Showing posts with label sebuah tempat. Show all posts

Ke IKEA

 


IKEA adalah brand yang fenomenal menurut saya. Ketika IKEA membuka store pertamanya di Indonesia pada 2014 lalu, brand asal Swedia ini langsung menjadi standar lifestyle yang baru. Frase 'IKEA Alam Sutera' menjadi sangat catchy karena selama lima tahun mereka bertahan dengan satu cabang ini saja. Saat ini brand ini sudah punya 4 cabang lain: Sentul City (November 2019), Kota Baru Parahyangan (Maret 2021), Jakarta Garden City (September 2021), dan Bali (November 2021).

Setelah sekian lama akhirnya saya berkunjung ke IKEA untuk pertama kalinya. Selama ini saya belum tertarik karena merasa belum perlu beli furnitur disana, alasan yang setelah saya datang sendiri ternyata tidak valid karena IKEA bukan tentang furnitur saja, baca sampai habis untuk tahu maksudnya. Saya datang ke IKEA Alam Sutera tanpa eksplor lebih dulu apa yang ada disana atau tokonya seperti apa.

Ternyata tokonya lebih bagus daripada yang saya kira. Bukan hanya bagus secara fisik bangunan dan produknya ya, tapi juga konsep yang dipresentasikan. Saya menulis ini dengan harapan agar teman-teman yang baca kalau belum tahu jadi tahu, dan kalau sudah tahu jadi semakin ingin datang. Trust me, setidaknya sekali kalian harus kesana. Here we go

Datang ke IKEA seperti jalan-jalan ke museum. Rasanya customer IKEA lebih pas disebut pengunjung daripada pembeli. Begitu masuk toko pengunjung langsung disuguhi peta yang menunjukkan 28 segmen toko yang terbagi dalam 2 lantai. Setiap segmen diberi nomor 1- 28 dan untuk pengalaman yang komplit pengunjung disarankan untuk mendatangi semuanya mengikuti jalur yang disarankan. 


Maaf kawan tulisannya kecil-kecil, I'll explain on the article

Segmen 1 sampai 11 berada di lantai 1 (atas) yang disebut Showroom. Selanjutnya segmen 12 sampai 28 ada di lantai GF yang dinamai Market Hall (bawah). Tentu kalau sudah tahu lokasi barang yang dituju dan tidak ingin mengikuti jalur yang ada juga bisa, ada jalan pintas yang disiapkan. Penunjuk arah dimana-mana, ada panah penunjuk jalur di lantai, setiap segmen punya konsep yang berbeda. Keren sekali.


Pada Showroom lantai 1, setiap segmen mewakili dekorasi satu jenis ruangan seperti ruang keluarga, kamar tidur, ruang kerja, ruang makan, dapur, dll. Produk-produk IKEA ditampilkan dalam set ruangan sebagaimana produk itu akan diaplikasikan. Displaynya sangat nyata. IKEA pun tidak melarang pengunjung untuk duduk pada kursi yang didisplay atau membuka lemari yang ada disana.

Barang display ini tidak untuk diambil. Jika pengunjung ingin membeli, yang perlu dilakukan adalah mem-foto tag produk karena disana ada direktori dimana produk tersebut bisa ditemukan di bagian Market Hall. Ini semacam katalog store, tapi instead of katalog dalam bentuk kertas, ini katalognya tiga dimensi dan bisa disentuh.

IKEA sudah mengantisipasi jika pengunjung lelah berjalan menyusuri ruang-ruang display tersebut. Pada segmen 11 mereka memiliki restoran yang menjual berbagai jenis makanan yang dinamai Swedish Restaurant & Cafe. Menu andalannya adalah Bola Daging Swedia, kalau kesini wajib coba. Selain yang ini, di lantai GF juga ada counter snack yang mereka sebut Swedish Bistro. Serba Swedia.

Oh ya, kita boleh lho datang ke IKEA cuma untuk makan, bahkan mereka punya layanan Drive-thru. Restorannya proper dan fully restaurant gitu, bukan hanya pelengkap sebuah toko furnitur. Rasa enak, tempat bersih, layanan baik terpenuhi semua. IKEA sangat serius dengan bisnis makanannya.

IKEA date
 

Saatnya melanjutkan berbelanja ke lantai GF. Sebagai market hall, disini konsepnya lebih normal seperti toko furnitur pada umumnya. Tentu dengan penataan dan desain interior yang tetap ciamik. Dari segmen 12 sampai 20 pengkategorian dilakukan berdasarkan jenis barang: pecah belah, tekstil, peralatan kamar mandi, lampu, dekorasi, and so on. 

Segmen 21 adalah yang ikonik dan biasa jadi tempat pengunjung foto-foto dengan tema gudang. Segmen ini disebut Self-serve furniture area, pengunjung bisa mengambil furnitur dalam kemasan datar langsung dari rak-raknya (ingat barang yang diincar dari showroom tadi, ini salah satu tempat ambilnya). Selanjutnya segmen 22 adalah As-Is dimana barang-barang obral ditaruh, biasanya karena cacat atau ex-display. Segmen 23 adalah kasir, tentu IKEA menerima segala jenis pembayaran.

 

Sebelum keluar, segmen 24 adalah yang saya bilang Swedish Bistro tadi. Lalu segmen 25 sampai 28 adalah layanan pelengkap. Pengunjung tidak perlu khawatir dengan ketersediaan toilet, mushola, ATM serta fasilitas lain ya, semua ada dan lokasinya ditunjukkan secara jelas di peta. Walaupun sejujurnya jumlah toiletnya agak minim untuk toko sebesar itu.

Jika berbelanja furnitur, trolley bisa dibawa sampai parkiran. IKEA juga sudah menyediakan loading dock di parkiran sehingga belanjaan bisa langsung dimasukkan ke bagasi mobil. Oh ya, parkir di IKEA gratis untuk mobil dan motor. Kalau datang tidak bawa mobil bagaimana, misal pakai taksi atau motor, apakah bisa beli furnitur? Bisa, karena IKEA menyediakan layanan pengiriman. Untuk IKEA Alam Sutera, mereka bisa kirim-kirim se-Jabodetabek.



IKEA juga sangat ramah anak. Mereka menyediakan taman bermain dan tempat penitipan anak yang disebut Smaland, anak-anak bisa bermain disana sementara orang tuanya berbelanja. Tapi tentu kalau anak ingin diajak keliling boleh juga. Di restorannya pun IKEA menyediakan menu kids meal.

Itu tadi catatan perjalanan saya di IKEA Alam Sutera. Menurut saya IKEA menjual 3 hal: furnitur, makanan, dan pengalaman. Store IKEA sangat well-thought dari konsep dasar hingga detail-detailnya. Komplit tapi simpel, ramah bagi semua orang. IKEA menyebut pegawainya dengan istilah co-worker, dan menganggap pengunjungnya sebagai teman.

Saya di IKEA dari jam 13.30 sampai 19.00 dan sama sekali tidak merasa bosan. 

Alhamdulillah..


Chandra


Down the Slope of Sinabung


Hurraay. Ceklist pribadi berjudul "mengunjungi semua provinsi di Indonesia" berprogres lagi, Alhamdulillah. Kali ini tujuannya Medan Sumatera Utara dan Padang Sumatera Barat. Yah, walaupun di Padang cuma transit 2,5 jam, lumayan sempet ngicipin nasi padang dari daerah asalnya hehehe.

Ceritanya gini, berpikir daripada tugas akhir hanya mengendap di perpus jarang-jarang disentuh bahkan lewat digilib, dosbing saya, Pak Ony Arifianto meng-encourage mahasiswa bimbingannya untuk menuliskannya dalam format paper dan dimasukkan ke conference. Alhasil dari Lab Mekanika Terbang ada 4 paper yang tembus ke International Seminar on Aerospace Science and Technology (ISAST) V Medan. Kami termasuk generasi paling muda di sana, berada diantara para profesor atau minimal peneliti PTDI, LAPAN, atau BPPT.

Flight Mechanics Group

"Ya memang nggak akan sempurna, tapi kalau gak dilatih dari sekarang kapan lagi, toh banyak orang-orang kita yang ikut kan", pesan Pak Ony kepada kami. Beliau melanjutkan, "presentasi santai aja, jangan lupa dolan-nya". Alhamdulillah kami dibiayai secara penuh dari FTMD.

Berbekal itu kami menyusun rencana liburan yang pada akhirnya nggak kalah berkesannya dibanding conference-nya. Kebetulan kami baru saja selesai masa sidang, jadi momennya pas buat untuk jalan-jalan.

Kami serombongan ada lima orang yang berangkat hampir bersamaan hari Rabu subuh dari Jakarta, karena menunggu ada teman yang baru sidang hari Selasa-nya. Tiga orang diantaranya mendapat jadwal presentasi di hari pertama (Rabu, 27/9), termasuk saya. Lalu dua sisanya presentasi di hari ketiga (Jumat, 29/9). Jadilah kami berniat memanfaatkan hari Kamisnya untuk full jalan-jalan. Awalnya mau ke Samosir dan Danau Toba, tapi perjalanan butuh waktu 5 jam lewat jalan berkelok khas Sumatera. Akhirnya kami pilih destinasi yang lebih dekat : Berastagi.

Singkat cerita kami menyewa mobil, 600 ribu sudah termasuk Avanza, bensin, driver (exclude makan) untuk sehari. Driver kami namanya Pak Simbolon. Orangnya ramah, tidak seperti gambaran orang Batak dalam benak saya yang kasar dan keras kalau ngomong. Kalau ada poin-poin berkesan dalam perjalanan ini, Pak Simbolon adalah salah satunya. Misal kawan-kawan main ke Medan dan butuh driver plus mobil, bisa hubungi beliau, saya bisa kasih kontaknya. Berastagi bisa, Samosir berangkat, wisata kuliner juga tahu tempat-tempat enak, tanpa micin, dan halal tentunya.

Destinasi pertama Berastagi : Lumbini

Berastagi itu seperti Lembang kalau di Bandung. Katanya, Beras-tagi ini artinya rice shop. Setelah 2 jam perjalanan dari Kota Medan sampailah kami di dataran tinggi ini. Sebenarnya saya tidak begitu amazed dengan Berastagi, bagusan Lembang menurut saya. Lembang lebih sejuk, lebih lengkap view-nya, dan akses jalannya lebih bagus. Tapi ada satu yang menutupi segala kelemahan tadi, yaitu Gunung Sinabung.

Mungkin saya belum akan kenal Sinabung kalau gunung ini tidak memanas tahun 2013 lalu. Jadi ketika melihatnya langsung saya kagum melihat bentuk gunung yang tidak simetris, mungkin karena bekas letusan beberapa tahun lalu. Pertama saya mendapat view Sinabung yang cukup jelas adalah ketika kami mampir di Gundaling, sebuah taman sekaligus gardu pandang di Berastagi, mungkin seperti Ketep kalau di Merapi. Tapi honestly tidak banyak yang bisa dinikmati di Gundaling, kecuali Sinabung itu.

Pulang dari sana kami tidak ada bayangan mau kemana lagi. Maklum waktu berangkat angan-angannya cuma ke Berastagi, urusan Berastagi sebelah mana, clueless. Alhasil Pak Simbolon akhirnya mengajak kami ke Danau Lau Kawar. Sekitar setengah jam bermobil dari Gundaling, mendekat ke arah Sinabung.

Masalahnya adalah, kami tidak tahu kalau Lau Kawar itu cuma berjarak 3 km horizontal dari puncak Sinabung. Parahnya, beberapa hari sebelumnya Sinabung erupsi, hujan batu, dan berstatus awas. Becanda Abang Simbolon ini -_-

Jarak Lau Kawar dari puncah Sinabung, cuma 3 km

Beruntung waktu kami berkunjung Sinabung sedang 'tidur'. Tapi bekas-bekas erupsi Sinabung benar-benar terlihat di Lau Kawar. Kondisinya berubah total dibandingkan sebelum erupsi.

Dulunya Lau Kawar adalah salah satu obyek wisata terkenal di Berastagi. Selain danau alami, ada bumi perkemahan, taman bermain, kebun, dan wisata perahu. Lau Kawar adalah tempat ngademnya orang Medan.

Tapi kini Lau Kawar sudah ditutup untuk umum. Kami pun sebenarnya masuk secara ilegal. Menuju Lau Kawar jalanan sudah rusak karena sisa lahar dingin serta tumpukan batu dan dibiarkan begitu. Mobil dengan ground clearance rendah tidak bisa masuk. Bekas bangunan TPR juga masih ada tapi sudah tidak ada penjaganya, kami masuk gratis. Masuk ke wilayah danau tampak lahan bumi perkemahan yang dulu hijau kini tertutup bekas lahar dingin. Bagian tumput yang masih hijau tumbuh panjang-panjang tidak terawat.

Masuk lebih jauh ke area taman bermain, yang ada hanyalah sisa-sisa ayunan dan jungkat-jungkit yang sudah rusak. Menengok ke arah danau, ada perahu yang karam. Di sepanjang tepian danau juga masih ada sisa gazebo-gazebo yang sekarang juga sudah tidak dipakai. Kalau ada yang masih produktif, itu adalah lahan perkebunan yang mungkin malah semakin subur, juga ada peternakan kecil.

     Foto-foto sebelum erupsi (kemanaaja.com , tempatwisata02.blogspot.com)



   Foto pasca erupsi (pict taken by : Ahmad Fariz)






Wilayah yang dulu ramai ini sekarang sudah tidak dikunjungi oleh wisatawan, kecuali orang-orang kurang informasi seperti kami ini. Hanya tinggal 5 kepala keluarga saja yang mendiami wilayah ini. Usaha mereka bukan lagi wisata melainkan ternak dan berkebun. Waktu kami kesana ada truk yang sedang mengambil kotoran ternak yang akan dijadikan pupuk. Selain foto-foto, yang kami lakukan di sana adalah ngobrol soal Lau Kawar dan Sinabung dengan penduduk lokal.

Katanya air di dasar danau itu hangat karena magma Sinabung. Mungkin kalau tidak ada Lau Kawar, Sinabung bisa erupsi lebih sering dan lebih besar karena tidak ada pendingin. Dengan kata lain, Lau Kawar ini seperti radiator-nya Gunung Sinabung. Walaupun sudah bukan lagi tempat wisata, tapi saya sarankan kawan-kawan main ke danau ini kalau berkesempatan.



Saya pernah datang ke Kinahrejo, daerah sekitar rumah Mbah Marijan pasca erupsi Merapi. Tapi fakta bahwa kami berkunjung ke Sinabung di masa-masa daruratnya adalah kenangan tersendiri. Gempa, hujan batu, bahkan awan panas bisa saja menghampiri kami siang itu. Alhamdulillah kami masih diberi keselamatan, dan keceriaan.

Jam sepuluh malam kami sampai kembali di hotel yang terletak di kawasan Halat Center. Saya buka laptop untuk mencari gambar-gambar Lau Kawar sebelum erupsi Sinabung. Sayang kami tidak punya cukup banyak gambar kondisi sekitar Lau Kawar pasca erupsi, hanya yang saya tampilkan di atas.

Kami saling share foto-foto perjalanan hari itu. Ada beberapa foto yang menggambarkan kondisi Lau Kawar saat ini. Saya mau mulai menulis tapi rasanya terlalu capek. Akhirnya saya putuskan untuk tidur karena esok paginya harus kembali ke ruang seminar.

Penerbangan 2013 on ISAST V 2017



Chandra




Bumi Langit (Lagi!)


Setelah akhir tahun lalu sempat berkunjung ke Bumi Langit, libur idul adha kemarin alhamdulillah saya berkesempatan berkunjung lagi ke sana. Kali ini bersama Ega dan Ifa, seperti pada post sebelumnya,Tradisi Rewang (edited).

Dalam perjalanan menuju Bumi Langit - saya jadi sopir lagi - saya mereka-reka mau menulis apa soal perjalanan kali ini. Begitu sampai di Bumi Langit, saya coba menghubungi pelayan untuk bertanya apakah ada guide yang available untuk menemani kami berjalan-jalan keliling kebun. Jawabannya agak mengecewakan, tidak ada guide untuk hari-hari ini dan kebun sedang dirombak.

Ahh..sayang sekali, padahal sudah terbayang akan jalan-jalan keliling kebun, melihat lebih banyak hal dari sebelumnya, mengobrol dengan Pak Iskandar Woworuntu, dan menikmati suasana Bumi Langit sampai Dzuhur lalu pulang. Tapi karena nanggung sudah terlanjur sampai sana, diam-diam kami jalan-jalan sendiri.

Saya yang sudah pernah kesana sebelumnya berperan sebagai guide. Kami jalan mengikuti rute yang dulu saya lalui. Rute agak berubah karena memang ada beberapa bagian kebun yang dirombak. Dugaan saya porsi untuk lahan pertanian organik akan ditambah. Saya melihat beberapa bagian dibersihkan dan sepertinya akan digunakan untuk menanam sesuatu.

Sampai di bagian kandang sapi kami melihat beberapa orang sedang menata batu-batu untuk menjadi jalan. Salah satu di antara mereka adalah anak Pak Iskandar, saya masih ingat wajahnya dan penampilannya yang khas, tidak kaosan. Karena tidak dipandu guide, akhirnya saya mencoba beberapa jalur lain dan malah menemukan sesuatu yang baru.

Akhirnya beberapa pertanyaan saya soal Bumi Langit terjawab. Pertama, untuk wilayah seluas itu dan aktivitas sepadat itu terutama di Warung Bumi, tidak mungkin sumber listrik hanya dari tenaga matahari yang terpasang di dekat kandang sapi. Mereka memang tidak memakai listrik PLN tapi ternyata ada generator yang bekerja di sana. Bahan bakarnya tentu dibeli dari pom bensin.

Kedua, soal memasak. Sepertinya Bumi Langit makin serius dengan sayap bisnisnya Warung Bumi. Aktivitas di restoran ini semakin ramai. Mungkin memang kebanyakan orang lebih senang menyantap makanan khas Bumi Langit di Pendopo sambil melihat pemandangan di bawah daripada nyeblok-nyeblok ke kebun. Apalagi kalau beruntung bisa ngobrol langsung dengan Pak Iskandar-nya. Sayang kemarin beliau sedang sibuk kedatangan rombongan entah dari mana, platnya sih Z, Ciamis mungkin. Nah soal memasak ini, walaupun menyertakan biogas, tapi sumber gas utamanya tetap dari LPG. Kemarin saya lihat pick up yang mengantar beberapa tabung gas 12 kg. Maklum, banyak sekali kompor yang digunakan di restorannya, restoran semakin laris mungkin setelah dikunjungi Obama kemarin.



Ketiga, untuk operasional Bumi Langit pasti butuh kendaraan. Benar saja, di dalam saya lihat ada garasi lengkap dengan beberapa mobil. Ada Pajero seingat saya, ada juga sejenis MPV yang saya lupa merk apa, mungkin pick up yang mengantar gas juga punya Bumi Langit sendiri.

Tidak ada yang salah dengan itu semua, namanya juga kegiatan produksi. Hanya saja yang perlu diingat adalah seidealis Bumi Langit pun masih perlu bekerja sama dengan pihak lain, termasuk yang terkesan 'modern'. Sesuatu yang dulunya saya kira 'tabu' untuk Bumi Langit.

Memang kita tidak bisa menghukumi sesuatu sebagai halal atau haram. Pisau bermanfaat kalau digunakan memotong daging kurban, tapi jadi berbahaya kalau dipegang orang yang mampu melukai. Bumi Langit lokasinya di perbukitan daerah Imogiri, yakali transportasinya harus pakai dokar.

Gagasan Bumi Langit untuk menerapkan dan memasyarakatkan permaculture memang baik. Niat untuk menjaga keseimbangan dan hubungan baik manusia - alam juga mulia. Tapi bukan berarti segala hal harus organik, asli, alami, anti-modern.

Dari kunjungan pertama saya ke Bumi Langit saya belajar bahwa "ada lho ternyata orang yang idealis menjauh dari kehidupan kota dan modernitas lalu kembali ke alam sebagai pengayom sambil mencari keberkahan". Dari kunjungan kedua saya, saya belajar bahwa "segala hal tetap harus ditranslasikan karena adanya perkembangan teknologi, budaya, cara berinteraksi, dan lain lain".

Saya juga jadi tertampar. Jangan terlalu banyak pencitraan. Cepat tenar, cepat cemar, kalau omong tok tanpa memperbaiki diri !


Chandra

Architecture Days Out : Bandung Kota Desain


Hari-hari ini saya kedatangan tamu dari Jogja. Teman SMP-SMA saya yang sekarang kuliah di Arsitektur UGM, namanya Alfian Reza. Saat-saat ada teman berkunjung ini lah saya bisa dengan ringan menarik diri dari kampus dan sedikit rileks hehe. Awalnya dia ke Bandung untuk menghadiri sebuah workshop di ITB tapi karena tiket pulang ke Jogja baru ada hari Sabtu (15/7) jadilah kami jalan-jalan dulu.

Memang dasar ini anak arsi (yang artsy kalau kata teman saya), itinerary-nya beda. Biasanya kalau ada teman ke Bandung tujuan utamanya Lembang dan seisinya (Tangkuban Perahu, Floating Market, D'Ranch, Farmhouse, dll) atau Ciwidey di Bandung selatan. Sedangkan dia datang dengan list spot-spot berarsitektur unik di Bandung.

Bandung memang punya banyak spot-spot dengan arsitektur menarik, apalagi sejak era kepemimpinan Ridwan Kamil. Bahkan oleh UNESCO Bandung sudah ditetapkan sebagai Kota Desain. Dia cerita mau magang dan salah satu tujuannya adalah Bandung. Bandung prioritas kedua sih, kalau bisa mah Singapura katanya...

Tadi seharian kami keliling Bandung berbekal Maps. Perlu Maps karena saya sendiri nggak tahu sebagian tempat-tempat nyentrik itu. Anti mainstream bener yang kami kunjungi hari ini. Saya coba bagi beberapa potretnya

Let's start the journey...



#Pasar Kontemporer Sarijadi

Kemana tujuan pertama kita ? Yak, Pasar! Tapi bukan pasar sembarangan. Pasar ini sangat well-designed. Lokasinya di daerah Sukasari Bandung, dekat Politeknik Pos Indonesia. Pasarnya terdiri dari beberapa lantai. Lantai bawah adalah pasar basah dan sisanya di lantai 2 dan 3. Di lantai paling atas ada food court dan coworking space.

Sayangnya pasarnya masih sepi, pedagang baru ada di lantai bawah













lokasi Pasar Kontemporer Sarijadi : Pasar_Maps




#Microlibrary

Saya sebenarnya cukup sering wira-wiri di Jalan Bima. Termasuk waktu meng-guide tamu dari Belanda juga sempat ke daerah ini. Tapi saya baru tahu kalau ada Microlibrary. Microlibrary adalah sebuah perpustakaan kecil di tengah kampung. Selain perpustakaan ada juga panggung dan lapangan bola anak-anak.

Yang spesial dari Microlibrary Bandung adalah pembuatannya dilakukan dengan me-reuse kotak es krim! Kotak-kotak es krim itu ada yang dilubangi dan ada yang ridak. Tujuannya membentuk pola biner yang kalau dibaca berbunyi : "Buku adalah jendela dunia"









lokasi Microlibrary : Microlibrary_Maps




#Bandung Creative Hub

Ini disebut sebagai karya mutakhir Ridwal Kamil yang dipersembahkan untuk komunitas kreatif dan anak muda aktif Bandung yang banyaknya minta ampun. Desainnya tampak sangat mencolok dibanding sekitarnya. Lokasinya di Jalan Laswi jadi cukup strategis.

Banyak kawan yang bertanya apakah sudah boleh masuk BCH. Kalau masuk boleh-boleh aja, saya sempat naik sampai rooftop tadi. Tapi memang di dalam belum ada kegiatan apapun. Yang bisa dilihat-lihat baru beberapa lukisan dan ornamen hiasan. Beberapa spot lumayan instagramable.








lokasi Bandung Creative Hub : BCH_Maps




#Lawangwangi

Dulu di Jogja sempat diajak teman ke Abhayagiri, ternyata di Bandung banyak spot beginian, salah satunya Lawangwangi. Dari tempat ini kita bisa memandang Kota Bandung dengan leluasa. Kalau datang sore-sore juga bisa menikmati sunsets.

Ini tempat recomended banget untuk ngobrol-ngobrol. Masuk list spot favotir saya di Bandung.







lokasi Lawangwangi : Lawangwangi_Maps



#Roemah Seni Sarasvati

Saya heran ada galeri seni di Jalan Sudirman Bandung. Ini adalah pusat bisnis dengan jalan yang rame dan bising. Dalam bayangan saya ini bukan tempat yang cocok untuk menikmati seni. Kami cuma mampir sebentar di sini jadi nggak banyak yang bisa diceritakan. Jepretan berisi lukisan juga kurang etis kalau dishare di internet. Yang jelas selain galeri seni di sini ada cafe juga kalau mau ngopi.


lokasi Roemah Seni Sarasvati : Sarasvati_Maps



#Banyu Leisure

Ini tempat yang kami kunjungi kemarin sebenarnya. Lokasinya deket banget dengan kampus ITB. Cukup jalan 400 meter dari gerbang depan kampus. Tak saya sangka parkiran dan kebun milik PDAM Bandung yang dulu suram sekarang jadi tempat kece. Khusus ini gambar dari internet, kemarin nggak jepret tempatnya.


lokasi Banyu Leisure : Banyu_Maps



Serius sejauh pengalaman saya jadi guide teman dari Jogja ini yang paling asik. Kabar-kabar ya kalau main ke Bandung


Chandra

Masjid Gedhe Mataram Kotagede


Setelah pulang kampung Selasa kemarin alhamdulillah kesampaian safari ke Masjid Gedhe Mataram di Kotagede. Mumpung ramadhan pengen merasakan berbuka dan tarawih di sana. Berangkat dari rumah di daerah Bantul selatan sekitar jam 16.45. Saya berboncengan motor dengan seorang teman menyusuri Jalan Parangtritis yang ramai oleh orang pulang kerja. Kami melawan arus, bergerak ke utara waktu yang lain pulang ke rumahnya di selatan.

Dari Jalan Parangtritis belok kanan di ring road selatan. Ambil jalan pintas sebelum terminal Giwangan untuk langsung ke Jalan Imogiri Barat. Orang Jogja pasti tahu jalan ini. Tahu juga bahwa kalau keluar dari jalan ini maka akan ketemu Mie Ayam Tumini yang tersohor itu. Jadilah kami mampir berbuka dulu di sana hehehe.

Masjid Gedhe Mataram lokasinya di dekat Pasar Kotagede. Masuk ke arah selatan kalau dari pasar. Aksesnya agak susah terutama kalau pakai mobil. Jalannya tidak lebar plus dipakai orang jualan dan parkir kendaraan. Kalau sudah sampai kompleks masjid sih parkirnya lumayan luas.

Masjid Gedhe Mataram adalah salah satu masjid bersejarah di Yogyakarta. Nuansa kunonya masih dipertahankan sampai sekarang. Ada mimbar yang gagah sangar bercat hitam. Ada bagian dinding yang disisakan tidak dipugar, jadi nampak batu bata asli masjid ini.

Keren...

Lampu gantung di tengah ruangan utama masjid


Di kompleks masjid ada pemakaman (sareyan) raja-raja dan sendang. Agak mistis suasannya kalau malam-malam masuk ke sana. Tapi ada saja orang yang berziarah sampai nginap. Ada juga yang malam-malam mandi di sendang -_-. Kalau salat di sana sempatkan jalan-jalan melihat kompleks masjid bersejarah ini ya.

Pintu masuk kompleks makam

Peraturan masuk makam

Oh ya, salat tarawih di Masjid Gedhe Mataram 11 rakaat. Teknisnya salat Isya 4 rakaat (yaiyalaah), tidak ada ceramah, lalu salat tarawih 4 rakaat-salam sebanyak dua kali, ditutup witir 3 rakaat. Menariknya, di sana ada 2 kloter salat tarawih. Kloter pertama setelah salat Isya, kloter kedua tarawih tengah malam. Silakan bagi yang mau mencoba suasana salat tarawih tengah malam di sana.

Itu cerita perjalanan safari kemarin di Kotagede. Setelah puas beraktivitas di masjid itu perjalanan berlanjut dengan menyusuri jalanan Kota Jogja dan makan di angkringan kopi joss Lik Man di jalan Mangkubumi.

Angkringan Lik Man, tapi saya nggak doyan kopi jos


Terima kasih


Chandra