Champion


Nonton bola jam 3 pagi walaupun nanti paginya sekolah/kerja. Sunyi, gelap, dan minim distraksi pada dini hari.

Match-up yang nggak biasa mempertemukan tim dari dua liga yang berbeda, menghasilkan permainan dan hasil yang kadang random nggak terduga.

Fase knock-out yang menghadirkan tensi serupa Euro dan Piala Dunia. Final yang legendary tentu salah satunya Istanbul 2005.

Tayang di TV lokal tanpa perlu buka aplikasi digital dan memusingkan kualitas sinyal serta kuota. Menghadirkan pengalaman menonton yang nggak berubah sejak masih SD.

Visual yang tidak banyak berubah sejak dulu, simpel dan berkelas.Shot close-up di menit 80+ menunjukkan ekspresi jumawa dari yang unggul dan putus asa dari yang kalah.

Anthem yang ikonik. Die Meister, Die Besten, Les grandes equipes, The Champions.

Champion, satu dari sedikit hal yang tidak berubah sejak dulu hingga sekarang.

Thanks,
Chandra
*ditulis sambil nonton emyu kena humbling dan pemain bayern throwing shots at Onana seperti Bale ke Karius dulu, kiper dianggap nggak ada wkwk

0 comments :

Post a Comment