Dari bulan lalu saya sudah melihat dan mendengar orang batuk-batuk di tempat umum jadi saya sadar ada potensi badan saya kemasukan virus. Seiring suhu yang terus mendingin, hari yang memendek, dan minimnya cahaya matahari akhirnya imun saya menyerah juga. Sejak 1 Desember kemarin saya mulai batuk dan sedikit serak. Beda dengan di Indonesia, sakit di sini sulit diprediksi mungkin karena varian virusnya berbeda dengan yang biasa dihadapi di Indonesia. Saya nggak tahu timeline sakitnya seperti apa, kapan akan mulai radang, kapan radangnya kempes, kapan pilek, dan berapa lama berhenti. Bisa saat akan tidur baik-baik saja paginya sakit tenggorokan. Atau sebaliknya malamnya masih sulit tidur tapi paginya segar. Jadi yang bisa dilakukan ya menjalani saja sambil makan bergizi dan minum suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Tapi di sisi lain puncak sakitnya tidak separah flu di Indonesia. Alhamdulillah tidak ada hari di mana saya harus bedrest. Saya masih bisa beraktivitas seperti biasa hanya saja sambil batuk-batuk dan serak ketika bicara. Tapi tidak ada demam tinggi, tidak ada meriang parah, dan tidak ada radang yang sangat merah. Jadi grafiknya landai tapi memanjang. Saya sampai bosan batuk dan mengeluarkan dahak karena sudah sampai dua minggu begitu terus, sampai akhirnya batuknya berkurang tapi kemudian muncul radang tenggorokan. Radangnya segera sembuh tapi kemudian disambung pilek yang lagi-lagi tidak habis-habis. Saya sampai heran dari mana datangnya mucus sebanyak itu. Baru hari ini di hari ke 22 saya merasa bangun tidur dengan hidung dan tenggorokan yang lega.
Saya tidak ke dokter karena menurut orang-orang tidak worth it untuk ke dokter kalau sakitnya masih bisa ditangani sendiri. Dokter di sini terkenal hobi meresepkan paracetamol dan menyuruh istirahat sampai sembuh. There's no such thing like antibiotik atau obat-obat anti radang yang biasa diresepkan di Indonesia. Paracetamol bisa saya dapat off the counter dari swalayan jadi nggak perlu ke dokter dulu. Tolak Angin, jamu kesayangan masyarakat dunia, sudah diekspor ke sini dan dijual di toko-toko Asia.
Sementara obat lain-lainnya kemarin sudah diam-diam dibawa dari Indonesia seperti imboost, diatabs, methyl prednisolone, dan asam mefenamat. Yah obat-obat itu bisa dibeli dari apotek mana saja di Indonesia tanpa resep. Matter of fact kami bawa cukup banyak selain untuk persediaan juga untuk dibagi ke teman. Kami punya 'utang' mefenamat karena kemarin kehabisan saat butuh dan akhirnya minta ke tetangga sesama orang Indonesia. Obat jadi barang mewah bukan karena harganya tapi karena susah dapatnya.
Banyak teman bersaksi, termasuk yang berkeluarga dengan Dutchies, bahwa flu Belanda ini biasa buat orang lokal dan bagi mereka sakitnya hanya 3 hari sampai seminggu. Tapi bagi pendatang terutama yang dari negara hangat berjangkitnya bisa lama. Seolah-olah sistem imunnya bingung berhadapan dengan benda asing yang puluhan tahun belum pernah ditemui. Saya bahkan kadang merasa selama beberapa hari tidak ada perubahan, tidak tambah parah tapi juga tidak membaik. Seperti antara imun dan virusnya terjadi standstill, masing-masing bertahan di garis pertahanannya masing-masing tanpa ada yang bergerak.
Seasonal stress juga sesuatu yang ternyata lebih besar dari dugaan saya. Dulu saya pikir bagian terberat dari musim dingin adalah suhunya. Tapi ternyata hari yang pendek, matahari yang jarang terlihat, dan aktivitas masyarakat yang slowing down mendatangkan potensi stres yang besar. Orang yang terbiasa dan nyaman dengan keramaian mungkin akan merasa tertekan melihat jalanan dan kota yang sepi di musim dingin. Orang Eropa utara memang tidak terlalu outdoorsy di musim dingin, mereka lebih suka menghabiskan waktu di dalam ruangan berpenghangat. Orang dari negara tropis juga punya problem tersendiri dengan kurangnya cahaya matahari di musim dingin. Banyak orang kekurangan vitamin D sehingga suplemen vitamin D adalah barang wajib punya.
Stay healthy everyone dimanapun Anda berada. Kalau kata Ade Rai sehat itu tidak tampak menarik selagi kita masih punya, baru menarik ketika sedang sakit. Semoga sehat selalu, sehingga badan dan pikiran berada dalam tingkat efisiensi tertingginya. Aamiin.
Chandra
0 comments:
Post a Comment