Waktu



Saya dapat insight menarik dari buku yang kemarin saya baca. Begini, mudah bagi kita untuk menangkap bahwa sebuah benda akan mewujud jika punya panjang, lebar, dan tinggi, atau dengan kata lain tiga dimensi. Lemari, gedung, galon air mineral, handphone, itu semuanya punya panjang, lebar, tinggi. Papan tulis dan kertas itu juga ada karena punya tebal, walaupun kecil jika dibandingkan panjang dan lebarnya. Unsur satu dimensi (garis) dan dua dimensi (bangun datar) itu imajiner, tidak ada bendanya di dunia nyata.

Tapi apakah panjang, lebar, tinggi (atau tebal) ini benar cukup untuk membuat sesuatu itu ada? Bagaimana dengan benda yang instantaneous, yaitu benda yang hanya sekejap banget adanya. Sangat sekejap hingga t (waktu) mendekati nol. Ya nggak jadi juga itu benda. Jadi untuk sesuatu benar-benar ada dia tidak hanya butuh panjang, lebar, dan tinggi, dia juga harus punya durasi. Durasi adalah bentuk terbatas dari keabadian, punya awal dan akhir.

Itulah mengapa waktu sering disebut sebagai dimensi ke-4. Dengan menganggap waktu adalah salah satu dimensi seperti halnya panjang, maka mengatakan ada kemacetan dari kilometer 68 sampai 70 sama saja dengan bilang adik sekolah dari jam 7 sampai jam 10. Bergerak 1 meter ke depan satu nafas dengan menua 1 jam. Bedanya waktu tidak bisa mundur, posisi bisa. Semua akan indah pada waktunya setara dengan udaranya pasti sejuk kalau kita sudah sampai di gunung sana. Datang di waktu yang tepat terdengar puitis, tapi sebenarnya sama saja dengan tiba di tempat yang dituju.

Hdyt?


Chandra

0 comments :

Post a Comment