Mr Klopp



Jordan Henderson adalah kapten sekaligus satu diantara dua tarting line-up Liverpool pada final Liga Champions 2019 kemarin yang sudah bermain untuk tim utama Liverpool sebelum kedatangan Jurgen Klopp sang pelatih. Satu pemain lagi adalah Roberto Firmino. Sementara yang lainnya adalah pemain yang didatangkan selama masa Klopp dan sebagian lagi dipromosikan dari tim junior.

Ketika Klopp datang ke Liverpool pada Oktober 2015, dia mengatakan kata-kata ini



Dan Klopp memenuhi janjinya dengan membawa Liverpool memenangi laga melawan Spurs malam itu. Gelar UCL ke-6 Liverpool setelah yang terakhir diraih tahun 2005 di era Steven Gerrard menjadi kapten. Gelar yang menjadi pembuktian bahwa rencana jangka panjang Klopp berjalan sebagaimana mestinya dan kesabaran fans Liverpool menunggu tim ini stabil tidak sia-sia.

Liverpool pernah hampir juara ketika diperkuat Fernando Torres, kemudian Luis Suarez, keduanya sebagai penyerang membuat LFC sangat tajam di depan. Tapi tim ini belum pernah benar-benar stabil dalam 10 tahun terakhir. Masalahnya adalah kualitas pemain bertahan yang kurang serta perginya pemain terbaik kedua setelah tim ini gagal juara, sebut saja Sterling dan Coutinho.

Klopp datang tidak untuk langsung menyulap tim ini jadi tim yang capable untuk juara. Liverpool bukan tim ultra-kaya yang bisa semena-mena mengeluarkan uang untuk pemain 'jadi'. Klopp datang dengan misinya untuk membangun tim ini sedikit demi sedikit. Tapi kejelian tim scouting dan analisis statistik rumit membuat persentase transfer gagal bisa ditekan.

Saking terstrukturnya rencana rebuild Liverpool, perkembangan squadnya berpola setiap tahunnya.

2016 - Balanced
Klopp datang saat lini depan Liverpool diisi oleh Benteke dan Firmino. Namun Firmino juga baru bergabung dua bulan lebih awal. Maka yang dilakukan Klopp adalah mencari pemain depan yang cocok dengan strateginya: tidak perlu besar, yang penting cepat dan lincah. Klopp memboyong Sadio Mane dari Southampton sehingga di bisa disusun trisula Mane - Firmino - Coutinho.

Klopp juga membeli pemain bertahan yaitu Klavan (bek) dan Karius (kiper) serta pemain tengah Wijnaldum dan Grujic. Klavan dan Karius mampu mengisi kekosongan di pertahanan Liverpool meskipun pada akhirnya harus tergeser setelah datang pemain yang lebih reliable. Sementara itu Wijnaldum dan Grujic beda nasib. Wijnaldum bermain di UCL 2019 sedangkan Grujic dijual.

Tahun 2016 kebijakan transfer Liverpool balance. Klopp ingin menaikkan taraf permainan Liverpool secara menyeluruh.

2017 - Attack
Tahun berikutnya tampak jelas bahwa Klopp ingin mempertajam lini serang Liverpool dengan membeli winger Mohammed Salah dan attacking midfielder Chamberlain. Salah tak terbantahkan adalah salah satu pemain terbaik Liverpool dalam 10 tahun terakhir. Dia menjadi top skorer sekaligus pemain terbaik liga Inggris 2017-2018. Pembelian yang sangat brilian. Sementara itu Klopp juga mempromosikan Origi dan mempertahankan Sturridge sehingga pilihan di lini depan Liverpool sangat melimpah.

Tanpa mengeluarkan banyak uang, Liverpool beruntung bisa memperkuat lini belakangnya juga tahun itu. Alexander-Arnold muncul dari tim junior sehingga tidak perlu ada dana keluar, sementara Robertson dibeli murah dari Hull yang terdegradasi. Arnold dan Robertson jadi duet full-back paling sukses di Inggris bahkan Eropa musim ini.

Alexander-Arnold (kiri) dan Robertson (kanan)

2018 - Defence
Selanjutnya Klopp fokus pada pertahanan yang belum semewah lini depan. Uang hasil penjualan Coutinho ke Barca langsung dibelanjakan untuk dua pemain bertahan fenomenal Virgil van Dijk (bek) dan Alisson Becker (kiper). Van Dijk disebut-sebut sebagai calon pemain terbaik dunia. Sementara Alisson adalah penjaga gawang terbaik liga Inggris musim ini.

Virgil van Dijk dan Alisson Becker

Fabinho dan Keita di lini tengah menjadi tambahan kekuatan dalam bertahan. Sementara sebagai sampingan Liverpool mendatangkan Shaqiri dengan harga murah dari Stoke yang terdegradasi. Tahun 2018 tidak ada lagi ketimpangan antara lini depan dan belakang Liverpool. Tim ini siap untuk level permainan yang lebih tinggi.

Liverpool sebelum Klopp

Liverpool setelah Klopp

Kebijakan transfer Liverpool disebut dengan istilah Moneyball, yaitu transfer yang berdasarkan statistik dan data, bukan hanya isu-isu media. Keputusan apakah pemain layak dibeli atau tidak tergantung pada performanya. Jika memang berkualitas tinggi, Liverpool tidak segan membayar mahal untuk pemain bertahan sekalipun, ambil contoh van Dijk dan Alisson.

Pembelian Salah yang pernah gagal di Premier League bersama Chelsea, promosi pemain muda Arnold, serta tikungan maut untuk mendapatkan Fabinho dari sergapan Man United juga hasil dari scouting yang brilian. Tidak ketinggalan Robertson dan Shaqiri dibeli dengan harga murah dari tim yang terdegradasi.

Firmino, Milned, Mane dan Salah (sujud)

Perencanaan matang dan eksekusi yang konsisten telah membawa Liverpool naik kelas dari tim yang kesulitas masuk empat besar liga Inggris menjadi salah satu yang terbaik di Eropa. Sungguh sekarang ini sedang berada dalam fase bangga-bangganya menjadi fans si Merah.

0 comments :

Post a Comment