Imperfection


Meminjam kalimat Cak Nun, teh itu terasa pahit karena kamu membayangkan yang manis, kalau tidak membayangkan yang manis teh pahit juga bisa enak. Begitupun lebaran menurut saya, tidak akan terasa menyenangkan kalau setiap tahun kita bandingkan dengan masa kanak-kanak dulu. Kita berhutang banyak pada orang tua yang selalu berusaha memagari kita dari paparan masalah sehingga bisa fokus bermain, belajar, dan tidur nyenyak. Kini setelah dewasa tanggung jawab melindungi diri ada pada individu masing-masing.



Saya pernah katakan di beberapa tulisan yang lalu bahwa bagi orang dewasa umumnya puasa bukan lagi ujian fisik. Maka anjuran untuk jangan sampai hanya dapat lapar dan haus berarti dorongan untuk mengusahakan adanya perbaikan diri atau minimal suatu realization. Saya tidak pada posisi yang pantas untuk menceramahkan penemuan saya pada orang lain, tapi jujur buat saya sangat banyak hal terjadi selama bulan puasa hingga lebaran kali ini. Sebisanya saya coba ambil hikmah yang terserak.


Buat saya ramadhan - lebaran kali ini pelajaran terbesarnya adalah menerima imperfection. Dulu saya pikir sebelum tidur kita harus menyelesaikan semua masalah di hari itu. Ternyata tidak selalu bisa, beberapa masalah bisa berumur minggu, bulan, bahkan tahun. Masalah belum tentu resiprokal, bisa jadi orang merasa punya masalah sama kita padahal kita tidak begitu padanya. Lalu benar + benar tidak selalu berakhir benar, penafsiran orang soal baik-buruk benar-salah bisa berbeda, penangkapan orang soal niat tidak selalu sama. Intinya harus belajar untuk tidur walau tidak selalu dengan hati yang lega.

Sekurus-kurusnya ikan tetap ada dagingnya, segemuk-gemuknya ikan tetap ada tulangnya. Tidak ada orang yang tidak punya masalah atau ganjalan. Tidak ada, blas. Seindah apapun feed instegramnya. Straight ten cuma ada di sekolah, di dunia nyata itu nggak mungkin (change my mind on this, if you might want). Badai pasti berlalu, tapi hari yang cerah juga pasti berlalu. Kalau sedang badai kita bersabar, kalau sedang cerah kita bersyukur dan waspada. 

Catatan setidaknya untuk diri saya sendiri:
1. Perspective over perception, coba untuk melihat dari sudut pandang orang lain.
2. Tidak semua orang ingin kita temui, dan tidak semua orang ingin ketemu kita, kalau belum bisa buat orang lain bahagia, minimal jangan jadi orang yang berbahaya
3. Tidak semua orang 'berlebaran', maka pekalah and be wise.
4. Fokus pada kebaikan yang bisa dilakukan, kalau nggak tahu lebih baik diam.

Terakhir, mohon maaf atas segala kesalahan saya baik yang disengaja maupun tidak. Mohon diingatkan jika saya ada janji atau hutang yang perlu saya bereskan. Semoga Allah mudahkan akses untuk saya minta maaf pada orang yang pernah saya rugikan dan membalas budi orang yang pernah saya mintai pertolongan. 

Taqabbalallahu minna waminkum. Semoga Allah terima amal ibadah kita pada bulan yang mulia ini. Selamat Idul Fitri 1445H. Selamat lebaran dan liburan, semoga jadi momen yang penuh syukur.

Salam,
Chandra

0 comments :

Post a Comment