Manusia Manusiawi


Manusia Manusiawi adalah salah satu nomor yang dibawakan oleh Kotak pada acara SATFFest yang diselenggarakan Kemenag untuk memeringati Maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini. Saya pakai istilah nomor karena ini yang biasa dipakai Cak Nun untuk menyebut lagu atau tembang yang dibawakan Kiai Kanjeng di antara diskusi dan talkshow-nya. 

Kenapa saya samakan SATFFest dengan KK, kalau saya lihat Habib Husein dan timnya mengonsep acara ini berkiblat pada Cak Nun dan komunitas Maiyah. Habib, Bhante Dhira, Yusril, dan Kotak ada di atas panggung secara bersamaan, layaknya panggung maiyah yang selalu penuh. Mereka berganti-gantian tampil antara ceramah, jokes, dan musik. Semua saling berkesinambungan dari awal sampai akhir, tidak seperti bintang tamu yang diundang secara terpisah dan punya slot pentas sendiri-sendiri.

Saya akan kembali ke sana, tapi sebelumnya saya mau mengapresiasi penyelenggaraan acara satu ini. Saya jarang terlibat dalam acara-acara plat merah. Jadi saya tidak tahu seperti apa kebiasaannya sekarang. Tapi menurut saya acara ini dikemas dengan cerdas dengan menggabungkan acara resmi perayaan maulid nabi dan SATFFest (Sidiq Amanah Tabligh Fatanah Festival) yang ceria nan segar. Kalau acara maulid nabi hanya berisi sambutan pejabat dan ceramah saja, jangankan manyarakat umum, tamu yang diundang pun pasti ada yang enggan datang, apalagi di hari libur long weekend. Tapi ini sudah acaranya di Balai Sarbini, menghadirkan public figure yang sedang naik daun, dipromosikan secara proper pula. Kalau saya lihat 70% yang hadir masyarakat umum seperti saya.

Acara resminya tetap khidmat. Setelah menyanyikan Indonesia Raya ada pertunjukan bedug oleh siswa siswi MAN 1 Pandeglang. Disusul pembacaan ayat Al-Quran dari seorang mantan juara MTQ Internasional. Selanjutnya hikmah maulid disampaikan oleh KH Zawawi Imron, yang juga seorang budayawan dan penulis sehingga ceramah yang disampaikan disusun dengan kata-kata yang indah. Beliau menutup dengan sebuah puisi pendek judulnya Telur

Dubur ayam yang mengeluarkan telur
Lebih mulia daripada mulut yang hanya menjanjikan telur.


Terakhir sambutan dari Bapak Menteri Agama. For the record beliau hadir tepat waktu dan ikut sampai acara selesai lebih dari jam 22.00, sebelumnya saya pikir beliau beserta jajaran hanya ikut acara inti saja sampai pukul 20.00.

Setelah selesai sambutan dari Pak Menteri, MC seremoni menutup acara dan undur diri, lalu memberikan panggung pada Yusril yang langsung mengubah acara resmi jadi hahahihi. 


Yusril ini lebih ke opener daripada sekedar pembawa acara. Dia muncul langsung dengan punchline orang Muhamadiyah tidak biasa merayakan maulid. Sejak diambil alih Yusril acara tidak lagi dibroadcast oleh TVRI. Dia juga mengeluarkan himbauan ala pertunjukan komedi tunggal seperti tidak boleh merekam dll, kalau foto masih boleh. Sudah seperti nonton standup, bedanya ini gratis karena dibiayai negara ehehe.

Habib Husein dan Bhante Dhira naik panggung disambut tepuk tangan meriah penonton. Karena off air, tektokan Habib + Bhante + Yusril bisa sampai ke pinggir jurang. Banyak jokes yang tidak akan bisa ditemukan di podcast manapun. Tapi di sisi lain ketika bicara tentang ilmu ya tetap mendalam dan serius. 

Ketika menjawab tentang kenapa Habib mengkonsep acara seperti ini, beliau menjelaskan bahwa ini untuk memberikan pengalaman maulid yang berbeda bagi teman-teman yang biasa bermaulid, sekaligus untuk teman-teman non muslim bisa tahu apa itu maulid. Sangat berbeda memang dengan maulid-maulid biasanya (walaupun saya selama ini cenderung ke golongan Yusril yang jarang merayakan maulid). Berapa banyak sih orang yang bisa kepikiran mendatangkan seorang bhikku untuk peringatan maulid nabi? 

Kotak yang notabene sebuah band pun sampai ikut talkshow, dan bukan hanya Tantri saja tapi seluruh personelnya. Kotak naik dengan membawakan lagu Tuhan dan Tombo Ati, sejak itu Tantri, Cella, dan Chua tidak turun dari panggung. Lagu berikutnya Manusia Manusiawi menandai jeda sebelum QnA. Seketika audience terhenyak ketika terdengar suara Emha Ainun Najib di atas interlude gitar akustik. Fotonya terpampang di depan bersama beberapa baris puisinya. Kotak menyanyikan satu lagu lagi, kemudian di penghujung acara mengiringi salawat yang dikumandangkan semua yang ada di Balai Sarbini.

bisakah kita renungkan sebentar kata-kata 
Cak Nun, setelah segala perjalanan yang kita lalui, apakah kita masih setia menjadi manusia?

Acara selesai lebih dari jam 10 malam, standing applause untuk para pengisi acara. Saya yang belum makan dari siang sampai lupa lapar. Saya keluar Balai Sarbini dengan perasaan yang bercampur antara euforia setelah nonton hiburan dan sejuk setelah selesai pengajian. Pada umumnya datang ke acara agama itu tidak ringan, apalagi untuk anak muda. Tapi kalau acaranya seberkualitas ini, suruh bayar pun orang tetap akan mau. 


Acara seperti ini menyegarkan, tapi ya tidak untuk diadakan tiap pekan. Seperti es jeruk enak tapi kalau kebanyakan bisa kena gula. Ngaji konvensional di masjid-masjid dan majelis-majelis tetap perlu. Event seperti SATFFest ini tidak untuk menggantikan yang begitu. Tapi saya punya keyakinan dunia akan jadi sedikit lebih baik jika semakin banyak orang datang di acara seperti ini.

Manusia manusiawi
Jatuh dan bangkit lagi
Maafkanlah maafkan diri
Kau tak serendah ini


Terimakasih sudah membaca,
Chandra

Champion


Nonton bola jam 3 pagi walaupun nanti paginya sekolah/kerja. Sunyi, gelap, dan minim distraksi pada dini hari.

Match-up yang nggak biasa mempertemukan tim dari dua liga yang berbeda, menghasilkan permainan dan hasil yang kadang random nggak terduga.

Fase knock-out yang menghadirkan tensi serupa Euro dan Piala Dunia. Final yang legendary tentu salah satunya Istanbul 2005.

Tayang di TV lokal tanpa perlu buka aplikasi digital dan memusingkan kualitas sinyal serta kuota. Menghadirkan pengalaman menonton yang nggak berubah sejak masih SD.

Visual yang tidak banyak berubah sejak dulu, simpel dan berkelas.Shot close-up di menit 80+ menunjukkan ekspresi jumawa dari yang unggul dan putus asa dari yang kalah.

Anthem yang ikonik. Die Meister, Die Besten, Les grandes equipes, The Champions.

Champion, satu dari sedikit hal yang tidak berubah sejak dulu hingga sekarang.

Thanks,
Chandra
*ditulis sambil nonton emyu kena humbling dan pemain bayern throwing shots at Onana seperti Bale ke Karius dulu, kiper dianggap nggak ada wkwk

Prioritas


Never underestimate orang yang terbiasa meninggalkan kesibukannya untuk menjalankan ibadah. Setidaknya dalam pandangan saya, kalau menyaksikan ada orang yang begini biasanya hidupnya baik, entah sudah atau nanti. Saya pakai 'baik' supaya spektrumnya luas karena pengalaman orang beda-beda. Ya walaupun wang-sinawang, tapi orang yang begini kelihatan banyak beruntungnya. 

Bisa dirasionalisasi juga sih, orang yang bisa meninggalkan kesibukannya untuk salat tepat waktu berarti dia punya kuasa atas apa yang dia kerjakan. Karena kalau masih tergopoh-gopoh dalam urusannya akan cenderung waswas meninggalkan pekerjaan dan mencari pembenaran 'daripada nanti pas salat nggak fokus'. Tentu ini dengan acknowledge bahwa beberapa pekerjaan memang tidak bisa ditinggalkan, misal sopir bis yang mendengar adzan di tengah kemacetan.

Disiplin melakukan itu juga menjadi tanda seseorang punya otot mental yang kuat dalam menentukan prioritas. Kemampuan ini sadar nggak sadar akan terpakai di waktu waktu yang lain. Sehingga keputusan-keputusan yang diambil banyak yang akurat. Dalam sekian waktu, keputusan yang baik membukit menjadi nasib yang baik. Ketiga, orang yang konsisten ibadah tepat waktu bisa jadi juga konsisten bangun lebih pagi dari yang lain. Jadi simply punya waktu 'hidup' dan berkarya lebih banyak. Dia juga terbiasa 'make time' untuk sesuatu yang positif, membuat virtually waktunya lebih banyak lagi. Melipat waktu kalau kata dr. Hasto, 24 jam-nya sama tapi isinya lebih padat.

Waktu kerja di Lembang dulu, kalau mau ke masjid harus naik bukit karena lokasi kantor turun kalau dari jalan raya. Lumayan tinggi dan curam, sampai kantor menyediakan parkiran di atas pinggir jalan bagi yang nggak berani bawa kendaraan turun (ah susah dijelaskan, lebih gampang kalau saya ajak tur kesana). Naik turun jalan kaki capek, tapi ada 4-5 orang yang konsisten setiap salat dzuhur dan ashar selalu jalan naik. Salut sekali sama mereka, sementara saya dan banyak lainnya hanya mendaki seminggu sekali saat salat jumat. Setelah pindah kerja jadi jarang ketemu mereka. Tapi selama kerja bareng ya mereka rekan yang menyenangkan, positif, ulate padhang.

Ada juga teman saat kuliah yang tinggal di pondok. Dia sering ada kegiatan pondok setiap ba'da subuh serta dari setelah maghrib sampai malam. Kalau pakai kalkulasi dunia saja, ini disadvantage. Karena waktu untuk aktivitas yang berhubungan dengan kuliah berkurang cukup banyak. Beberapa kali memang tugas tidak terhandle sebaik mahasiswa lain. Tapi in the end kuliahnya lancar, lulus dengan mulus, dan punya 'nasib' yang baik. Jadi bukannya ada mukjizat kalau hari ini ibadah baik otomatis besok pagi nilai jadi tinggi, tapi ada prosesnya.

Ada beberapa contoh lain orang yang saya temui seperti ini. Walaupun kerjaan sedang banyak dan project lagi kenceng tapi 10 menit sebelum adzan sudah meninggalkan mejanya. Bisa jadi ada chat yang diabaikan atau tiket kerjaan yang tertunda, tapi pada akhirnya yang dikerjakan selesai juga. Dunno ya, kepercayaan vertikal ini urusan masing-masing pribadi. Tapi kalau buat saya hikmahnya adalah bahwa kalkulasi untung rugi tidak sesederhana itu.


Thanks,
Chandra

Membedakan Oli Asli vs Palsu


Oli buat mesin kendaraan itu seperti darah buat manusia. Dia bersirkulasi untuk memungkinkan proses yang terjadi dalam mesin berlangsung mulus. Ada beberapa hal yang wajib diperhatikan agar oli dapat menjalankan fungsinya dengan baik, yaitu:

1. Menggunakan oli yang sesuai dengan spesifikasi kendaraan, terutama terkait standar keenceran dan API
2. Mengganti oli secara rutin, untuk motor disarankan tiap 3000 km, dan untuk mobil 5000 km, atau sesuai saran pabrikan
3. Menggunakan oli asli

Untuk yang ke-3 ini krusial. Karena kalau kena oli palsu mesin bisa amsyong. Ada beberapa tips untuk menghindari ini, seperti beli di official store atau ganti oli di bengkel resmi/besar. Tapi sebenarnya pabrikan oli sudah membuat fitur pengaman dari pemalsuan pada produk olinya itu sendiri. Fitur yang saya agak tahu adalah dari Shell. Saya coba sedikit jelaskan, tapi karena susah kalau via tulisan, saya buat dalam bentuk video dan saya taruh di youtube.

Check this out: ke YouTube

Waktu



Saya dapat insight menarik dari buku yang kemarin saya baca. Begini, mudah bagi kita untuk menangkap bahwa sebuah benda akan mewujud jika punya panjang, lebar, dan tinggi, atau dengan kata lain tiga dimensi. Lemari, gedung, galon air mineral, handphone, itu semuanya punya panjang, lebar, tinggi. Papan tulis dan kertas itu juga ada karena punya tebal, walaupun kecil jika dibandingkan panjang dan lebarnya. Unsur satu dimensi (garis) dan dua dimensi (bangun datar) itu imajiner, tidak ada bendanya di dunia nyata.

Tapi apakah panjang, lebar, tinggi (atau tebal) ini benar cukup untuk membuat sesuatu itu ada? Bagaimana dengan benda yang instantaneous, yaitu benda yang hanya sekejap banget adanya. Sangat sekejap hingga t (waktu) mendekati nol. Ya nggak jadi juga itu benda. Jadi untuk sesuatu benar-benar ada dia tidak hanya butuh panjang, lebar, dan tinggi, dia juga harus punya durasi. Durasi adalah bentuk terbatas dari keabadian, punya awal dan akhir.

Itulah mengapa waktu sering disebut sebagai dimensi ke-4. Dengan menganggap waktu adalah salah satu dimensi seperti halnya panjang, maka mengatakan ada kemacetan dari kilometer 68 sampai 70 sama saja dengan bilang adik sekolah dari jam 7 sampai jam 10. Bergerak 1 meter ke depan satu nafas dengan menua 1 jam. Bedanya waktu tidak bisa mundur, posisi bisa. Semua akan indah pada waktunya setara dengan udaranya pasti sejuk kalau kita sudah sampai di gunung sana. Datang di waktu yang tepat terdengar puitis, tapi sebenarnya sama saja dengan tiba di tempat yang dituju.

Hdyt?


Chandra

Sate Semoga Berkah


Ada satu warung sate yang stands-out di Jakarta. Yaa oke lokasi sebenarnya di Ciputat, tepatnya ada di depan RS Hermina. Menurut saya ini sate paling enak yang pernah saya makan, pun dibandingkan dengan yang di Jogja dan Bandung. Namanya Sate Bang Acong, asli Madura.

Saya tahu tempat ini dari salah satu video YouTube-nya Habib Husein Ja'far. Infonya beliau langganan warung Bang Acong sejak jaman kuliah, lokasinya memang dekat dengan UIN Jakarta. Warungnya tidak terlalu besar, hanya ada beberapa meja kursi di dalamnya. Di dinding terpampang beberapa foto Kyai, sepertinya Bang Acong ini sangat menjunjung tinggi para ulama dan habib. Gerobaknya penuh dan bakarannya tidak pernah nganggur, ketahuan banyak pelanggannya.


Meskipun rame dan enak, harganya masih standar. Satu porsi sate ayam plus satu porsi sate kambing dihargai 60 ribu sudah termasuk lontongnya. Itu juga masih bonus kuah sop yang hangat. Saya baru saja beli dan tidak bisa tidak sangat ingin menulis ini sebagai penghargaan. Kalau google review bisa kasih bintang lebih dari 5 akan saya kasih lebih. Sate Bang Acong masuk tier teratas kuliner saya bersama Mieayam Om Karman dan fire chicken Richeese Factory.

Pastikan nonton ini:

Thanks,
Chandra