Pace


Lari 2,4 kilo ini walaupun jarak pendek tapi saya rasa layak dirayakan karena akhirnya bisa balik ke pace TPB. Saat itu belum tahu pace, heart rate, dan teori lari lain yang banyak disebut sekarang ini. Tahunya hanya ngejar di bawah 14 menit untuk muter 6x lapangan saraga biar dapat A di mata kuliah olahraga. Dulu masih bisa dapat di bawah 13 menit karena berat badan masih sekitar 55 dan umur juga baru 18. Setelah serangkaian tahun minim olahraga dan sedentary lafestyle, berat badan naik dan olahraga jadi terasa berat, jadi good to be back ke arah yang lebih sehat.



Saya bersyukur ini bisa dibilang minggu yang baik. Setelah pada senin sore untuk pertama kalinya berhasil lari 10k dan ada di pace 7:00, jumatnya nyoba lari 2.4k sudah dapat pace 5:42. Padahal akhir Mei kemarin lari 5k masih di pace 7 lebih. Progres angkanya menyenangkan dilihat, tapi efek yang dirasakan di badan lebih enak lagi: pegel-pegel berkurang, lebih seger, dan mentally lebih kuat ngepush dalam banyak hal. Nggak bisa dipungkiri progres ini didukung udara yang bersih, kelembaban yang rendah, dan temperatur bersahabat. Adanya jalur yang mulus dan taman yang bisa diakses juga sebuah privilege. Makanya dengan segala advantage itu kalau masih malas olahraga memang kebangetan. 



Saya nonton beberapa video tentang lari di YouTube dan ternyata olahraga ini bisa sangat keren ya. Saya baru tahu kalau untuk lari jarak jauh itu ada strateginya. Dulu saya pikir lari ya lari aja, nggak perlu dihitung waktunya, cukup bermodal sepatu biar nggak lecet kakinya. Tapi setelah dengar teori-teori yang banyak itu lari jadi terdengar seperti balapan, hanya saja kendaraannya tubuh dan kaki kita. Saya akhirnya memutuskan beli garmin seken di marktplaats supaya tahu data-data lebih akurat.

Demam lari can't come at a better time. Pas umur masuk 30 pas tiba-tiba semua orang lari dan ngepost strava. Mungkin selain harta yang diinfakkan dan ilmu yang diajarkan, strava yang dibagikan juga adalah sesuatu yang boleh di-hasad-i. Tiba-tiba pelari jadi seleb, diundang di berbagai podcast untuk bicara soal lari. Tiba-tiba event lari ada dimana-mana mulai dari fun run 5k event ulang tahun kabupaten sampai marathon dan ultra marathon skala internasional. Tiba-tiba sepatu yang didesain khusus untuk lari dari berbagai merk naik daun dan laku keras padahal harganya lumayan mahal. Kalau dengan trigger seperti ini tidak juga bisa memacu untuk hidup lebih sehat, lalu trigger apa lagi yang bisa? 

Olahraga lari menemukan tipping point-nya.

Salam,
Chandra

0 comments :

Post a Comment