Kabar Baik



Meskipun brandnya identik dengan kapitalisme barat, setidaknya McDonalds yang ada di Indonesia adalah franchise fastfood yang punya standar mushola paling tinggi dan konsisten menurut saya. Kalau sedang dalam perjalanan dan ingin salat namun tidak ketemu masjid, saya lebih memilih mampir di gerai McD daripada SPBU sekalipun. Bahkan kalaupun saya belum pernah singgah ke gerai McD yang itu, saya bisa cukup yakin bahwa musholanya layak.

Sementara itu franchise lain belum sereliable itu. Saya nggak sebegitu yakin untuk berhenti di KFC misalnya, karena ada yang musholanya bagus, ada yang seadanya, dan ada yang tidak menyediakan sama sekali. Ini berlaku untuk gerai-gerai dari brand lokal maupun luar lainnya. Masih ada restoran atau warung makan yang menganggap mushola setara dengan toilet, hanya pelengkap, bukan fasilitas untuk pelanggan melakukan ibadah sakral.

Kabar baiknya, saya rasa kita sedang menuju ke arah yang benar. Semakin banyak owner bisnis yang sadar bahwa sebagian besar target pasarnya melaksanakan salat, dan dengan memberikan fasilitas ibadah yang layak kemungkinan semakin banyak orang datang dan yang datang akan singgah dalam waktu yang lebih lama. Dengan naiknya volume order online/delivery, dua tiga table dapat dihilangkan dan diconvert jadi mushola. Apalagi menjelang musim buka puasa nanti, keberadaan tempat untuk salat maghrib jadi pertimbangan banyak orang untuk memutuskan mau berbuka dimana.

Dalam ukuran yang lebih besar, setidaknya di Jakarta, kini mall-mall juga meremajakan tempat salatnya. Bahkan beberapa ada yang membuat masjid. Mall-mall yang relatif baru telah dibangun dengan memasukkan mushola sebagai bagian desain direktori/arsitekturnya, tidak lagi asal taruh ruangan kotak di parkiran dan memisahkan mushola pria wanita di lantai yang berbeda. Coba ke PIM 3, Blok M Plaza, Mall of Indonesia, atau Senayan City, di sana mushola diperlakukan sama bersih dan baiknya dengan area komersil yang menghasilkan revenue untuk pengelola. Kalau Blok M Square jangan ditanya, masjid di rooftopnya mungkin punya agenda lebih padat daripada banyak masjid tapak di Jakarta, plus ada ka'bahnya pula.

(..brand new Sarinah left the chat..)

Beberapa tahun yang lalu saya baca buku Generation M karya Shelina Janmohamed. Disana dibahas contoh-contoh di berbagai penjuru dunia bahwa besarnya pasar anak muda muslim (dan peningkatan power ekonominya) telah membuat produsen menghadirkan produk yang ramah islam. Contohnya adalah munculnya bir dengan kandungan 0% alkohol. Meskipun di Indonesia (re: MUI) masih jadi polemik, tapi di luar negeri ini adalah salah satu keberhasilan kolektif pasar anak muda muslim. Bir punya image keren, anak muda muslim juga suka tampak keren namun tidak bisa minum alkohol, tapi yang seperti ini jumlahnya banyak, solusinya adalah 'bir' dibuat tanpa alkohol.

Opini pribadi saya soal ini, kalau saya baca-baca MUI belum mengeluarkan sertifikat halal untuk bir 0%, salah satu alasannya karena namanya masih 'bir'. Tapi saya pikir ini karena tujuan kemaslahatan sosial saja, karena bagaimana dengan bir pletok yang dideclare halal, atau bakmi bakpao bakcang yang mengandung 'bak'.

Masih banyak contoh serupa mengenai perubahan komoditas yang disebabkan naiknya pasar muslim baik secara kuantitas maupun kualitas. Saya tahu dari istri saya bahwa sekarang banyak busana muslim seperti gamis dan jilbab yang harganya mencapai ratusan ribu bahkan jutaan rupiah. Jilbab naik kelas dari pakaian untuk menutup aurat menjadi sebuah mode fashion. Bank-bank dan jasa keuangan semakin banyak yang membuka segmen syariah sebagai upaya menarik lebih banyak nasabah muslim. Banyak lagi, you name it, kadang perubahannya gradual jadi nggak terlalu kelihatan tapi tetap bisa dirasakan.

Di saat bersamaan muncul banyak influencer yang secara langsung maupun tidak langsung mempromosikan gaya hidup ala islam. Ustadz yang mengajari ilmu agama tetap perlu as always. Tapi kini kita punya banyak sosok yang menjalani hidup dengan aktivitas yang beragam sambil tetap menunjukkan nilai islam secara keren dan berkelas. Halal is the new cool.

Perubahan-perubahan ini menaikkan kehormatan dan bargaining power komunitas Islam. Jika momentum ini dijaga semoga ke depan kita ada di posisi yang lebih baik lagi. Tujuannya bukan untuk mengintimidasi atau mengalahkan yang lain, tapi untuk membawa perubahan positif bagi dunia. Faktanya sekarang banyak orang barat mulai mempopulerkan zero alcohol lifestyle karena membuat mereka jadi lebih sehat dan lebih baik dalam bekerja. Halal lifestyle sejatinya memang bukan untuk orang islam saja, melainkan untuk seluruh manusia.

Semoga ramadhan kali ini membawa banyak keberkahan dan menjadikan kita jadi manusia yang lebih baik. Selamat menunaikan ibadah puasa. Mari berbahagia menyambut datangnya Bulan Ramadhan. Barakallah.


Chandra
saya tulis ini di pinggir jalan depan masjid pagi-pagi, saya perhatikan masjid ternyata banyak yang mampir salat dhuha.

gambar dari website Blok M Square

0 comments :

Post a Comment