Ridwan Kamil




Saat ramai-ramai aksi menentang pengesahan UU Ciptaker kemarin, sejauh penglihatan saya Ridwan Kamil adalah gubernur yang pertama menemui peserta aksi dan bersuara menyatakan diri berpihak pada pihak pekerja/buruh/mahasiswa. Ada yang mengapresiasi tindakan tersebut, namun tidak sedikit pula yang mengatakan RK hanya cari panggung, colongan kampanye untuk 2024. Good gesture, questionable motives katanya.

Hanya Ridwan Kamil dan orang-orang terdekatnya yang tahu motif sebenarnya. Sama seperti ketika beliau mengajukan diri menjadi volunteer untuk ujicoba vaksin Covid-19. Ada yang nyinyir bahwa itu tipu-tipu dan RK tidak benar-benar divaksin, sampai-sampai harus di-debunk oleh Ridwan Kamil sendiri lewat instagram beliau. Not sure if it is a campaign, but it works. 

Pilpres 2024 masih lama dan banyak plot twist masih bisa terjadi. Tapi andaikata pemilu diadakan tahun ini (dan tidak ada pandemi), saya akan pilih Ridwan Kamil. Bahkan kalau apa yang terjadi beberapa waktu terakhir dinihilkan, saya sudah punya cukup alasan untuk memilih beliau.

Throwback ke tahun 2013. Ridwan Kamil terpilih menjadi Walikota Bandung setelah mengantongi lebih dari 45% suara. Angka yang menakjubkan dan langka mengingat saat itu ada 8 pasangan calon, iya delapan, empat berpartai empat independen. Peringkat kedua dan ketiga hanya mendapat 17 dan 15 persen suara. Edan.

Yah siapa yang nggak silau dengan CV Ridwan Kamil waktu itu. Tergolong angkatan muda, track record bersih, nonpartisan, golongan profesional, dan yang paling penting orang bandung aseli. Angin segar untuk Bandung setelah pemimpin sebelumnya terjerat kasus korupsi.

Tahun 2013 itu pula saya menginjakkan kaki di Bandung untuk kuliah. Waktu daftar ulang ITB di Bulan Mei, spanduk cawalkot ada dimana dimana, Agustusnya ketika masuk kuliah Ridwan Kamil sudah jadi calon walikota terpilih. Saya yang baru datang sekalipun merasakan optimisme yang tumbuh di tengah masyarakat Bandung bahwa kota ini bisa maju. Apalagi di jagad dunia maya, barudak bandung merasa punya walikota yang bisa dipamerkan pada teman-teman dari kota lainnya. 

Agak jarang di jaman itu ada pejabat yang aktif di sosial media, padahal itu cara mudah dan murah untuk dekat dengan rakyat. Ada pimpinan daerah yang trending karena keberhasilannya memajukan wilayahnya. Tapi RK sudah jadi sensasi bahkan sejak hari pertama menjabat, sebelum benar-benar melakukan apapun untuk kotanya.

Saya masih ingat hal-hal yang awal dilakukan ketika mulai menjabat adalah memerintahkan seluruh pejabat Kota Bandung untuk aktif di twitter. Waktu itu twitter adalah sosial media terbesar dan banyak akun-akun macam JogjaUpdate, InfoBandung, dll yang menjadi tempat masyarakat sambat termasuk soal problematika kota. Di Bandung orang yang berwenang disuruh turun gunung memantau keadaan di sosial media. 

Selain itu, mudah ditebak bahwa Ridwan Kamil akan membangun dan mempercantik infrastruktur fisik kota sesuai latar belakang akademiknya, arsitektur dan urban planning. Disebut membangun saja tidak cukup karena faktanya fasilitas yang dibangun selalu memperhatikan estetika. Salah satu karya paling mahsyur ketika itu: Taman Jomblo.

Taman Jomblo | Tribun


Zebra cross Bandung | Merdeka.com


Dalam beberapa bulan muncul taman-taman baru di Bandung. Tanah kosong di tengah kota didandani, kolong jembatan layang dan bantaran sungai disulap jadi tempat bermain. Mural dan seni jalanan difasilitasi untuk menghasilkan karya yang bagus dan rapi. Slogan Bandung Creative City terus didengungkan. Anak-anak muda digerakkan untuk berkreasi, bahkan dibuatkan gedung sendiri yang dinamai Bandung Creative Hub.

Mobilisasi anak muda paling masif tentu ketika peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika. Ribuan anak muda menjadi volunteer tanpa dibayar. Saya adalah satu diantaranya, rasanya senang sekali mendapat kesempatan berkontribusi untuk Kota Bandung dan bekerja di bawah kendali Ridwan Kamil.

Volunteer gathering Peringatan 60 tahun KAA | Svaradiva.id

Setelah proyek-proyek kreatif, infrastruktur fungsional mulai dikebut seperti perbaikan gorong-gorong, trotoar, jalan, dan jembatan layang. Infrastruktur yang flop tentu juga ada, misalnya Teras Cihampelas yang hangat hangat tai ayam, hanya rame di awal. Tapi jumlah yang gagal ini minor kalau dibandingkan dengan keseluruhan pembangunan. Overall Bandung tetap sebuah kota yang rapi dan nyaman, kota dimana saya bisa mengerjakan soal mekanika fluida di sebuah taman.

Taman Musik, pernah garap tugas disini | Phinemo.com

Ridwan Kamil mengakhiri masa jabatan sebagai Walikota Bandung pada 2018 tanpa meninggalkan record berbau dugaan korupsi atau semacamnya. Kalau dibilang kecolongan mungkin dalam hal pembangunan yang tetap berjalan di kawasan Bandung utara. Tapi ini pun tidak benar-benar dalam kontrolnya karena kawasan itu bukan hanya meliputi wilayah administrasi Kota Bandung saja tapi juga Kabupaten Bandung Barat.

Saat terpilih menjadi gubernur Jawa Barat saya sudah tidak terlalu merasakan influencenya seperti ketika menjadi walikota. Lagipula saya pindah dari Bandung tahun 2019. Tapi melihat keberhasilannya mengalahkan duo Dedi dan pasangan Asyik (bandwagon Prabowo-Sandi dan Anies Baswedan dengan pendukung super militan) rasanya bisa disimpulkan kalau masyarakat tetap percaya pada RK.

Apa yang saya rasakan ketika tinggal di Bandung plus beberapa sentimen lain seperti kesamaan almamater menjadikan saya punya penilaian yang tinggi pada seorang Ridwan Kamil. Andai saya masih sekolah, beliau adalah orang yang saya harapkan hadir menjadi pembina upacara di hari senin pagi.

0 comments :

Post a Comment