Halo Halo Bandung dan Radio 'Rahasia' Belanda



Halo halo Bandung
Ibu kota Periangan 
Halo halo Bandung
Kota kenang-kenangan
Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau
Sekarang sudah menjadi lautan api
Mari bung rebut kembali

Kita semua tahu lagu Halo Halo Bandung itu. Itu lagu yang akrab kita nyanyikan di sekolah dulu. Saya coba bagi lagu itu menjadi 2 bagian.

Bagian 1 :
Halo halo Bandung
Ibu kota Periangan
Halo halo Bandung
Kota kenang-kenangan

Bagian 2 :
Sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau
Sekarang sudah menjadi lautan api
Mari bung rebut kembali

Lagu-lagu perjuangan pasti diciptakan dengan asbabun nuzul-nya masing-masing. Masuk akal kalau pada masa susah dahulu penyair-penyair lebih puitis dan melankolis dalam menelurkan kata-kata menjadi karya. Tidak terkecuali lagu ini. Saya coba-coba menebak latar belakang lahirnya lagu ini.

Kita mulai dari bagian 2. Sepertinya bagian sekarang sudah menjadi lautan api erat kaitannya dengan peristiwa diusirnya masyarakat Bandung dari wilayahnya oleh Belanda. Menurut buku sejarah jaman sekolah dulu orang pribumi terpaksa menurut untuk mengosongkan wilayahnya tetapi mereka membakar segala infrastruktur yang ada agar tidak bisa dipakai untuk keperluan Belanda. Belanda boleh ambil alih, tapi dalam kondisi porak poranda.

Monumen Bandung Lautan Api

Kalimat mari bung rebut kembali bisa jadi adalah ungkapan semangat kepada kaum pribumi untuk memenangkan pertarungan melawan penjajah dan meraih kembali kedaulatan atas Bandung. Rangkaian peristiwa ini cukup jelas diceritakan dan relatif mudah untuk dipercaya. Sampai saat ini pun di Tegalega masih berdiri Monumen Bandung Lautan Api. Kenapa saya underline kata 'masih' ? Karena ada yang 'sudah tidak ada'.

Sekarang kita pindah ke bagian 1, ada kalimat Halo halo Bandung. Hmmm, ada banyak kota besar di Indonesia. Sebut saja Jakarta (Batavia) sebagai pusat VOC dulu, Surabaya dengan arek-areknya yang militan, Jogja dengan kerajaannya yang kokoh, atau daerah-daerah di Indonesia timur yang kaya rempah-rempah. Lalu kenapa Bandung yang 'dipilih' untuk dipasangkan dengan frase 'Halo' ?

Kenapa bukan Halo halo Sumatra ? Halo Batavia ? Halo Surabaya ? Kenapa harus Halo halo Bandung ?

Mungkin saya salah, tapi berdasarkan analisis dari hasil baca-baca beberapa waktu terakhir tampaknya saya menemukan jawabannya. Saya menduga Halo Halo Bandung berasal dari berdirinya Malabar Radio di Gunung Puntang, Bandung. 

Penjelasan menarik soal ini disampaikan oleh Roni Pramaditia pada sebuah forum TEDx. Link YouTube : Roni Pramaditia

Kalau Anda kesulitan buka YouTube, saya berikan penjelasan sedikit soal itu. Roni menjelaskan penemuannya di Gunung Puntang, selatan Bandung. Roni yang awalnya ingin melakukan pelepasan Owa Jawa di sana malah menemukan hal yang tak di duga. Dia menemukan peninggalan-peninggalan aneh di sana yang bahkan masyarakat lokal tidak mengetahui apa itu. Dia menemukan sebuah pohon subtropis, jembatan tak terpakai, dan struktur pondasi yang oleh masyarakat lokal disebut 'kolam cinta'.

Roni yang penasaran melakukan penelitian untuk mengetahui apa yang sebenarnya ada di Gunung Puntang. Dia menemukan fakta-fakta menarik dan akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa pernah ada stasiun radio raksasa pada masa penjajahan Belanda di Gunung Puntang.

Mungkinkah ada wireless comunication pada tahun 1920an ? Mungkin saja. Teknologi radio sudah dikenal sejak peralihan abad 19 ke 20. Mengingat waktu itu Belanda sedang berjaya, bukan tidak mungkin mereka mampu melakukan scale-up hingga bisa berkirim berita melalui radio dengan jangkauan ribuan mil. Keberhasilan ini mendapat apresiasi dari warga lokal hingga media massa di Eropa sana. Ini tampak juga dari video itu.

Tampaknya sejak saat itu pula kata 'Halo' identik dengan 'Bandung'. Saya sudah lama menemukan video Roni ini di YouTube. Tapi kemudian saya baru sadar belum lama ini bahwa kemungkinan memang ada hubungan antara Radio 'rahasia' Malabar dan Jargon Halo-Halo Bandung. Perhatikan video pada detik 6:43 sampai 6:50 dan 7:06 sampai 7:08.





Dalam ke-kepo-an saya yang sederhana ini, saya juga menemukan blog yang cukup bagus yang membahas banyak hal tentang sejarah, terutama Bandung. Blognya : radiomalabar.wordpress.com

Monumen Pantat Bugil, menampilkan orang berkomunikasi di belahan dunia yang berbeda


Balik lagi kenapa tadi saya menggarisbawahi bahwa Monumen Bandung Lautan Api masih ada. Itu karena Belanda pernah membangun Monumen Radio Malabar atau biasa di sebut Monumen Pantat Bugil. Namun entah kenapa monumen itu sudah dihancurkan. Padahal andaikan masih ada tentu itu akan jadi spot yang menarik karena lokasinya di dekat Gedung Sate. Andaikan monumen itu masih ada tentu masyarakat jadi tahu bahwa pernah ada 'pemecahan rekor' komunikasi radio Bandung - Amsterdam.

Pada saat itu komunikasi radio sudah biasa, mungkin seperti internet di jaman sekarang. Tapi bahwa komunikasi ini bisa dilakukan hingga jarak hampir 12000 km adalah hal yang luar biasa. Jika benar-benar terjadi (dan so far cukup banyak dan kuat buktinya) kenapa hal ini jarang dituliskan di buku sejarah ?

Melihat bangunan fisiknya saja radio ini sangat besar, belum lagi fasilitas penunjangnya. Tapi bahkan warga lokal tidak tahu adanya tempat seperti ini. Yang jadi keresahan saya, kalau benda segede ini saja bisa 'disembunyikan', bagaimana dengan sejarah yang tidak berbentuk benda ? Jadi, apakah Radio Malabar sengaja disembunyikan ? Kalau iya, untuk (si)apa ?



Chandra



sumber : 
radiomalabar.wordpress.com
kompasiana.com

0 comments :

Post a Comment