Fails Successfully


Salah satu 'fitur' pada ilmu teknik adalah adanya kegagalan atau failures. Engineer tahu bahwa alat atau sistem yang mereka buat pasti tidak luput dari potensi gagal. Jadi yang mereka lakukan adalah memastikan kegagalan tidak terjadi adalah calculated fail, bukan foolish fail. Diksi kegagalan atau failure lebih banyak dipakai di teknik karena lebih luas maknanya daripada patah, putus, stuck, atau error. Kadang-kadang sampai kebawa nyebut 'gagal' saat dalam mode non-engineer.

Kursi lipat Quechua ini punya kapasitas tertulis max 110 kg. Apakah artinya kursi itu akan patah atau gagal jika dibebani lebih dari itu? Tidak. Pembuatnya pasti memperhitungkan faktor keamanan sehingga kapasitas sebenarnya lebih besar daripada yang dituliskan. Asumsikan kursi itu akan patah jika ditumpangi beban 330 kg, maka kursi tersebut punya safety factor 3. Safety factor dipilih sesuai kebutuannya, kalau mau bisa saja kursi ini dibuat punya safety factor tinggi, tapi dengan begitu material yang dipilih harus lebih tebal dan berat. Ini tidak sesuai karena kursi lipat diharapkan praktis dan ringan. Kalau mau kuat pakai kursi kayu jati tua, dijamin safety factor tinggi.

Sayap pesawat terbang punya load factor hanya 1,5. Artinya jika sayap tersebut dalam operasinya didesain menahan beban maksimal 50 ton (saat turbulensi terparah), materialnya harus kuat menahan beban itu, namun di sisi lain dia juga harus patah jika dikenai beban 75 ton. Hal ini benar-benar ada tesnya ya, sayap sengaja dikenai beban sampai patah untuk mengetahui dimana limit kekuatan strukturnya. Silakan simak video tes Boeing 777 berikut ini.

Boeing 777 Wing Test

Safety factor tidak dibuat tinggi karena struktur pesawat terbang harus ringan. Kalau harusnya patah di 75 ton tapi ternyata baru patah di 150 ton, artinya struktur masih terlalu rigid atau material terlalu tebal. Alterasi akan dilakukan untuk mendapatkan hasil optimal. Rule of thumbnya kira-kira gini, setiap pengurangan berat 100 kg, berarti bisa menambah 1 orang penumpang, penumpang tambah = revenue naik.

Pembuat aplikasi smartphone akan melihat data transaksi yang mungkin terjadi pada aplikasinya, berapa angka puncaknya, dan kapan terjadinya. Dari data itu dia akan melakukan tes untuk memastikan performa aplikasinya aman ketika dilewati beban kerja normal, ini biasa disebut load test. Dalam software development juga ada proses stress test dimana aplikasi secara sengaja ditembak dengan request dalam jumlah sangat besar untuk mengetahui limit dan breaking point-nya.

Kursi lipat, sayap pesawat, dan aplikasi smartphone tadi punya alur berpikir yang sama dalam pengembangannya. Ini yang memudahkan banyak orang pindah dari satu bidang teknik ke bidang teknik yang lain.

Lalu ada istilah over-engineering, yaitu mendesain produk melebihi kebutuhan pengguna misal dengan menghadirkan fitur yang tidak perlu atau material yang terlalu berat, ini bisa mengorbankan efisiensi. Karena produk engineering bagaimanapun merupakan produk komersil, cost adalah bagian penting. Kalau cukup menggunakan alumunium tidak perlu pakai titanium. Kalau server sudah cukup dengan RAM 8GB tidak perlu ditambah jadi 16GB. Penambahan yang tidak perlu hanya akan menaikkan harga jual dan menurunkan daya saing produk. Jadi optimasi is a key.

Jadi engineering bukan hanya soal bagaimana suatu alat bisa bekerja, tapi juga bagaimana alat itu gagal. Kegagalan bukan sesuatu yang tabu untuk dibicarakan, justru analisis mengenai ini selalu dilakukan mendalam. Kita sebagai pengguna juga lebih tenang jika membeli barang yang jelas batasan gagalnya. Pabrikan handphone memberikan info tentang apakah produk handphone-nya water-proof atau hanya splash-proof. Kita tidak akan membawa hp yang hanya tahan cipratan saat berenang.

Narator pada video wing test Boeing 777 di atas: One fifty four, BRAKKK! Whichever way you look at it, the test was a success. See, sayap patah adalah sebuah 'success' dalam tes ini, it fails successfully.

Thanks,
Chandra

0 comments :

Post a Comment