Rute Galau


Sebagai orang yang coping mechanism-nya riding naik motor tanpa tujuan, saya lumayan rajin eksplor jalanan di kota-kota tempat saya tinggal. Kadang untuk membersihkan pikiran atau sekedar membunuh waktu menunggu buka puasa. Beban kuliah maupun pekerjaan, aktivitas yang memosankan, konflik pertemanan hingga percintaan semua butuh pelampiasan. Tiga kota Jogja, Bandung, dan Jakarta memberikan jalan.

Jogja

Anak muda Jogja pasti sepakat bahwa tidak ada rute yang lebih baik untuk merenung bahkan menangis di Jogja selain sepanjang Ring Road. Jalannya lebar, lampu merahnya jarang, bebas macet, dan jalur motor terpisah dari jalur cepat sehingga kalau sedang sedikit melamun nggak akan tiba-tiba disalip bus Mira. Helm dan maskermu akan menutupi air matamu.

Karena Ring Road mengitari Kota Jogja jadi mudah dijangkau dari segala penjuru. Jadi orang Bantul, Sleman, Kulonprogo, dan Gunungkidul tinggal menuju ke persimpangan Ring Road terdekat untuk kemudian masuk jalur dan berkontemplasi. Pelaku juga tidak perlu memikirkan belok, ikuti saja jalan utamanya maka setelah satu putaran akan kembali ke titik yang sama.

Kalau sebenarnya punya tujuan, atau lewat Ring Road dalam perjalanan pulang, hal yang sama bisa dilakukan. Sebab secara teknis jalan ini adalah alternatif paling nyaman dan sejuk (karena bisa ngebut) untuk pindah dari satu tempat ke tempat lainnya di Jogja. Daripada lewat dalam kota, macet bos!

Flyover Janti, Jombor, underpass Kentungan, dan jembatan layang di Ring Road barat yang saya nggak tahu namanya itu juga bikin perjalanan nggak datar-datar amat. Kalau jalur cepat sedang kosong bolehlah sekali-kali masuk pakai motor. Tapi ya biar wangun lakukan jika dan hanya jika motormu minimal 250cc, kalau Beat mending tetap di jalur lambat. *guyon dab

Bandung

Motoran di Bandung adalah hal yang menyenangkan karena sejuk dan banyak jalan dipayungi pepohonan rimbun. Bahkan kalau terpaksa tengah hari masih di jalan juga panasnya tidak membakar. Suhu di Bandung rata-rata 5-6 derajat celcius lebih rendah daripada Jogja, lebih-lebih Jakarta.

Tapi kalau mau rute yang lebih dingin lagi, saya tahu jawabannya. Sekaligus ini rute yang sering saya lewati ketika menjadi penduduk Bandung bagian utara. Rute merenung sekaligus ngadem paling paten di Bandung: naik ke Lembang via Dago, bukan via Setiabudi ya, disana mah isinya mobil-mobil dari Jakarta, macet, dan kanan kirinya villa.

Dari seluruh penjuru Bandung menujulah ke Simpang Dago yang terkenal dengan mekdi-nya itu. Lalu naik ke arah Dago Pakar. Setelah melewati terminal Dago ambil jalan yang nyempal ke kiri menuju Desa Mekarwangi. Nah dari situ ikuti terus jalannya maka kita akan disambut pemandangan bukit hijau, lembah, dan sawah. Filing gud lakasud.

Ikuti jalan itu terus dan udara akan terasa semakin dingin sampai akhirnya tiba di Lembang. Kalau waktu masih ada bisa dilanjut sampai Cikole lalu ngadem di kebun teh. Kalau lapar bisa mampir Punclut, makan sambil memandang Kota Bandung dari atas bukit. 

Jakarta

Saya belum lama di Jakarta tapi sudah punya satu rute recommended yaitu memanjang dari Monas ke selatan sampai ujung Jaksel. Keliling kompleks Monas lewat Jalan Medan Merdeka enak asal tidak sedang macet. Lalu disambung ke arah Bundaran HI dan menyusuri jalan Sudirman. Simpang susun Semanggi bablas tapi jangan lewat jalur mobil karena pasti ditilang. 

Selanjutnya adalah jalan paling rapi di Indonesia dengan pemandangan sebelah kanan kompleks Gelora Bung Karno dan sebelah kiri perkantoran mewah SCBD. Tentu ada stasiun MRT dan jembatan penyeberangan fancy berkah Asian Games. Jalannya lebar banget tapi pelan-pelan saja nikmati momen.

Sampai Bundaran Senayan bisa putar balik atau lanjut menyusuri jalan Panglima Polim - Fatmawati di bawah rel MRT. Agak menyempit dan sarat traffic light tapi lumayan rapi karena belum lama dibangun. Lurus sampai tembus JORR. Tapi karena ini membahas soal motor jadi kita nggak bisa masuk jalan tol. 

Belok kiri lewat depan Cilandak Town Square. Lalu kiri lagi masuk ke Jalan Pengeran Antasari. Jalannya lega juga dan tinggal diikuti terus jalan utamanya maka kita akan balik lagi ke Blok M, kalau lurus lagi tembus ke Bundaran Senayan. Tibalah kita kembali di jalan paling rapi di Indonesia.

----

Tulisan diatas di-compile dari pengalaman pribadi dan beberapa teman. Intinya, seruas jalan walaupun nggak benar-benar sunyi tapi bisa jadi salah satu tempat untuk menyepi. Tapi di jalan yang banyak orang berlalu lalang, sedang semewek apapun pastikan untuk tetap berhati-hati. Ride safe!


Banyak kenangan terserak di jalanan
Chandra

0 comments :

Post a Comment