Antara Noe Letto dan Ust Hanan Attaki



Kalau ada orang yang nyaman bekerja atau berpikir sambil dengerin musik, aku bukan termasuk salah satunya. Sedikit aja ada musik, apapun musiknya, siapa penyanyinya, dan apa bahasanya, konsentrasi langsung buyar. Kecuali di pekerjaan yang sifatnya rutin dan gak butuh mikir, musik membantu jadi lebih cekatan, efisien, dan kerjaan jadi cepet beres.

Tapi soal mengganggu konsentrasi, lain musik lain ceramah. Musik iya, tapi ternyata kalau cuma orang ngomong enggak. Jadi sehari-hari, memanfaatkan multidesktop-nya Windows 10 selalu buka minimal 4 desktop : 2 untuk kerja, 1 buka browser (di dalamnya ada buka YouTube), dan 1 chat (WA, telegram, dll). Tinggal geser-geser ctrl + windows + kanan/kiri, sangat simpel, cepet buat geser ke desktop kerjaan kalau tiba-tiba atasan lewat wkwkw.

Diantara pembicara yang speechnya paling sering kubuka ada 2 : Noe Letto dan Ust. Hanan Attaki.

Mencari perbedaan diantara dua orang ini lebih mudah daripada persamaannya. Noe alias Sabrang adalah putra dari Emha Ainun Najib (Cak Nun). Lahir di Yogyakarta, Noe menempuh pendidikan tinggi di Alberta, Kanada di bidang Fisika dan Matematika sekaligus. Sepulang dari Kanada, Noe malah berkarier di bidang musik bersama bandnya, Letto. Sekarang selain bermusik dia juga sering mengisi acara maiyah dan forum diskusi semacamnya.

Sedangkan Ust. Hanan Attaki adalah putra kelahiran Aceh yang menempuh pendidikan di Kairo, Mesir pada bidang Tafsir Al-Quran. Sekembalinya ke Indonesia beliau aktif menjadi penceramah dan mengembangkan komunitasnya yang kebanyakan berkaitan dengan anak muda. Setidaknya itu sih yang kutahu.

Tapi kesamaan diantara keduanya adalah : bicaranya ringan enak didengar. Maksudnya dari segi cara bicara, intonasi, dan pemilihan katanya friendly. Yang lebih penting dari itu, dalam menyampaikan gagasan, informasi, dan nasehat, jarang sekali ada kata-kata atau kalimat yang arahnya 'menyalahkan', jauh lebih banyak yang membangun.

Maybe some of you know me sebagai orang yang kurang suka disalahkan hehehe.

Banyak pembicara yang sebenarnya bagus penyampaiannya, diselingi humor agar tidak menjemukan, mengambil contoh faktual sehari-hari, dan interaktif, tapi kurang ramah. Ada beberapa kalimat yang arahnya menyalahkan pendapat pihak lain.

Ada dua cara untuk mengajak orang setuju pada satu argumen. Pertama adalah dengan mengemukakan kelebihan dari argumen itu. Lalu yang kedua menyerang argumen yang berseberangan dengan itu. Apa yang dilakukan both of Noe Letto dan Ust. Hanan Attaki adalah yang pertama. Mereka menyampaikan suatu hal dan membiarkan audience untuk mencernanya sesuai kondisi masing-masing.

Noe sangat masuk dengan konsep forum-forum dimana ia berbicara. Yaitu forum yang sifatnya sinau bareng nek iso pinter bareng-bareng. Kesempatan terbuka lebar untuk orang-orang menyampaikan pandangannya dan mbat-mbatan (sharing) soal argumen yang disampaikan.

Noe masih terpengaruh gaya bicara Cak Nun yang sifatnya merangkul dan menenangkan. Tapi karena lama belajar ilmu eksak, bumbu-bumbu sains sering terasa dalam bicaranya.

Saat ini satuan yang dianggap terkecil adalah Planck Constant (6.62E-34) dan yang terbesar adalah observable universe. Ternyata diantara itu titik tengahnya ada pada ukuran manusia. Mungkin ini berhubungan dengan tujuan diciptakannya manusia sebagai khalifah karena kita punya jarak pandang yang sama baik ke atas maupun ke bawah. 
Ust Hanan Attaki seperti yang kita tahu punya motto "banyak maen, banyak manfaat, banyak pahala, sedikit dosa". Sebagai penceramah beliau masuk ke pasar anak muda. Pasar yang jumlahnya sangat besar dan potensial namun sedikit penceramahnya. Banyak contohnya beliau menggunakan istilah anak muda seperti "follow", "ngepost", "ngetrick", dll. Kisah-kisah sahabat menjadi terdengar kekinian kalau beliau yang bicara.

Mau itu video pendek 1-5 menit ataupun video panjang sampai 1.5 jam, kalau dua orang ini yang bicara rasanya nggak membosankan. Selera bisa berubah, tapi untuk saat ini yang paling sering diputer ya beliau-beliau ini. Kalau lagi butuh info-info baru soal dunia sains, wawasan ilmiah, perenungan filosofis, dan guyonan merakyat kusearch Sabrang Mowo Damar Panuluh. Kalau lagi butuh siraman rohani atau lagi ada masalah yang menggalaukan yang dicari Ust Hanan Attaki. Gantian aja antara dua orang ini.

Untuk menyampaikan kebenaran, yang pertama harus dilakukan adalah menjadikan diri kita diterima oleh orang lain. Jika memang kita cukup yakin bahwa apa yang kita bawa adalah kebenaran, bukalah hati orang di sekitar kita sehingga apa yang kita sampaikan berterima.

Membedakan antara benar dan salah itu satu hal. Menjelaskan kenapa sesuatu salah adalah hal lain. Tapi yang paling sulit adalah menunjukkan kesalahan tanpa menyalahkan.

Salam,
Chandra

0 comments :

Post a Comment