Liverpool adalah satu dari sedikit hiburan yang ada buat saya. Di dunia yang melarang anak laki-laki mengeluh apalagi menangis, Liverpool pernah jadi obat yang bisa mengangkat kesedihan saya, tanpa orang lain perlu tahu yang saya alami. Keeps my boat afloat.


Sembilan tahun Klopp di Liverpool merubah total wajah tim ini. Liverpool tidak punya banyak uang tapi bisa bersaing dengan tim yang dibekingi juragan minyak timur tengah. Dengan segala keterbatasan Klopp meng-assemble pemain yang mostly level menengah dan disulapnya jadi pemain elit. Alisson dan VVD baru bisa dibeli setelah dapat duit hasil penjualan Coutinho, lalu keduanya berkembang jadi yang terbaik di dunia. Duet full back Liverpool sangat disegani dan memegang record assist padahal didapat secara nyaris gratis, Trent jebolan akademi, Robbo dibeli murah dari Hull yang terdegradasi. Trio Henderson, Fabinho, Wijnaldum jauh dari kata kelas dunia. Siapa pernah mengira pemain kaya Henderson bisa jadi UCL & PL winning captain? Andalan di depannya Mane Salah Firmino gak perlu dijelaskan lagi semua orang sudah tahu.

Favorit match under Klopp:
1. 4-0 vs Barcelona, legendary comeback, sudah ketinggalan agregat 0-3, tanpa Salah dan Firmino, tapi bisa membalikkan keadaan.
2. 7-0 vs Man United, menang dengan skor yang bikin geleng-geleng lawan musuh bebuyutan.
3. 5-4 vs Norwich, jaman awal-awal Klopp di Liverpool, masih labil, bikin senam jantung wkwk

Waktu seperti ini akan tiba, sama seperti sebelumnya saat Klopp meningglkan Mainz dan Dortmund. Tapi saya tidak menduga akan secepat ini. Walaupun mungkin ini juga saat yang paling tepat karena dia sudah menyiapkan pondasi untuk Liverpool 2.0, hanya saja nanti akan dinahkodai oleh manajer yang berbeda. Tapi btw Klopp ini keren karena setiap resign selalu dilepas dengan penuh bangga oleh klub dan suporternya. Klopp once said, "When I left Dortmund, I said it's not important what people think when you come in but what they think when you leave."


Football twitter sore sampai malam ini ramai dengan pemberitaan soal Klopp, he is massive. Beberapa artikel mencuat tentang alasan kenapa pengumuman mundurnya Klopp dilakukan di Januari. Klopp sadar bahwa sebagian staffnya mungkin akan ikut pindah juga setelah ini, ia tidak mau mengumumkan di akhir musim karena akan menyulitkan para staff biasa untuk arrange living ke depannya. Sampai menyangkut sekolah anak pun ia pikirkan. What a guy, berinisiatif memberikan notice period untuk memudahkan orang lain. Manajemen pun kabarnya sudah tahu keputusan ini sejak November sehingga succession plan sudah ada. No panic.

Bicara suksesi, tampaknya kandidat yang paling diharapkan untuk meneruskan Klopp adalah Xabi Alonso. Alasannya jelas karena sekarang Alonso sedang menangani Leverkusen yang duduk di puncak klasemen Bundesliga, unggul 4 poin dari Bayern. It's lonely at the top beneran. Plus tentu saja Alonso adalah mantan pemain Liverpool, sosok penting saat memenangi UCL 2005. Alonso kabarnya juga punya klausul di kontraknya bahwa ia bisa melatih ex-timnya (Liverpool, Madrid, Bayern) kalau mau. Saya setuju gagasan ini, rasanya tidak ada calon lain yang lebih sesuai. Gerrard legendary sebagai pemain, tapi karir kepelatihannya kurang mulus, mungkin kalau jadi sporting director lebih cocok. Jika bukan Alonso, saya prefer Unai Emery.

Di Inggris posisi pelatih dibahasakan dengan 'manager', bukan 'coach'. Itu karena tanggung jawab pelatih bukan hanya soal memilih pemain yang turun dan strategi di lapangan tapi juga sampai ke belakang layar. Infrastruktur, youth system, recruitment, scouting, kesehatan dan gizi pemain, sponsorship, dan finance tidak lepas dari pandangan Klopp, tapi ia juga tidak terjebak pada detail dengan merekrut orang-orang terbaik di posisi masing-masing. Makanya salah satu yang membuat fans Liverpool bangga adalah klub ini beres luar dalam, nggak banyak drama, dan well planned, seperti sebuah perusahaan yang sangat sehat. 

Memasuki setengah tahun terakhir Klopp di Anfield, saat ini Liverpool ada di puncak klasemen PL, masih aktif di UEL dan FA Cup, dan masuk final Carabao Cup. Sama sekali tidak bisa dibilang jelek. Semoga Klopp berhasil menutup karirnya di Liverpool dengan manisnya gelar juara.

Klopp interview about his exit: 

"No other English club EVER. Even if I have nothing to eat, it will not happen". 

"Liverpool 2.0 didn't include me obviously"

Jleb. Klopp ini inspiring figure. Banyak fans Liverpool yang menganggapnya 'paman'. Dia berhak mendapat proper farewell nanti. Bahkan saya berharap one day Klopp akan kembali melatih Liverpool untuk meneruskan legacy-nya. Klopp adalah orang yang 'I'd love to work under a boss like him.'

"It needs time. Nobody wants to hear it, but that's the truth: if you want to have success in the future, you have to be ready to work now." - Klopp

"Anyone can have a good day, but you have to be able to perform on a bad day." - Klopp

From doubters to believers. Danke Jürgen Norbert Klopp. You are a legend. You'll Never Walk Alone. 

Thanks,
Chandra


Somebody Named Mohamed

Liverpool fanbase sedang kenceng-kencengnya memuji Salah setelah ia berhasil mencetak goal ke-200-nya untuk Liverpool. Pada list yang mengandung nama Ian Rush, Steven Gerrard, Michael Owen, dan lain sebagainya terselip seorang African bernama Mohamed. No tattoo, no alcohol, no criminal charge, no haters, just pure quality footballer.
Mo Salah bukan lagi di level Luis Suarez, Torres, Morientes, atau Djibril Cisse. Kini namanya disebut satu nafas dengan Kenny Dalglish dan Robbie Fowler. Bayangkan kalau Salah ini bukan orang Mesir tapi bocah asli Merseyside yang sejak kecil sudah join SSB Liverpool lalu bisa tampil sampai lebih dari 600 pertandingan, bukan tidak mungkin Mo Salah jadi all time top scorer.

Glad to have such players like Alisson Becker, Van Dijk, Sadio Mane, Firmino, Henderson, Trent, etc (the whole 2018-2020 squad basically), but Mo Salah is in different level now. Kalau di Nankatsu, Salah ini Tsubasa-nya. Mo Salah is the face of English Premier League, bukan cuma Liverpool.



Transplantasi Lapangan Tengah

Musim ini Liverpool jadi menyenangkan lagi untuk ditonton. Midfield benar-benar baru, Henderson Milner Fabinho Keita Ox semuanya hengkang, diganti Szoboslai MacAllister Gravenberch Endo yang datang. Keempatnya nggak ada yang flop dan dapat kepercayaan penuh dari Klopp. Transplantasi midfield yang sukses.


Yang paling membedakan Liverpool musim ini dan kemarin adalah predictability. Tahun lalu lapangan tengah selalu diisi Hendo dan Fabinho, plus satu lagi pemain siapapun yang lagi nggak cedera. Masalahnya ini di 2022 bukan 2018-2019 dimana dua pemain itu sedang bagus. Sekarang Klopp punya jauh lebih banyak pilihan. Selain Szobo Mac Graven dan Endo tadi, ada Jones dan Elliot yang makin matang, serta Thiago dan Bajcetic juga sebentar lagi sembuh dari cedera. Total 8 first team players siap ngisi 3 posisi.

Di depan pun sama, dari 3 posisi yang ada hanya 1 yang permanently booked yaitu Mo Salah di kanan. Sementara 2 pos lain bisa diisi oleh Gakpo, Jota, Nunez, dan Diaz, masing-masing dengan tipe yang berbeda. Gakpo juga bisa agak turun menjadi CAM, sementara Elliot, Graven, dan Szobo bisa naik jadi false 9 atau winger. Versatility ini yang membuat Liverpool jadi menyenangkan ditonton karena ada unsur kejutan, ditambah sekarang lebih sering menang.


Di lini belakang sih nggak perlu banyak kejutan karena yang diinginkan stabilitas. Mungkin musim depan saatnya regenerasi saja, Virgil semakin tua, Matip dan Gomez sudah lewat masanya, plus cari suksesor Robertson. Dari beberapa youngster yang dicoba, baru Quansah yang kelihatan punya first team material. Tugas lain tentu saja mencari penerus Mohamed Salah, ini yang berat.

Klopp's Liverpool 2.0 is in motion!


Cheers,
Chandra

Champion

Nonton bola jam 3 pagi walaupun nanti paginya sekolah/kerja. Sunyi, gelap, dan minim distraksi pada dini hari.

Match-up yang nggak biasa mempertemukan tim dari dua liga yang berbeda, menghasilkan permainan dan hasil yang kadang random nggak terduga.

Fase knock-out yang menghadirkan tensi serupa Euro dan Piala Dunia. Final yang legendary tentu salah satunya Istanbul 2005.

Tayang di TV lokal tanpa perlu buka aplikasi digital dan memusingkan kualitas sinyal serta kuota. Menghadirkan pengalaman menonton yang nggak berubah sejak masih SD.

Visual yang tidak banyak berubah sejak dulu, simpel dan berkelas.Shot close-up di menit 80+ menunjukkan ekspresi jumawa dari yang unggul dan putus asa dari yang kalah.

Anthem yang ikonik. Die Meister, Die Besten, Les grandes equipes, The Champions.

Champion, satu dari sedikit hal yang tidak berubah sejak dulu hingga sekarang.

Thanks,
Chandra
*ditulis sambil nonton emyu kena humbling dan pemain bayern throwing shots at Onana seperti Bale ke Karius dulu, kiper dianggap nggak ada wkwk

Salam Panah Hijau

Meskipun pergerakan Liverpool di bursa transfer musim ini seperti siput, tapi saya tetap bersemangat menyambut musim baru liga Inggris yang akan dimulai malam nanti, thanks to FPL. Saya tahu FPL sejak SMA dan sudah main sejak kuliah, itu membuat saya lebih serius mengikuti pertandingan dan info terkait liga Inggris. Kalau bukan karena FPL, untuk alasan apa lagi saya nonton pertandingan Brighton vs Crystal Palace.

Hampir sama seperti Wordle, FPL ini game yang egaliter. Semua orang punya start yang sama, tidak ada pay to win, semua orang bisa membuat liga sendiri untuk berkompetisi dalam komunitasnya, semua informasi sifatnya publik, dan tidak ada batasan ini itu. Walaupun untuk saya sendiri saya punya prinsip untuk tidak memakai pemain emyu dan everton. Ini latest draft saya, 18 jam menjelang deadline gameweek pertama musim 2023/2024


Salah, Haaland, dan Saka wajib ada. Untuk defend saya trust issue dengan bek Liverpool karena kebobolan mulu, tapi saya masukkan Szobo sebagai pembeda. Saya lumayan percaya sama Villa-nya Emery jadi saya mau Watkins dan Emi ada di tim saya. Estu dan Mitoma tahun lalu sangat produktif, harganya juga murah. Stones pilihan standar karena defend City yang you know lah, sementara untuk Eze saya hanya coba ikut-ikutan kata orang-orang twitter.

Seminggu terakhir saya membombardir beberapa grup untuk mengumumkan liga FPL dan meminta teman-teman untuk join. Sudah beberapa tahun berjalan saya ngadmin liga FPL grup angkatan kuliah, angkatan SMA, dan grup kosan di Bandung. Memang di FPL kalau kita tidak ganti akun, liga yang pernah kita buat bisa auto renew. Yang baru, tahun ini saya join liga FPL IAITB, thanks to mas Jati yang ngasih tahu bahwa liga ini ada. Beberapa account yang saya ikuti di twitter juga biasanya create liga FPL. Saya sudah join punya panditfootball dan Jiroluger, tapi entah kenapa hrdbacot dan infomieayamyk kok belum kelihatan hilalnya.

Selain memilih pemain yang akan diturunkan, penentuan nama tim juga jadi sesuatu yang layak dipikirkan. Namanya kalau bisa unik, tapi tidak norak atau terlalu nerd. Tim saya musim ini awalnya mau saya namai Fire Chicken, terpikir dari menu favorit saya di Richeese Factory, tapi saya sudah lama nggak makan. Sempat saya ubah Administrator, tapi kok kaya sok berkuasa. Lalu saya ganti Belanesia, tapi agak kurang. Akhirnya sekarang saya namai A Pit Stop, entah kenapa saya terpikir ini, mungkin karena saya suka F1 atau habis baca entah dimana.


Chandra

My Favorite World Cup


Anyone's favourite World Cup is the first one they remember as a kid. Begitu juga saya dengan Korea Jepang 2002. Waktu itu saya masih 7 tahun dan sedang di kelas 2 SD. Itu exposure pertama saya dengan turnamen besar sepakbola. Disitu pertama kalinya saya tahu pemain macam Oliver Kahn, Ronaldo, David Beckham, Alessandro Del Piero, Ahn Jung-Hwan, dan nama-nama besar lainnya.

Oliver Kahn salah satu pemain bola favorit saya saat tumbuh dewasa, meskipun saya tidak terlalu suka timnas Jerman. Menurut saya Kahn adalah proper keeper. Skillnya bagus, nggak punya takut, badan guedhe, dan tampak galak. Carilah foto-fotonya di google, mirip Hulk tapi nggak ijo. Meskipun Jerman gagal juara Kahn dinobatkan sebagai pemain terbaik sekaligus kiper terbaik Piala Dunia 2002. Satu-satunya pemain setelahnya yang ada di level yang sama menurut saya hanya Alisson Becker-nya Liverpool/Brazil sekarang.

Karena faktor usia saya belum kuat begadang waktu itu. Beruntung karena tuan rumahnya di Asia waktu tandingnya cukup ramah anak. Saya lupa jamnya, tapi seingat saya dari siang sudah ada pertandingan. Sampai finalnya pun masih di awal malam. Betapa bahagianya waktu itu sepulang sekolah setelah makan dan istirahat setiap keluar rumah ada rame-rame bola. Seolah aktivitas cuma ada dua, nonton bola dan main bola.

Pertandingan paling memorable tentu saja final Brazil vs Jerman. Match ini yang menjadikan saya sempat yakin bahwa timnas paling hebat di dunia ya dua itu, yang lain numpang. Brazil memang unggulan karena trio Ronaldo Rivaldo Ronaldinho seperti nggak ada lawan, wajar kalau menang. Oh ya another iconic stuff dari PD 2002 yaitu potongannya Ronaldo ini.

Dari Piala Dunia 2002 pula saya tahu ada negara-negara seperti Denmark, Kroasia, Slovenia, Costa Rica, Senegal, dan duo -guay (Paraguay dan Uruguay). Waktu itu ada saudara yang dapat suvenir bola entah dari mana, yang di bola itu tergambar emblem negara-negara yang tampil di Piala Dunia. Kaos, poster, dan produk bernuansa PD ada dimana-mana, saya ingat pernah punya puzzle yang gambarnya bukan tokoh kartun atau hewan, melainkan foto pemain Uruguay Alvaro Recoba.

Waktu itu di Indonesia sedang booming kartun Kapten Tsubasa. Saya sangat terinfluence dengan kartun itu sampai suatu waktu di sekolah ada event dari Milo untuk membuat gambar tokoh favorit, saya gambar Tsubasa. Kalau ingat waktu itu juga diputar sebuah TV series berjudul Spheriks yang dibintangi oleh tiga maskot Piala Dunia 2002 yaitu Ato, Kaz, dan Nik. Terimakasih untuk stasiun TV yang sangat serius menghadirkan pesta sepak bola waktu itu sebelum adanya internet.

Buat saya memori Piala Dunia 2002 lebih banyak tentang atmosfernya daripada pertandingannya itu sendiri. Sesungguhnya Piala Dunia 2006 sama memorable-nya karena datang ketika kami sedang butuh hiburan pasca gempa Jogja. Ada satu film pendek buatan Ifa Isfansyah yang berlatar situasi saat itu, yang kalau ditonton sekarang masih bikin mbrebes mili: Harap Tenang Ada Ujian 




Crime Series XI


Apa jadinya kalau tokoh-tokoh dari beberapa crime series dikumpulkan menjadi satu tim sepakbola. Tentu menarik karena setiap cast pasti punya kekhasan masing-masing yang pas untuk salah satu posisi di dalam tim. Ini adalah untimate team dari series yang saya ikuti beberapa bulan terakhir yaitu: Prison Break, White Collar, Suits, dan Only Murders In The Building.

Saya ceritakan sedikit satu-satu ya. Prison Break, sesuai namanya, adalah drama pelarian dari penjara yang di-orchestrate oleh Michael Scofield untuk membebaskan saudaranya Lincold Burrows. Aksi keduanya dibantu Sara Tancredi, dokter penjara yang jatuh cinta pada Scofield. Sama-sama keluar dari penjara, Neal Caffrey di White Collar keluar tidak dengan kabur melainkan karena diminta untuk membantu Peter Burke di FBI dalam memecahkan kasus, dalam aksinya mereka dibantu oleh rekan kriminal Caffrey bernama Mozzie.

Kalau di White Collar ada Peter dan Neal, di Suits mereka punya pasangan serupa dalam diri Harvey Specter dan Michael Ross. Harvey adalah pengacara kondang di New York yang meng-hire Mike Ross sebagai associate-nya meskipun dia bermasalah karena tidak punya ijazah. Terakhir ada Only Murders In The Building yang menampilkan trio Mabel Mora, Oliver Putnam, dan Charles-Haden Savage dalam upayanya memecahkan kasus pembunuhan di apartemennya.

Now here's the team

Striker: Michael Scofield

Scofield punya insting yang super tajam dalam membaca peluang layaknya striker terbaik dunia. Dia juga eksekutor ulung yang mampu memaksimalkan segala kesempatan untuk mencetak gol, ditunjang dengan kelincahan dan timingnya yang brilian. Dia bisa bekerja sendiri menghancurkan pertahanan lawan maupun membangun serangan bersama rekan-rekannya. Dia adalah team player sejati yang bersedia masuk penjara demi membebaskan kakaknya. 

Right Winger: Sara Tancredi

Tidak ada pendamping yang lebih baik bagi Scofield selain Sara Tancredi. Romansa keduanya menjadi pemanis cerita dan aksi yang tegang dalam Prison Break. Sebagai pemain di sayap kanan Sara senantiasa memberikan umpan lambung untuk Scofield di depan. Assist terbaiknya tentu saja ketika ia meninggalkan pintu infirmary tak terkunci malam itu.

Left Winger: Mabel Mora

Mabel melengkapi barisan depan tim ini. Kehadirannya sebagai pemain sayap kiri menawarkan kreativitas dan keberanian dalam bermanuver. Kombinasinya di sisi kiri bersama Putnam tentu akan merepotkan pertahanan lawan. Daya jelajahnya sangat berguna untuk menusuk ke kotak penalti lawan ketika seluruh tim yang lain sedang mengalami kebuntuan, seperti keberaniannya ketika melawan dan mengejar glitter guy dalam OMITB.

Central Midfielder : Neal Caffrey

Neal dengan gayanya yang elegan mengingatkan saya pada pemain tengah Barcelona, Xavi. Ide-ide Neal yang brilian dan tidak terpikirkan orang itu sama halnya passing-passing mengejutkan nan akurat yang biasa dilakukan Xavi. Kasus rumit menjadi ringan ketika orang sekreatif Neal ada di jantung permainan. Neal adalah spesialis tendangan bebas dan sering mencetak gol dengan sepakan akuratnya. 

Central Midfielder: Mozzie

Kalau Neal adalah Xavi, tentu Mozzie adalah Iniesta-nya. Neal dan Mozzie bisa saling mengerti tanpa harus berbicara. Mozzie adalah orang kepercayaan Neal untuk membereskan banyak hal yang membutuhkan berpikir dan risat. Dia adalah otak di belakang kesuksesan Neal bersama FBI. Baik Iniesta di Barcelona maupun Mozzie di White Collar keduanya sama-sama menyenangkan untuk dilihat. Kemiripan lain diantara keduanya tentu saja masalah . . rambut.

Defensive Midfielder: Harvey Specter

Sebagai salah satu pengacara terbaik di New York yang ahli dalam mematahkan gugatan hukum kepada kliennya, Harvey Specter adalah orang yang pas menduduki posisi gelandang bertahan. Tugasnya menghentikan serangan lawan sebelum terlalu dekat dengan gawang. Skill yang mumpuni, kemampuan membaca situasi, dan work ethic yang dimilikinya membuatnya dipercaya menjadi kapten di tim ini. 

Right Back: Michael Ross

Michael Ross atau yang biasa dipanggil Mike Ross ini sebenarnya sangat jenius. Namun ia terpaksa berada di belakang karena harus menyembunyikan fakta bahwa dia bukanlah lulusan hukum. Ini membuatnya ilegal mempraktekkan hukum di Amerika. Di tim ini Mike Ross akan berperan sebagai inverted full back yang masuk ke tengah membantu Harvey menghalau upaya serangan lawan. Bersama Mabel Mora, Mike Ross adalah youngster yang akan bersinar di tim ini. 

Center Back: Charles-Haden Savage

Charles-Haden Savage a.k.a Brazzos adalah pemain paling senior di tim ini. Secara fisik mungkin ia bukan yang paling enerjik dan cepat, namun pengalamannya adalah modal berharga untuk menjadi pemain belakang. Jiwa detektifnya sebagai Charles dan Brazzos membuatnya jeli melihat aliran serangan lawan. Potitioningnya bagus, Charles bijak di dalam lapangan, walaupun di luar lapangan dia bucin pada orang yang salah.

Center Back: Lincoln Burrows

Linc berperan sebagai tukang pukul di lini belakang. Kalau Scofield adalah otak, Linc adalah ototnya. Dia tidak segan menggunakan fisiknya untuk menghentikan serangan lawan. Meskipun sedikit sloppy dan kadang-kadang blunder, Linc beberapa kali mampu mencetak gol dengan sundulannya memanfaatkan umpan sepak pojok dan tendangan bebas. Linc pemain yang paling sering kena kartu merah di tim ini.

Left Back: Oliver Putnam

Sebagai bek kiri Putnam selalu merasa dirinya Roberto Carlos, ketika sebenarnya dia adalah Alberto Moreno. Banyak gaya, suka ngide, tapi tetap valuable member of the squad. Setidaknya di sisi kiri lapangan ada pawangnya yaitu Mabel. Putnam bersama Mabel akan merangsek dari sayap seperti ketika mereka menyelinap di lorong rahasia Arconia. 

Goalkeeper: Peter Burke

Sebagai agen FBI dengan success rate di atas 90 persen, kita bisa berharap gawang kita aman ketika dijaga oleh Peter. Dilihat dari keahliannya menggunakan senjata maupun bertarung tangan kosong, sepertinya tangannya bisa diandalkan. Sepanjang pertandingan Peter terus memberikan arahan pada garis pertahanan di depannya. Namun ketika pemain belakang bisa dilewati dia pun berani berhadapan satu lawan satu dengan penyerang lawan. After all, Peter adalah 'penjaga' Neal Caffrey.

Inilah Crime Series Ultimate Team versi saya, bagaimana menurutmu?

Belajar dari Statistik Bola Part 1

Ada sebuah metode analisis teknis sepakbola yang sekarang sedang naik daun. Metode ini dapat digunakan untuk memprediksi tim mana yang akan memenangkan pertandingan, bahkan kompetisi. Metode ini pula yang saat ini banyak digunakan sebagai rujukan tim-tim bola Eropa untuk memilih pemain yang akan dibeli pada bursa transfer.

Expected Goal (xG) dan Expected Point (xP) menjadi dua variabel yang banyak dibicarakan saat ini karena dipercaya sebagai besaran yang sederhana namun akurat untuk menggambarkan permainan sebuah tim di lapangan sepakbola. Menang dan kalah dapat dilihat dari skor yang terpampang pada peluit akhir pertandingan. Namun, xG dapat menjelaskan kenapa satu tim layak kalah dan yang lainnya menang. Begitu pula xP untuk skala kompetisi.



Begini penjelasan singkat tentang xG

Seiring berkembangnya industri sepakbola, ada beberapa pihak/situs yang mengumpulkan data tembakan (shot data) dari berbagai liga sepakbola profesional selama sekian tahun hingga terkumpul setidaknya puluhan ribu tembakan. Tembakan di sini diartikan tendangan berupa attemps untuk mencetak goal ya, kalau cuma operan tidak dihitung.

Selanjutnya, unsur yang paling dilihat dari data tersebut adalah dari mana tembakan dilakukan dinyatakan dengan jarak dari gawang dan sudutnya. Sebagai contoh perhatikan ilustrasi berikut:


Angka-angka tersebut punya arti berapa persen tendangan (dan sundulan) yang dilakukan di area tersebut yang berhasil menjadi goal. Semakin dekat dengan gawang dan semakin lurus sudutnya tentu semakin besar kemunginannya menjadi goal. Pada dasarnya xG menggambarkan kualitas peluang.

xG biasanya dinyatakan dalam desimal, bukan persen, seperti:

37% menjadi 0.37
8% menjadi 0.08
dst

Angka xG kemudian dijumlahkan dalam satu pertandingan bahkan dalam satu musim kompetisi untuk melihat seberapa bagus performa tim tersebut. xG diyakini lebih representatif daripada jumlah goal yang dicetak tim itu sendiri karena xG mengeliminasi faktor keberuntungan.


Selanjutnya, tentang xP alias expected points

Dua tim yang bertanding di lapangan bola pasti memiliki xG yang dihitung berdasarkan peluang yang mereka dapatkan di pertandingan itu. Expected points dihitung berdasarkan selisih xG yang dimiliki kedua tim, dengan ketentuan berikut:


Ilustrasinya, misal Persib Bandung lawan PSS Sleman setelah dihitung xG-nya Persib 2,1 vs 1,4 PSS. Maka selisih xG Persib unggul 0,7 atas PSS, sehingga xP untuk Persib adalah 2 (baris ketiga) dan untuk PSS 0,5 (baris 6). Catatan: yang xG kalah nilainya jadi negatif, kasus PSS ini jadi -0,7.

Nilai xP yang diperoleh masing-masing tim dalam suatu kompetisi dijumlahkan sepanjang musim sehingga bisa dibuat klasemen berdasarkan xG dan xP. Tentu penilaian ini lebih rumit daripada skoring yang biasanya dipakai dimana tim yang menang dapat 3 poin, imbang 1, dan kalah 0. 

Ini adalah contoh klasemen liga Inggris yang dinyatakan dengan metode konvensioal sekaligus xP-xG: https://understat.com/league/EPL

Lalu apa keutamaan dari statistik xG dan xP ini? Jawabannya adalah prediksi

Telah terbukti dalam beberapa tahun terakhir bahwa perolehan xG dan xP mencerminkan performa tim tersebut pada musim berikutnya jika tidak melakukan perubahan pada masa istirahat kompetisi: membeli pemain, ganti pelatih, dll.

Jika melihat tabel untuk liga Inggris tersebut, jika tidak ada perubahan besar maka Manchester City dan Liverpool tetap akan menjadi unggulan dimana City tetap akan menjadi juara. Liverpool perlu merekrut penyerang baru yang cukup berkualitas untuk meningkatkan xG sehingga bisa mengimbangi City.

Konsekuensinya, xG dan xP juga menjadi pertimbangan ketika sebuah tim akan merekrut pemain. Jangan sampai membayar mahal untuk pemain gagal, contohnya Higuain ke Chelsea.


Chelsea melakukan kesalahan dengan membeli pemain yang xG-nya terus menurun, yang mana artinya pemain yang bersangkutan semakin tidak mampu mendapatkan peluang. Hasilnya xG Chelsea bahkan berada di bawah Arsenal dan MU.

Kemampuan xG dan xP untuk memprediksi masa depan sebuah tim semakin diakui. Lebih dari itu, di luar sepakbola pun konsep serupa dapat digunakan. Kita bisa memprediksi masa depan sebuah perusahaan, organisasi, universitas, sekolah, bahkan keluarga dan individu dengan melihat secara mendalam entitas yang bersangkutan.

Jika melihat keluarga misalnya, kita bisa mengobservasi bagaimana hubungan orang tua dan anak di keluarga tersebut, bagaimana bahasa yang digunakan, bagaimana cara keluarga itu menyelesaikan konflik, bagaimana hubungannya dengan tetangga, apakah keluarga menjunjung tinggi pendidikan, dan lain sebagainya.

Jika kita menemukan bahwa aspek-aspek itu bernilai baik, dapat diduga keluarga itu kondisi hidupnya akan membaik regardless bagaimana kondisinya saat ini. Sebaliknya, keluarga yang tampak stabil bisa lengser sedikit demi sedikit jika kebaikan-kebaikan tadi tidak dipelihara.

Kita sering bilang bahwa roda kehidupan berputar, yang di atas akan ada saatnya berada di bawah, dan sebaliknya. Kita sering kaget kok bisa berubah begitu cepat. Padahal jika kita mau melihat lebih dalam memang individu/keluarga/lembaga itu kehilangan pegangan sejak waktu-waktu sebelumnya.

Pada bagian ini saya banyak menjelaskan dari sisi sepakbolanya, nanti pada bagian berikutnya saya ingin lebih berkontemplasi tentang bagaimana kita bisa melihat masa depan dengan cara ini dalam dunia yang lebih luas dari lapangan sepak bola.

Ramadhan Writing : The Salah's Effect



Some people now think there are six salahs : Fajr, Dhuhr, Ashr, Maghrib, Isya, and Mohamed (Salah) - Mufti Menk
Saya agak kaget ketika beberapa teman yang selama ini nggak ngikutin kabar sepakbola dunia tahu-tahu bicara soal Liverpool. Usut punya usut ternyata mereka membaca soal Mohamed Salah

Ketika sepakbola dunia 10 tahun terakhir adalah soal Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, tiba-tiba muncul pemain bola asal Mesir, bermain di Liverpool, yang menjadi pemain terbaik dan top scorer Liga Inggris plus memecahkan rekor gol terbanyak dalam satu musim, membawa Mesir ke Piala Dunia 2018, dan mengantar Liverpool ke Final Liga Champions.

Kalau Salah berasal dari Jerman atau Spanyol, atau bermain di klub kelas satu dunia (Barcelona, Real Madrid, Bayern Munchen) mungkin efeknya tidak sebesar ini. Tapi Salah berasal dari Mesir, negara yang tidak tiap empat tahun masuk World Cup. Lalu dia bermain di Liverpool, tim yang walaupun terakhir juara liga sudah 26 tahun yang lalu tapi saya tetep suka.



Salah memulai karir di Eropa bersama FC Basel di Swiss, lalu pindah ke Liga Inggris setelah dibeli Chelsea. Sayangnya dia gagal bersinar di Chelsea. Jarang dimainkan dan hanya mencetak sedikit gol, 2 kalau gak salah. Dua musim gagal di Chelsea dia dipinjamkan ke Fiorentina (Italia) lalu hijrah ke AS Roma. Di Roma Salah mulai bersinar, di musim terakhirnya Salah bermain 31 kali dan mencetak 15 gol. Jurgen Klopp (manajer Liverpool) merekrutnya. and BOOM!!

Salah langsung jadi bintang di musim pertamanya di Liverpool. Total 44 gol dalam semusim menyamai rekor Ian Rush dan mengalahkan Roger Hunt, Robbie Fowler, dan Fernando Torres. Di liga saja, catatan 32 gol adalah yang terbaik dalam sejarah liga 38 pertandingan. Rekor sebelumnya dipegang Alan Shearer, Cristiano Ronaldo, dan Luis Suarez dengan 31 gol. Edan.

Fans Liverpool sampai membuat chants untuk mengapresiasi Mohamed Salah


Tadi malam saya nggak tidur sampai Subuh. Nunggu pertandingan final Liga Champions 2018 antara Liverpool melawan Real Madrid. David vs Goliath. Madrid juara 3 kali dalam 4 tahun terakhir. Sementara Liverpool tidak punya satu pemain pun yang pernah bermain di final Liga Champions hingga tadi malam.

Sayang malang tak dapat ditolak. MoSalah sebagai silver bullet-nya Liverpool menangis terduduk di menit 30 akibat cedera bahu setelah insiden dengan Sergio Ramos. Salah keluar dan rencana yang sudah disusun kacau. Ditambah dua blunder dari kiper Karius (plis musim depan beli kiper yang proper), pertandingan selesai dan Liverpool kalah 3-1. Heartbreaking. Ini pengalaman nonton bola paling menguras emosi seumur-umur.

Walau gagal menutup musim dengan trofi Liga Champions, tapi Salah telah melakukan hal yang luar biasa musim ini. Tidak banyak yang bisa melakukan apa yang sudah dia lakukan. Demam Salah menjalar ke seluruh dunia.

Lebih dari sejuta pemilih Mesir 'nyontreng' Salah, lebih dari salah satu calon...

Bicara soal Salah sebagai seorang muslim, komunitas dan tokoh-tokoh muslim menjadikannya kebanggaan. Seorang muslim yang taat bermain di Eropa, di tempat yang selama ini cukup dekat dengan Islamophobia. Dia menjadi pusat perhatian. Media-media memberitakan karena itulah berita yang laku dijual. Nama 'Mohamed' menyebar ke seluruh dunia.

Kehidupan Salah juga mulai disorot. Istrinya yang berhijab jauh dari rata-rata WAGs (wife and girlfriends) pemain bola yang biasanya adalah artis atau model seksi. Selebrasi andalannya dengan sujud mulai menjadi trend. Salah benar-benar tampak berbeda dari figur-figur yang ada saat ini.

Di Indonesia, beberapa ustadz memasukkan nama Mohamed Salah sebagai salah satu teladan bahwa di era modern dakwah harus dilakukan dengan cara yang disukai orang banyak dan menjadi magnet bagi media untuk menyiarkan. Untuk saat ini Salah adalah sosok paling fenomenal dan sesuai untuk penggambaran itu. Beberapa yang saya lihat videonya adalah Ustadz Adi Hidayat dan Ustadz Bachtiar Nasir, juga Mufti Menk dengan quote di atas.

What if Sujud celebration becomes trend in Europe ? in frame : Salah and Mane (Senegal)

Sampai-sampai ada fans yang bilang, "kalau Salah bikin gol lagi saya akan jadi muslim", "Salah turns me into moslem".

Saya sendiri, sebagai muslim sekaligus fans Liverpool sejak pertama ngerti bola, sedang berada pada masa bangga-bangganya jadi fans. Liverpool is getting better and bigger in all aspecs. Waiting for amazing plays next season onwards.

Mo Salah Mo Salah Mo Salah
Running down the wing
Salah lah lah lah lah
Egyptian King

Don't stop running, Mo!

Chandra

Film Review : King Kenny Documentary


Judul : Kenny
Tahun : 2017
Sutradara : Steward Sugg
Cast : himself!


Kenneth Mathieson Dalglish a.k.a Kenny Dalglish adalah pemain paling penting Liverpool pada era keemasan di dekade 80an. Periode tahun 1978 sampai 1990 Liverpool memenangkan 8 gelar Liga Inggris, 3 European Cup, 2 FA Cup, 4 League Cup, 5 Charity Shield, dan 1 UEFA Super Cup. Sayang, terakhir Liverpool juara Liga Inggris adalah tahun 1990, dengan Kenny Dalglish sebagai pelatih dimana musim itu juga menjadi musim terakhirnya.

Kenny Dalglish juga menjadi saksi terjadinya dua tragedi besar dalam sepakbola yaitu peristiwa Heysel dan Hillsborough. Tragedi Heysel (di Belgia) terjadi pada final European Cup 1985 antara Liverpool melawan Juventus. Hal buruknya bukan Liverpool kalah 1-0 oleh penalti Platini tapi karena ada 39 orang kehilangan nyawanya di stadion itu. Liverpool dilarang bermain di Eropa selama beberapa tahun setelahnya.

Tragedi Hillsborough terjadi sekitar 4 tahun setelahnya di Sheffield, Inggris pada pertandingan semifinal FA Cup 1989 antara Liverpool melawan Nottingham Forest. Pada peristiwa itu total 96 nyawa melayang. Sampai saat ini peristiwa ini terus diperingati tiap tahun dan untuk mengenang jasa suporter yang meninggal pada jersey Liverpool disematkan angka 96. Sampai saat ini penyelesaian kasus ini belum juga tuntas.

Prestasi dan tragedi adalah dua sisi yang di-highlight oleh film Kenny (2017, IMDb 7.3/10) garapan Steward Sugg. Film ini bercerita tentang karier Kenny Dalglish sebagai pemain, pemain merangkap pelatih, dan pelatih. Pada tahun 1985 sehari setelah tragedi Heysel Dalglish ditunjuk menggantikan Joe Fagan sebagai pelatih. Saat itu kontraknya sebagai pemain masih berjalan. Alhasil dia menjadi pelatih tim sekaligus pemain di lapangan - dan menyumbangkan banyak gelar hingga musim 1989-1990. A king for a reason.

Sejak bergabung dengan Liverpool pada 1977 Kenny Dalglish langsung menjadi pemain penting. Dia disebut oleh rekan setimnya kala itu sebagai pemain yang jenius. Barnes dan Ian Rush adalah partner sekaligus junior yang banyak muncul pada film ini menyampaikan pujiannya. Oh ya, film Kenny lebih seperti dokumenter ya, bukan biografi dimana Dalglish diperankan oleh orang lain lalu diskenariokan mengulangi kejadian-kejadian lampau. Bagi orang yang tidak mengikuti Liverpool selama ini mungkin akan merasa bosan menontonnya, tapi bagi Kopites (sebutan untuk fans Liverpool) film ini sangat menggugah. Meski begitu, banyak spirit soal semangat, pengorbanan, dan kebangkitan yang bisa menjadi pelajaran bagi semua orang.

On the field

Dalglish bercerita di film ini soal detail-detail peristiwa yang selama ini tidak ditulis oleh media. Itulah sebabnya film ini sangat layak tonton. Dikombinasikan dengan footage-footage dari masa lampau, film memberikan gambaran jelas, menarik, dan mendebarkan tentang masa kejayaan Liverpool.

Biografi adalah salah satu genre film favorit saya. Tapi film ini berbeda dari yang lainnya karena selain berasal dari kisah nyata, tokohnya sendiri yang menuturkan dan tampil. Rasanya tidak banyak film seperti ini. 

Biasanya yang menarik dari film biografi adalah di akhir film ada penjelasan mengenai orang yang diceritakan, misalnya 

"Ini adalah foto Ginsberg ketika ditemukan (sambil menampilkan foto) . . . 12 tahun kemudian Ginsberg kembali ke sungai di Hutan Amazon yang nyaris merenggut nyawanya", film Jungle (2017)

Ngerti lah ya maksudnya, banyak film memberikan penjelasan seperti ini di akhir sebagai penutup. Tapi film Kenny sudah soal Kenny itu sendiri, apa yang ditampilkan adalah literally apa yang terjadi, jadi tidak penting memberikan catatan seperti itu. 

However, kekuatan film ini tetap ada peda endingnya. Bukan penjelasan melainkan rangkaian footage dan foto yang disusun untuk meringkas karier dan jasa seorang Kenny Dalglish bagi Liverpool yang panjang itu. Tentu dengan diiringi lagu kebanggan You'll Never Walk Alone. One of the best movie ending!!

Welcome...

Oktober 2017 Liverpool memberikan penghargaan kepada King Kenny dengan menamai salah satu sisi stadion Anfield dengan nama "Kenny Dalglish Stand". What an accomplishment...

Kenny Dalglish Stand

All round the field of Anfield Road
Where once we watch the King Kenny play
Stevie Heighway on the wing
We have dreams and songs to sing
'Bout the glory round the field of Anfield Road





UCL Qualifying Round Explained


Liga-liga sepak bola di Eropa sudah berakhir. Ada tim yang keluar jadi juara, ada yang masuk zona Liga Champions, ada yang zona Liga Eropa, juga ada yang masuk zona kualifikasi liga Champions. Zona kualifikasi Liga Champions berada di bawah zona Liga Champions dan di atas Liga Eropa. Liverpool ada di posisi ini.

Ternyata sistem kualifikasi Liga Champions cukup rumit. Dari babak kualifikasi ini akan diambil 10 tim untuk bergabung dengan 22 tim yang sudah lolos langsung. Disini akan saya jelaskan tahap-tahap yang harus dilalui tim-tim di kualifikasi Liga Champions.

Kualifikasi Liga Champions dibagi menjadi beberapa fase. Pada prinsipnya, semakin rendah rating/coefficient sebuat tim dan liga domestiknya semakin banyak pertandingan yang harus dilalui.




First Qualifying Round

Babak ini melibatkan juara dari 10 liga dengan rangking terendah di Eropa (lihat tabel 1). Tim akan diundi pada 19 Juni untuk menentukan pasangan lawan. Akan ada 5 pertandingan dan pemenang dari pertandingan itu lolos ke fase kualifikasi berikutnya. Sistem pertandingannya adalah home-away. Leg 1 digelar pada 27-28 Juni dan leg 2 pada 4-5 Juli.

Tabel 1



Second Qualifying Round

Babak ini melibatkan 5 tim yang lolos dari First Qualifying Round dengan 29 tim lain dengan coefficient tim dan liga yang lebih tinggi (lihat tabel 2). Sehingga total kontestan adalah 34 tim dan akan terjadi 17 pertandingan home-away. Drawing (pengundian) dilakukan pada 19 Juni. Pertandingan leg 1 dan leg 2 masing-masing dilaksanakan pada 11-12 Juli dan 18-19 Juli.

Tabel 2 (bersambung) 

Tabel 2 (selesai)



Third Qualifying Round

Berbeda dengan babak sebelumnya. Tahap ini dibagi menjadi 2 kelompok, jalur Juara dan jalur Liga. Jalur juara diikuti pemenang tahap Second Qualifying Round (17 tim) ditambah 3 tim dari Yunani, Ceko, dan Romania (lihat Tabel 3). Total ada 20 tim yang terlibat dalam 10 pertandingan home-away. Akan ada 10 tim yang lolos melalui jalur ini.

Tabel 3
Jalur Liga diikuti oleh tim-tim dari 10 liga dengan level yang lebih tinggi lagi (lihat Tabel 4). Dari 10 tim ini akan dilakukan 5 pertandingan home-away dan diambil 5 pemenang untuk masuk ke babak selanjutnya.

Drawing akan dilaksanakan pada 14 Juli. Leg 1 dan 2 masing-masing dilaksanakan pada 25-26 Juli dan 1-2 Agustus. Dari babak ini akan diloloskan 10 tim dari jalur Juara dan 5 tim dari jalur Liga

Tabel 4



Play-Off Round

Play-off juga dibagi menjadi 2 jalur, jalur Juara dan jalur Liga. jalur Juara diikuti 10 tim yang lolos dari Jalur Juara babak sebelumnya dan tidak ada tambahan tim. Tim-tim itu bertemu dalam 5 pertandingan home-away dan menghasilkan 5 pemenang. Lima pemenang itu akan masuk ke Liga Champion.

Sementara itu jalur Liga diikuti oleh 5 tim yang lolos dari Jalur Liga babak sebelumnya. Selanjutnya ditambah dengan tim dari liga dengan coefficient lebih tinggi (lihat Tabel 5). Total ada 10 tim yang bertanding dan menghasilkan 5 pemenang.

Tabel 5

Secara total Play-off Round meloloskan 10 tim yang akan bergabung dengan 22 tim yang sudah lolos langsung. Liga Champion diikuti oleh 32 tim dan dimulai pada 12-13 September 2017.


Come on, Liverpool. You'll Never Walk Alone



Chandra



reference : tirto.id , goal.com

Gianluigi Buffon : Legend


Dini hari tadi Juventus menang 2-1 atas AS Monaco dalam Leg 2 Semifinal Champions League 2017. Hasil ini meloloskan Juve ke babak final setelah pada Leg 1 mereka menang 2-0. Pada babak final Juve akan bertemu pemenang antara Real Madrid vs Atletico Madrid. Kita lihat nanti malam.

Ini perjalanan Juventus dari babak penyisihan sampai final Champions League 2017 :

Juventus - Sevilla                 [0 - 0]
Juventus - Dinamo Zagreb   [4 - 0]
Juventus - Lyon                    [1 - 0]
Juventus - Lyon                    [1 - 1]
Juventus - Sevilla                 [3 - 1]
Juventus - Dinamo Zagreb   [2 - 0]

Juventus - Porto                    [2 - 0]
Juventus - Porto                    [1 - 0]

Juventus - Barcelona            [3 - 0]
Juventus - Barcelona            [0 - 0]

Juventus - AS Monaco         [2 - 0]
Juventus - AS Monaco         [2 - 1]

*pertandingan Liga Champion sistemnya home-away, jadi main 2 kali, kecuali final.

Lalu ini adalah statistik Juventus yang saya ambil dari website resmi UEFA :

Statistik Juventus sampai babak semifinal Leg 2
Ada yang menarik ? Ya, Juventus baru kemasukan 3 gol sepanjang turnamen! Data UEFA menunjukkan rata-rata mereka mencetak 1.8 gol/pertandingan dan hanya kebobolan 0.2 gol/pertandingan. Luar biasa

Tidak bisa dipungkiri, salah satu aktor utama kesuksesan ini adalah sang kapten sekaligus kiper Gianluigi Buffon. Buffon sudah berusia lebih dari 39 tahun saat ini. Usia dimana kebanyakan altet sepak bola sudah menurun kemampuannya dan memilih pensiun. Tapi tidak dengan Buffon, tua-tua keladi, makin tua makin jadi.

Kiper seangkatannya, Iker Casillas kariernya sudah menurun sejak pergi dari Madrid dan bermain bersama FC Porto. Manuel Neuer (Bayern Munich) dan Jan Oblak (Atl. Madrid) tidak bagus-bagus amat tahun ini. David De Gea (Manchester United) dan Thibaut Courtois (Chelsea) di Inggris juga belum sampai pada level Buffon. Tim-tim seperti Barcelona, Real Madrid, dan Dortmund tidak menggantungkan diri pada sisi penjaga gawang. Sementara itu, rising star Italia, yang pernah saya tulis juga, Gianluigi Donnarumma juga masih perlu belajar banyak untuk menyamai Buffon.

Jadi, bagi saya, Buffon is the best goalkeeper in the world of football right now.

Buffon nyaris tidak punya haters. Mungkin hampir semua fans netral akan mendukung Juventus dan Buffon untuk memenangkan Liga Champions musim ini. Liga Champions adalah satu-satunya gelar besar yang belum dimenangkan Buffon. Even Piala Dunia sudah pernah didapatkan.


Let's see in Final in Cardiff!


Chandra