Angkot Cireundeu


"A New Yorker who does not take the subway is not a New Yorker you can trust" - Mozzie (White Collar)

Saya pikir statement ini ada benarnya. Orang (Jakarta - mass transport sudah banyak) kalau sudah survive dengan transportasi umum, tak anggap sudah satu langkah di depan.


Pertama, transportasi umum didesain untuk digunakan bersama-sama. Pengguna harus mau berbagi tempat dengan orang yang tidak dikenal. Dalam kondisi tertentu malah sampai berdesak-desakan yang artinya ada physical demand juga disana. Orang yang transportasi umum sudah masuk dalam muscle memory-nya bisa diharapkan mampu mengendalikan ego, risilien, dan peduli pada orang lain. Asik orang yang begitu.

Kedua, kognitif pun dipakai dalam menggunakan transportasi umum. Stasiun MRTJ dan KRL punya beberapa pintu masuk dan keluar. Ada proses disitu untuk menentukan pintu dan jalan mana yang paling efisien. Ini juga berlaku dalam optimasi rute, misal mau pergi dari titik A ke B, ada banyak kombinasi moda transportasi dan stasiun/halte yang tersedia. Paham rute dan integrasi transportasi umum itu sangat membantu. Syukur-syukur kalau tahu utara selatan timur barat, enak banget itu kalau mau janjian.


Ketiga, melatih kesabaran dan membiasakan bersiap. Kita sebagai pengguna transportasi umum tidak punya kendali penuh pada jadwal dan durasi perjalanan. Kalau sedang macet atau gangguan bisa jadi perjalanan akan lebih lama. Dalam hal ini pengguna mesti bisa bersabar sekaligus bersiap karena sebagian keterlambatan itu unexpected. Kalau sudah bisa menjalaninya tanpa rewel, good.

Keempat, transportasi umum adalah marshmallow test dan delayed gratification bagi orang dewasa. Bayangkan jika ada orang yang punya sopir dan sedan mewah, bisa diantar dari pintu rumah sampai lobby gedung, tapi memilih untuk naik kereta, golden mentality.


Saya nggak bilang bahwa setiap orang harus naik angkutan umum setiap waktu. Apalagi kalau ada faktor seperti sakit, hamil atau punya anak kecil, lansia, cuaca tidak bersahabat, atau opsi transportasi umum memang tidak tersedia. Tapi orang yang bisa naik transportasi umum punya satu poin plus di mata saya. Orang bilang kalau mau tahu watak asli seseorang, kasih dia kekuasaan. Tak tambahin deh, cek seberapa sering dia pakai transportasi umum.

Wakil rakyat Jakarta harus pernah naik KRL jam berangkat/pulang kerja. Wakil rakyat Tangsel harus survive angkot Lebak Bulus - Parung via Cireundeu.




Thanks,
Chandra

0 comments :

Post a Comment