Hidup Gue Baru Dimulai Lagi 2003


'Hidup gue baru dimulai lagi 2003', kata Abdel. 



Abdel Achrian memulai karir sebagai penyiar radio tahun '89. Sambil kuliah di FISIP UI, dia siaran di radio Suara Kejayaan (SK) dan ketemu banyak pegiat komedi seperti Grup Bagito, Mat Solar (Bajaj Bajuri), dan partner abadinya Temon. Kedekatannya dengan Bagito membuatnya direkrut Pak Dedi Gumelar alias Miing untuk menjadi manajer. Saat itu Bagito sedang gede-gedenya, show dimana-mana, dan dapat banyak penghargaan. Tentu seorang manajer juga kecipratan rejekinya. Namun Abdel malah resign.

Abdel resign karena takut ditangkap polisi dan keamanan bandara. Bukan karena dia nyolong atau bawa bom, tapi karena narkoba. Saat itu kalangan entertainer sedang marak terjerat narkotika, Abdel termasuk di dalamnya. Sementara itu Bagito pasti lewat bandara ketika show di luar daerah atau luar negeri. Dia bisa ketahuan kapan saja kalau bawa barang, walaupun cuma sedikit dan untuk pemakaian pribadi. Dia resign supaya bisa kerja di tempat yang nggak perlu pergi-pergi jauh.

Abdel pakai putaw (heroin) dari tahun '95 dan baru bersih di 2000/2001. Berbagai macam pengobatan dan rehabilitasi dia jalani tapi begitu keluar relapse lagi. Kata dia bullshit kalau ada junkies yang bilang udah sembuh karena nggak pakai selama 2 tahun direhab, yaiyalah orang nggak ada barangnya, begitu keluar juga langsung beli lagi karena tahu BD(bandar)-nya dimana. Sembuh itu kalau kamu meninggal dalam keadaan clean, itu sembuh, rehab itu proses seumur hidup.

Selama masa itu kerjaan nggak ada, teman menjauh, duit habis, bahkan divorce. Tapi menurut Abdel ia masih masuk kategori 'beruntung' karena masih hidup. Rata-rata pemakai outputnya cuma dua, kalau nggak meninggal ya masuk penjara. Abdel sembuh setelah dikurung di dalam rumah selama 1,5 tahun oleh orang tuanya. Sakaw-sakaw ditahan karena nggak bisa keluar untuk beli barang, akhirnya lama-lama bersih juga.

Itulah kenapa dia bilang hidupnya baru dimulai lagi tahun 2003. Dia mulai merintis lagi pada usia 33 tahun ketika sudah bersih dari narkoba. Bayangkan beratnya memulai hidup dari nol di usia segitu, ketika teman-teman seumuran sudah banyak yang punya karir bagus dan keluarga yang harmonis. Setelah sembuh Abdel balik lagi ke radio, ketemu lagi dengan Temon, menjadi host Mamah dan Aa, gabung stand-up comedy, dan seterusnya. Dia berkeluarga lagi, nabung lagi, bangun koneksi lagi. 


Kalau ada time traveller dari 2020 datang ke 1996 dan bilang ke orang-orang bahwa Abdel yang sedang pakai narkoba ini bakal jadi host acara religi selama belasan tahun rasanya nggak akan ada yang percaya. Yet it happens. Kini dia juga dipercaya menjadi wakil ketua Paski (Persatuan Seniman Komedi Indonesia) dan dianggap bapaknya anak-anak di antara pegiat-pegiat stand up comedy.

Sekarang Abdel lumayan aktif di YouTube dan punya satu acara berjudul Wawancanda dimana dia ngobrol dengan banyak orang. Kebanyakan dari kalangan entertainer, tapi ada juga ustadz-ustadz sampai politisi. Yang menarik adalah dia juga ngobrol dengan sesama eks-pemakai seperti personel Slank. Karena sama-sama pernah pakai, dari sisi pewawancara maupun yang diwawancara bisa bercerita dengan sangat lepas. Narasumbernya tidak terlihat terintimidasi dan jokes-jokes tentang narkoba yang keluar jadi lucu-lucu banget. 


On top of that tentu pesannya adalah bahwa jangan sekali-sekali mencoba narkoba, narkoba bukan barang buat dicoba. Jangan melihat bahwa Abdel dan Slank bisa tetap sukses setelah sembuh lalu menganggap narkoba tak seberbahaya itu, karena faktanya jauh lebih banyak pemakai yang meninggal atau sakit permanen daripada yang survive sehat walafiat. Belum lagi rusaknya hidup yang disebabkan narkoba. Kalau kata Slank, duit yang mereka habiskan untuk narkoba kalau dikumpulkan bisa kebeli 2 atau 3 rumah di Pondok Indah.

Balikin oh oh balikin, kehidupanku yang seperti dulu lagi...

---

How low can you fall. Mengikuti cerita Cing Abdel ini membuat saya ketika bingung kadang mikir 'apa sih kemungkinan terburuknya, enggak lah kalau sampai harus mereset hidup', lalu maju dan berani mengambil keputusan. Kalau ternyata meleset dan outputnya tidak sesuai harapan ya dikoreksi dan bangun lagi, tapi kan tidak sampai jatuh ke nol. Ini juga membantu saya memaafkan keputusan-keputusan saya di masa lampau yang saya merasa tidak puas. Misal saya mau menyalahkan diri kenapa dulu milih belajar penerbangan yang industrinya nggak terlalu perform. Kenapa nggak ambil IT aja yang lulus langsung bisa freshgrad gaji gede, atau kedokteran yang bonafide, atau masuk STAN lalu lulus langsung kemensultan tanpa repot cari kerja. Dalam skenario lain saat terbersit penyesalan kenapa dulu buru-buru ingin kerja dapat uang, andai fokus belajar mungkin sekarang sedang ambil PhD. Tapi who knows, belum tentu sesimpel itu juga.

Satu keputusan mengantarkan ke pilihan-pilihan berikutnya. Tapi cerita Cing Abdel itu membuat bersyukur dari sisi 'aku nggak perlu sampai harus memulai dari nol kok'. Kemarin mungkin pernah salah belok, tapi alhamdulillah nggak sampai ketemu jalan buntu, cuma agak muter aja. 

Saya percaya kita semua akan ketemu momen '2003'-nya masing-masing, InsyaAllah. Mungkin sudah terjadi tujuh tahun lalu, empat tahun lalu, tahun ini, tahun depan, atau tiga tahun lagi, tapi eventually ketemu. Cing Abdel lebih berat karena di 2003 itu dia baru mulai jalan lagi pelan-pelan, sementara kita yang beruntung tidak sejatuh itu cuma perlu get our sh#t together, naik gigi, dan pindah dari jalur lambat ke jalur cepat. 

Ada beda antara ngasih tahu dan menginsipirasi. Abdel Achrian tidak secara eksplisit ngasih tahu kiat sukses dan cara bangkit dari titik terendah harus dengan begini begitu, tapi dengan karya yang dia buat audience bisa memetik sendiri buah apa yang cocok untuk mereka. Buat saya ini menginspirasi.

Tentu tak lupa jasa lain Cing Abdel adalah memperkenalkan Bubur Ayam Palapa, bubur terenal sedunia fana, no debat!

Thanks,
Chandra

0 comments :

Post a Comment