Apple Hanya Punya 90 Hari



Apple saat ini merupakan salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia dengan brand value mencapai 300bn USD. Pendapatan Apple naik dari 8bn USD pada 2004 menjadi 230bn USD pada 2015, luar biasa. Salah satu produknya, iPhone, terjual lebih dari 200 juta unit pada tahun 2017 di seluruh dunia. Tapi, flashback ke tahun 1997an, sekitar dua puluh tahun yang lalu, Apple adalah perusahaan yang hampir bangkrut.

Eksklusivitas sudah menjadi roh Apple sejak dilahirkan. Sederhananya, mereka menjual hardware dan software secara bundling, berbeda dengan Microsoft yang melepas softwarenya untuk dapat digunakan pada hardware manapun dan membuat produsen hardware saling jotos sementara Microsoft foya-foya dengan besarnya marketshare mereka.

Ekskusivitas ini membuat dari dulu hingga sekarang harga perangkat komputer Apple mahal. Pada tahun 1997 ketika hampir bangkrut itu harga Apple tidak sesuai dengan keinginan orang-orang dimana komputer kebanyakan digunakan untuk bisnis dan perkantoran. Microsoft menguasai 90% pengguna komputer.

Timpangnya jumlah user Microsoft dan Apple membuat pengembang perangkat lunak seringkali mendesain produknya kompatibel dengan OS Microsoft saja, tidak bisa dijalankan di Mac. Kondisi ini membuat penjualan komputer Apple semakin lesu. Apa gunanya membeli komputer kalau tidak ada program yang dapat dijalankan di dalamnya. Nilai saham Apple anjlok. Pada satu titik mereka punya cadangan cash yang cukup untuk bernapas hanya selama 90 hari. 

Pada saat-saat sulit ini, Steve Jobs yang sebelumnya sempat didepak ditarik lagi sebagai leader. Menghadapi persoalan perusahaan terancam bubar, tanpa berlama-lama petinggi Apple mengambil keputusan yang sangat mengejutkan. Bahkan orang-orang Apple sendiri pun banyak yang tidak percaya.

Mereka mencari investor untuk mendapatkan dana segar. Banyak pihak dihubungi untuk ditawari kerjasama. Namun, kesepakatan akhirnya tercapai justru dengan rival abadi mereka : Microsoft.

Di Macworld Boston Steve Jobs berdiri di panggung. Bukan untuk merilis produk terbaru Apple, melainkan  mengumumkan kerja sama dengan Microsoft. Tidak semua orang setuju. Ketika Steve berkata bahwa Microsoft Office akan dijalankan di Mac butuh waktu beberapa detik untuk orang percaya dan mulai bertepuk tangan. Bahkan ketika dikatakan bahwa Internet Explorer akan menjadi browser standar di Mac lebih banyak yang bersorak huuuu.

Dengan riwayat panjang mengenai perseturuan soal hak paten, petinggi Apple pasti sadar bahwa keputusan ini tidak akan dengan mudah diterima oleh setiap orang di Apple. Pasti ada orang yang secara personal 'membenci' Microsoft. Persaingan Apple dan Microsoft sama seperti Nike vs Adidas, Rossi vs Marquez, atau fans Barcelona vs fans Real Madrid.

Tapi setelah dua puluh tahun, terbukti bahwa keputusan yang diambil Apple saat itu untuk menerima investasi dari Microsoft sangatlah tepat. Kini Apple menjadi perusahaan raksasa dengan brand yang sangat prestisius. Ada beberapa hal yang dapat dipelajari dari shocking deal antara Apple dan Microsoft ini

Pertama, bahwa pada semua level tolong menolong itu perlu. Steve Jobs dan Bill Gates tahu hal itu, maka kerjasama ini tercapai. Nampaknya memang dalam kasus ini Microsoft menyelamatkan Apple, namun faktanya Apple juga menyelamatkan Microsoft dari tuntutan hukum yang mengancamnya disebabkan dugaan kecurangan bisnis dan monopoli. Kelangsungan hidup Apple adalah angin segar juga bagi Microsoft karena persaingan tetap berjalan. Jika orang sekeras Steve Jobs dan Bill Gates saja saling menyelamatkan, kenapa kita saling menjatuhkan ?

Kedua, idiom mundur satu langkah untuk maju tiga langkah memang nyata adanya. Bahkan dalam kasus ini Apple seperti mundur beberapa langkah dengan menerima Microsoft sebagai partner. Petinggi Apple pasti tahu akan ada gejolak di intern mereka. Tapi pahit pun harus diambil untuk menghidari keburukan yang lebih besar.

Ketiga, memang Steve Jobs jago negosiasi. Kepemilikan saham Apple oleh Microsoft senilai 150 juta USD adalah berupa non-voting stocks. Artinya walaupun memegang saham, Microsoft tidak akan ikut campur urusan rumah tangga Apple. Apple dapat tumbuh sesuai yang mereka inginkan. Eksklusivitas tetap mereka pertahankan hingga sekarang dan menjadi alasan orang-orang mau membeli walaupun harga produknya tinggi. Apple tidak dijajah oleh Microsoft. Maka tetap jadilah dirimu sendiri.

Mengikuti cerita Apple dan Microsoft tidak akan ada habisnya. Dua kubu ini akan terukir dalam sejarah sebagai The Innovators, punya peran sangat besar dalam kemajuan teknologi digital pada khususnya dan kemajuan peradaban pada umumnya karena Microsoft + Apple (+ Linux) = 99.99% penggunaan komputer dunia. 

0 comments :

Post a Comment