Jakarta, 25-26 September 2016


Kemarin hari minggu sampai senin saya kembali berkunjung ke Jakarta, untuk kesekian kalinya. Faktanya, setiap saya kesana, semakin saya ingin berkarir di Jakarta.

Cerita Perjalanan
Sungguh dadakan perjalanan saya kemarin. Dadakan karena saya ada keperluan yang sudah saya tangguhkan sejak minggu lalu dan baru sadar harus segera dibereskan. Pukul 10.00 saya baru ada niatan untuk pergi mengingat weekday minggu ini akan padat. Saya segera kontak teman yang disana menanyakan transportasi paling mudah untuk kesana (Rawamangun). Awalnya saya coba cari travel namun akhirnya disarankan untuk pakai kereta saja. 

Saya cek online dan ternyata tiket kereta yang masih ada hanya Serayu Pagi dari Kiaracondong tujuan Jatinegara berangkat pukul 13.30. Karena mepet saya harus membeli tiket secara go show alias beli tiket langsung berangkat. Pukul 12.30 saya berangkat dari Dago menuju Kiaracondong, parkir motor, dan antri di loket layanan go show. Fyi, harga tiketnya Rp67.000,-. Kereta Serayu Pagi adalah kereta jurusan Purwokerto - Pasarsenen. Kereta datang tepat waktu saat itu. Salut untuk reformasi di tubuh KAI.

Pemandangan di Stasiun Purwakarta
Saya sudah salat dulu tentunya ketika masuk ke kereta. Saya cari kursi 18A di gerbong paling belakang. Ketemu, sebelah saya laki-laki berumur kira-kira 30 tahunan. Setelah sepertiga perjalanan saya habiskan dengan makan dan duduk-duduk di gerbong restorasi, singkat cerita pukul 17.15 kereta sampai di Stasiun Jatinegara. Saya segera salat Ashar lalu keluar stasiun menuju tempat janjian dengan teman yang menjemput.
Setasiun Jatinegara
Tak lama kemudian teman saya datang dengan motor pinjaman. Kami menuju ke kontrakannya yang tak jauh dari stasiun. Agenda berikutnya salat Maghrib, Isya, lalu nonton MotoGP sambil menuju hujan reda sebelum keluar makan. Sekitar pukul 20.15 MotoGP sudah selesai dan hujan sudah reda, kami keluar makan. Kami disini terdiri dari 4 orang : Saya, Tria dan Irul mahasiswa Bea Cukai STAN yang sebentar lagi wisuda, dan Brian yang sudah jadi abdi negara. Brian beritikad mentraktir kami makan. Alhamdulillah :) tentu dia yang memilih akan makan dimana.

Tujuan pertama : Bamboo dimsum. Kami hujan-hujanan lagi di jalan menggunakan 2 motor. Sampai di tempatnya yang tidak terlalu jauh dalam kondisi agak basah. Sayang, kami 'ditolak', malas menceritakannya. Switch ke Hokben di dekat sana. Jadilah kami makan disana. Sayangnya Tria dalam kondisi kurang sehat jadi harus segera pulang.

Malamnya, Brian berpisah karena kembali ke kontrakannya sendiri. Di tempat saya nginap, Tria tidur karena sakit, Irul nonton AC Milan, saya ngerjakan tugas Aerodinamika, kepepet besoknya deadline. Pagi kami bangun untuk salat subuh. Setelah itu masih ngantuk dan kami tertidur lagi, jam 8 saya dan Tria sudah bangun sementara Irul masih tidur. Perlu diingat, saya sudah membeli tiket kereta untuk balik ke Bandung. Tiketnya Serayu Pagi, Pasar Senen - Kiaracondong, jam 9.00. Jadilah saya segera berkemas dan berangkat pulang.

Saya diantar ke St. Jatinegara untuk selanjutnya naik KRL ke Pasar Senen. Karena Jatinegara adalah stasiun hub, KRL nge-time (ngetem) cukup lama disini. Ini pengalaman pertama saya naik  KRL dan alhamdulillah tidak salah naik. KRL melaju menuju St. Pasar Senen. Guess what, saya sampai di Pasar Senen jam 9.05 padahal kereta yang ke Bandung berangkat jam 9.00. Baru kali ini saya dirugikan oleh kereta tepat waktu...

Rute KRL, mirip-mirip lah konsepnya sama MRT Singapura
Tiket hangus, saya coba cari travel Jakarta-Bandung yang berangkat tidak jauh dari St. Pasar Senen. Saya temukan Daytrans yang pool-nya di Plaza Atrium dan bertujuan Dipatiukur, Bandung. Saya berjalan kali kira-kira 15 menit ke tempat itu dari stasiun. Tiket 120 ribu saya beli dan berangkat pukul 10.15.

Tiga jam kemudian saya sudah tiba di Bandung dengan keadaan sehat alhamdulillah. Saya perlu ke stasiun Kiaracondong lagi untuk mengambil motor. Gojek saya pilih untuk mengantarkan saya kesana. Akhirnya pukul 14.00 saya sudah di kos. Alhamdulillah perjalanan saya selesai.

Tanggal 19 Oktober saya ingin ke Sentul kalau ada kesempatan, ikut berbahagia atas wisuda teman-teman di D3 STAN.

Kantor Pusat Bea dan Cukai


Pelajaran
Banyak pelajaran yang saya petik dari teman-teman saya disana dan cerita-cerita mereka. Kesimpulan yang saya ambil adalah definisi sukses itu berbeda-beda bagi setiap orang, makanya jangan sombong.


Terimakasih :
Tri Ahmad Rudiasta (Tria)
Muhammad Fahrurrizal (Irul)
Brian Aryo Wicaksono (Brian)
kutulis nama kalian siapa tahu jadi beken. See you on top



Salam,
Chandra

6 Kelebihan Macbook




Beberapa orang bertanya kenapa memilih Macbook. Saya sendiri bingung sehingga dianggap hanya karena style. Yaaaa, mau diakui atau tidak itu salah satu pertimbangannya. Tapi semoga saya dijauhkan dari sifat sombong.

Setelah bertanya dan mendengar alasan beberapa pemakai Mac yang lebih senior, saya menangkap alasan-asalan berikut :

1. Mac OS bebas virus, dalam dunia profesional ini adalah hal yang penting karena banyaknya data-data penting yang disimpan. Dengan menggunakan Mac, kita tidak perlu pusing masalah virus.

2. Software pendukung lengkap, sebenarnya hal ini berlaku juga untuk perangkat Windows namun pada profesi tertentu Mac dan Linux lebih diminati, misalnya programmer (hasil wawancara saya).

3. Hardware Macbook kokoh. Hardware macbook dibuat dari material yang kuat sehingga awet walaupun digunakan untuk kerja lapangan. Dimensi dan bentuk juga ergonomis serta menarik.

4. Prestise. Dalam dunia kerja prestise adalah hal yang penting karena dapat membantu dalam meyakinkan klien.

5. Interface bagus. Interface Mac OS nyaman digunakan dan fungsional.

6. Cepat. Proses booting dan running aplikasi lebih cepat dibandingkan Windows.


Di sisi lain, macbook juga punya kelemahan diantaranya :

1. Beberapa versi tidak upgradable (misal dalam ukuran RAM)

2. Jack USB sedikit, Macbook Air tidak dilengkapi DVD Room


Itu tadi beberapa kelebihan dan kekurangan Macbook dan OS-nya. Besok-besok mungkin saya akan menemukan lebih banyak lagi. Semoga bermanfaat :)


Salam,
Chandra

Payung-Payung Itu




Siapa payung-payung itu ? Mereka adalah orang-orang yang berusaha meraup rejeki memanfaatkan momen hujan di kompleks Trans Studio Bandung tadi siang. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak, ditambah sebagian ibu-ibu. Mereka menunggu orang-orang yang mungkin ingin menggunakan jasanya. Hari ini kebetulan kompleks TSB sedang ramai karena ada beberapa event di sana. Ditambah lagi, antara mall, masjid agung, dan tempat parkir tidak ada jalur teduh yang baik.

Dengan payung terbuka, mereka menunggu di tangga masjid dan selasar plaza mall. Rata-rata memakai kaos oblong, celana pendek, dan sandal -- sebagian telanjang kaki. Saya tidak sempat memakai jasa mereka atau setidaknya menanyakan tarif. Tapi yang jelas mereka berharap hujan yang turun deras dan lama. Saya sempat masuk sebentar, ketika keluar hujan sudah reda dan mereka sudah tidak nampak.

Ini untuk pertama kalinya saya melihat sendiri yang namanya ojek payung. Monggo dinilai sendiri :)


Salam,
Chandra

Next Destination #1




Bismillahirrohmanirrohim

Kuala Lumpur, Makah, Dubai, New Zealand, Paris, Clock Tower, Mt. Fuji, MIT, Sidney, Singapura, Anfield Stadium, Cape Town, Mesir, Masjid Nabawi, GP Monaco, Toronto, New York, Tibet, Hong Kong, Amazon, Seoul, Tokyo, Shanghai, Roma, dan masih banyak lagi

- Yakin Chan ?
+ InsyaAllah, saya mengusahakannya kok, tidak diam saja

Aamiin




UI - ITB - UGM


Disclaimer : Sejatinya ini adalah tulisan lama saya di blog sebelumnya chandraexperience.blogspot.com dan oleh teman saya, pemred Soyuz Capsule (buletin angkatan Penerbangan ITB 2013) dimasukkan juga ke soyuzcapsule.blogspot.com . Saya posting lagi di sini karena saya pikir masih layak baca. Saya post sebagaimana adanya, beginilah gaya tulisan saya April 2015

Universitas Indonesia (UI) - Institut Teknologi Bandung (ITB) - Universitas Gadjah Mada (UGM). Tak ada maksud merendahkan perguruan tinggi Indonesia yang lain, namun memang sejauh ini 3 perguruan tinggi ini menjadi favorit di Indonesia. Menurut beberapa lembaga penilai, 3 kampus ini mendominasi urutan 3 besar nasional-dengan urutan yang berbeda-beda. Dari webometrics misalnya, UGM peringkat 1, disusul UI (2) dan ITB (3). Kemudian menurut 4ICU ITB memimpin disusul UGM (2) dan UI (3). -Ini versi April 2015 yaa..


Bukan sesuatu yang salah jika 3 PTN ini bersaing untuk jadi yang terbaik. Namun, efek samping yang muncul adalah banyak orang terus membanding-bandingkan ketiganya. Orang yang sudah berafiliasi dengan salah satunya merasa kampusnya paling hebat, muncul arogansi yang menghambat kolaborasi. Tidak bisa dipungkiri, sebagai orang yang berafiliasi dengan salah satunya, saya pun sering menganggap kampus saya yang terbaik, walaupun di sisi lain saya juga memaklumi jika orang lain menganggap kampusnya terbaik. Saya pikir ini sifat dasar manusia..

Namun kali ini saya ingin menuliskan sesuatu yang semoga bisa mengubah pandangan orang-orang mengenai posisi 3 perguruan tinggi, UI ITB UGM. Mengubah arogansi menjadi semangat kolaborasi dan memicu rasa ingin bersatu. Berawal dari kata-kata dosen saya, saya coba mendalami sejarah ketiga intitusi ini. Hasilnya ? Menarik sekali !!

(Agak panjang, jika Anda malas membaca terlalu banyak, cukup perhatikan yang dicetak tebal)


Universitas Indonesia 

Kita mulai dari UI, ini adalah timeline yang saya kutip dari http://old.ui.ac.id/id/profile/page/sejarah


1849-1898            Dokterdjawaschool Batavia

1898-1927            School tot Opleiding van Indische Artsen,Batavia

1909-1929            Opleidingschool voor Inlandsche Rechtskundigen, Batavia

1913-1942            Nederlandsch-Indische Veeartsenschool, Buitenzorg

1920-1921            Technische Hoogeschool, Bandoeng

1922-1924            Rechtschool, Batavia

1924-1942            Rechts-hoogeschool, Batavia

1924-1942            Technische-Hoogeschool, Bandoeng

1927-1942            Geneeskundige Hoogeschool, Batavia

1940-1942            Faculteit der Letteren en Wijsbegeerte, Batavia

1941-1942            Faculteit der Landbouwwetenschap, Batavia

1943-1945            Djakarta Ika Daigaku

1944-1945            Bandoeng Koogyo Daigaku

Jadi ceritanya, untuk melengkapi pendidikan kedokteran yang sudah ada sejak era Dokter Djawa School dan STOVIA, pemerintah Hindia Belanda mendirikan intitusi pendidikan tinggi untuk bidang lain seperti teknik, hukum, sastra, dan pertanian yang sebagiaannya di luar Jakarta. Selanjutnya, institusi-institusi ini menjadi pilar lahirnya Nood-Universiteit yang akhirnya menjadi Universiteit van Indonesië (Universitas Indonesia) yang sebagian. Seiring berjalannya waktu, fakultas-fakultas di luar Jakarta berdiri menjadi universitas sendiri. Simpan bagian yang dicetak tebal pada timeline di atas. Simpan juga bahwa Universiteit van Indonesië sempat pindah ke Yogyakarta saat ibukota negara dipindah ke Jogja.


Institut Teknologi Bandung

Selanjutnya, tinjau ITB, menurut http://www.itb.ac.id/about-itb/timeline :

1920-1942            Technische Hogeschool (TH)      

    3 Juli 1920,            TH diresmikan oleh pemerintah Belanda

1944-1945            Bandung Kogyo Daigaku (BKD)  
    1 April 1944,          TH dibuka kembali dengan nama BKD oleh pemerintah Jepang
1945-1946            Sekolah Tinggi Teknik (STT)         
    1945,                     STT Bandung dibuka
    1946,                     pindah ke Yogyakarta dengan sebutan STT Bandung di Jogja
    1946,                     STT Bandung menjadi Univ. Gajah Mada (UGM)

1946-1950            Universiteit Van Indonesie         
    21 Juni 1946,        didirikan oleh NICA
    1946,                     Faculteit van Technische Wetenschap berdiri
    6 Oktober 1947,    Faculteit van Exacte Wetenschap berdiri

1950-1959            Universitas Indonesia   
                                  Fakultas Teknik
                                  Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam


2 Maret 1959, Institut Teknologi Bandung (ITB) diresmikan oleh Ir. Soekarno

    1959,                     Rektor Pertama ITB dilantik

   
Sebagai tambahan, ITB diresmikan oleh Ir. Soekarno dengan terminologi 'Institut Teknologi di Kota Bandung' bukan 'Institut Teknologi Bandung'. Menarik ya ? Bagi yang di ITB ini bisa dilihat di Tugu Soekarno 
Sekali lagi, simpan yang ditebalkan.


Universitas Gadjah Mada



Melompat ke Jogjakarta, kita bahas UGM, sayang saya tidak berhasil menemukan timeline yang praktis untuk dimasukkan disini, saya putuskan mengutip dari wikipedia saja

"Nama Gadjah Mada berawal dari dibentuknya Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada yang terdiri dari Fakultas Hukum dan Fakultas Kesusasteraan. Pendirian diumumkan di Gedung KNI Malioboro pada tanggal 3 Maret 1946 oleh Mr. Boediarto, Ir. Marsito, Prof. Dr. Prijono, Mr. Soenario, Dr. Soleiman, Dr. Buntaran dan Dr. Soeharto. 

Sejak 4 Januari 1946 Soekarno dan Hatta memindahkan ibukota Republik Indonesia ke Yogyakarta. Dengan maraknya pertempuran antara pejuang kemerdekaan dan Sekutu serta NICA di Jakarta dan Bandung, maka Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung ikut pindah ke Yogyakarta. Pada tanggal 17 Februari 1946, Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung dihidupkan kembali di Yogyakarta dengan para pengajarnya antara lain Prof. Ir. Rooseno dan Prof. Ir. Wreksodhiningrat. 

Lembaga pendidikan lain yang berdiri pada waktu yang hampir bersamaan adalah Perguruan Tinggi Kedokteran (berdiri 5 Maret 1946), Sekolah Tinggi Kedokteran Hewan (berdiri 20 September 1946), Sekolah Tinggi Farmasi (berdiri 27 September 1946), dan Perguruan Tinggi Pertanian (berdiri 27 September 1946) yang kesemuanya berada di Klaten, sekitar 20 kilometer dari Yogyakarta. 

Institut Pasteur di Bandung sejak 1 September 1945, turut pula dipindahkan ke Klaten dengan laboratorium di Rumah Sakit Tegalyoso. Salah seorang yang berperan dalam pemindahan ini adalah Prof. Dr. M. Sardjito yang kelak menjadi Rektor Universitas Gadjah Mada yang pertama. Kehidupan kampus di Klaten semakin ramai dengan berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi pada awal 1948.

...............
Akhirnya tanggal 19 Desember 1949, lahirlah Universitas Gadjah Mada dengan enam fakultas. "




Tanpa saya menyimpulkan, saya pikir Anda paham maksud saya. Ya, ada hubungan historis antara UI-UGM-ITB. Sejarah salah satu, berhubungan dengan yang lain. Lahirnya salah satu, berhubungan dengan lahirnya yang lain. Jogja-Bandung-Jakarta saling berhubungan dalam mewujudkan 3 institusi hebat ini. Suasana penjajahan ikut membumbui lahirnya wahana pendidikan ini. 

Saya tidak mengatakan yang satu berjasa melahirkan yang lain. UI-ITB-UGM adalah saudara kandung, orang tuanya adalah hasrat Bangsa Indonesia untuk meningkatkan martabatnya...

Salam,
Chandra Nurohman


"Matematika mengajarkan kita tentang persamaan, lalu kenapa kita selalu mencari perbedaan" - Sujiwotejo



sumber gambar : anakui.com



Did You Know : Yogi A. Erlangga, Pernah Jadi Dosen ITB



Nama Yogi Ahmad Erlangga mencuat setelah terbukti mampu memecahkan persamaan Helmholtz yang buntu selama puluhan tahun. Berita mengenai beliau tersebat dimana-mana, Anda dapat dengan mudah menemukannya dengan mengetikkan nama beliau di search engine.

Beberapa hari yang lalu saya menemukan ini :


Saya menemukan ini di Katalog 1999 Teknik Penerbangan ITB pada bagian staff pengajar. Pada tahun 1999 Teknik Penerbangan ITB menerbitkan publikasi yang berisi informasi-informasi mengenai jurusan ini termasuk dosen yang berafiliasi, ternyata salah satunya adalah beliau. Berita-berita media massa tidak menyebutkan dengan jelas latar belakang pendidikan beliau pada jurusan apa. Akhirnya buku katalog ini menjawab pertanyaan saya. 

Doakan saya bisa mengikuti jejak beliau, aamiin :)


Informasi mengenai beliau dapat Anda buka di tautan ini :






Salam,
Chandra

Alhamdulillah, FTMD ITB Terakreditasi Internasional




Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB tengah gencar meng-internasional-kan diri. Beberapa langkah dilakukan mulai dari membuka kelas internasional untuk mahasiswa asing, program pelatihan bahasa Inggris, scouting mahasiswa asing, hingga akreditasi internasional ASIIN (Accreditation Agency for Degree Programs in Engineering, Informatics/Computer Science, the Natural Sciences and Mathematics)

Dulu saya sempat menulis tentang FTMD dan ASIIN ketika masih dalam proses akreditasi. Sila buka tautan berikut :
http://nurohmanchandraaa.blogspot.co.id/2016/02/ftmd-itb-menuju-akreditasi-asiin.html

Beberapa bulan berlalu, alhamdulillah fakultas kami mendapatkan sertifikat ini :

Sertifikat akreditasi ASIIN

Ini adalah satu dari 3 sertifikat yang diperoleh masing-masing untuk prodi S1 Teknik Penerbangan, S1 Teknik Mesin, dan S1 Teknik Material. Untuk tahap awal akreditasi ini berlaku 1 tahun ke depan dan nantinya akan dilakukan penilaian lagi. Dengan adanya sertifikat akreditasi ini maka mutu prodi S1 FTMD ITB diakui secara global dan akan berpengaruh dalam banyak keperluan. Semoga dengan ini makin mudah bagi mahasiswanya juga untuk go international. Aamiin :)


Salam,
Chandra


Wayang Golek Jadi Google Doodle 3 September


Google adalah mesin pencari yang paling banyak digunakan di dunia. Salah satu yang menarik dari mesin pencari ini adalah tampilan defaultnya atau sering disebut Google Doodle. Google Doodle berubah-ubah dan kadang memiliki arti yang menarik di beliknya. Pada tanggal 17 Agustus kemarin Google memberikan apresiasi terhadap perayaan kemerdekaan RI dengan menampilkan gambar paskibraka. Hari ini, 3 September 2016 Google kembali menampilkan sesuatu yang unik, seperti gambar berikut :


Gambar apa itu ? Ya, itu gambar tokoh pewayangan Semar (kiri, putih) dan Cepot (kanan, merah) dalam bentuk wayang golek. Lalu mengapa gambarnya itu ? Apa yang spesial dari 3 September ?

3 September adalah hari ulang tahun Asep Sunandar Sunarya, maestro wayang golek asal Bandung, Jawa Barat. Mungkin banyak diantara kita yang tidak mengenal beliau namun kita patut berbangga bahwa Google memberikan apresiasi tinggi kepada seorang budayawan yang mempopulerkan warisan budaya daerah.


Salam,
Chandra

Tarif Parkir ITB Ganesha, Gelo Ieu Mah !


Suasana di kampus ITB Ganesha memanas 2 hari terakhir. Sebabnya adalah berubahnya kebijakan penerapan tarif parkir motor dan mobil di parkiran ITB. Mayoritas mahasiswa merasa keberatan dengan perubahan yang terjadi. Hari ini (2/9) dilakukan gerakan parkir gratis di gerbang depan.

Sebelumnya, sejak 2010 parkir resmi kampus ITB Ganesha (Lapangan Sipil dan Lapangan Seni Rupa) dikelola oleh ISS Parking. Selama masa itu terjadi beberapa perubahan tarif parkir dan yang  terakhir adalah kebijakan 1000/jam dan maksimal 2000/hari untuk motor. Artinya bila datang ke kampus pukul 8 pagi dan pulang pukul 7 malam tarif yang harus dibayarkan adalah 2000 rupiah. Kondisi tersebut diterima dengan baik oleh mahasiswa ITB terbukti dari penuhnya lahan parkir setiap hari kerja.

Mulai kemarin (1/9) parkiran ITB dikelola oleh Autopark menggantikan ISS Parking melalui tender. Autopark menang tender karena profit sharingnya paling tinggi. Ternyata, pergantian pengelola parkir mengakibatkan perubahan kebijakan harga. Mulai kemarin, tarif parkir motor di ITB 1000/jam dengan batas maksimal 5000/hari dan untuk mobil 2000/jam serta maksimal 10000/hari. Belum lagi, ada hitungan parkir inap dalam kebijakan harga ini. Daftar tarif dapat dilihat di sini :



Mayoritas mahasiswa menyuarakan kegelisahannya, termasuk saya sebagai pengguna lahan parkir. Namun, pengelola parkir beralasan bahwa tarif ini masih lebih rendah daripada yang diamanatkan Peraturan Walikota yaitu 1500/jam dan maksimal 6000/hari untuk motor (ini dilanggar juga, saya pernah alami di Stasiun Bandung 12000/hari). 




Secara individu, mahasiswa mulai mencari tempat parkir di sekitar ITB seperti Saraga, PMO Sabuga, BNI, Jalan Ganesha, Jalan Tamansari, Salman, dll. Selain itu muncul pula gerakan terorganisir yaitu mengajak pihak rektorat berdiskusi dan gerakan parkir gratis di gerbang depan ITB. Tadi malam pukul 23.00 diadakan pertemuan darurat membahas isu ini 



Dalam aksinya hari ini, mahasiswa ITB sepakat menuntut 3 hal :

- Renegosiasi pengelolaan parkir ITB dan kebijakan lainnya yang merugikan mahasiswa
- Pelibatan mahasiswa dalam penentuan kebijakan yang menyangkut mahasiswa dan pemastian tidak adanya miskomunikasi setelah kesepakatan
- Jawaban atas tuntutan ini selambat-lambatnya dalam waktu 5 hari kerja



Kita tunggu saja hasil dari gejolak ini. Jangka pendeknya, semoga tarif parkir bisa diturunkan. Jangka panjangnya, semoga rektorat lebih melibatkan mahasiswa dalam pengambilan keputusan terutama yang berhubungan dengan mahasiswa. Aamiin

rilis lengkap dapat diakses di :
http://kmitb.top/kebijakan1arahitb



Salam,
Chandra
ikatlah ilmu dengan mencatatnya, abadikan peristiwa dengan menuliskannya


sumber :
grup Line KMPN ITB
grup Line Teknik Penerbangan 2013
DnU Ganesha