Film Review : King Kenny Documentary


Judul : Kenny
Tahun : 2017
Sutradara : Steward Sugg
Cast : himself!


Kenneth Mathieson Dalglish a.k.a Kenny Dalglish adalah pemain paling penting Liverpool pada era keemasan di dekade 80an. Periode tahun 1978 sampai 1990 Liverpool memenangkan 8 gelar Liga Inggris, 3 European Cup, 2 FA Cup, 4 League Cup, 5 Charity Shield, dan 1 UEFA Super Cup. Sayang, terakhir Liverpool juara Liga Inggris adalah tahun 1990, dengan Kenny Dalglish sebagai pelatih dimana musim itu juga menjadi musim terakhirnya.

Kenny Dalglish juga menjadi saksi terjadinya dua tragedi besar dalam sepakbola yaitu peristiwa Heysel dan Hillsborough. Tragedi Heysel (di Belgia) terjadi pada final European Cup 1985 antara Liverpool melawan Juventus. Hal buruknya bukan Liverpool kalah 1-0 oleh penalti Platini tapi karena ada 39 orang kehilangan nyawanya di stadion itu. Liverpool dilarang bermain di Eropa selama beberapa tahun setelahnya.

Tragedi Hillsborough terjadi sekitar 4 tahun setelahnya di Sheffield, Inggris pada pertandingan semifinal FA Cup 1989 antara Liverpool melawan Nottingham Forest. Pada peristiwa itu total 96 nyawa melayang. Sampai saat ini peristiwa ini terus diperingati tiap tahun dan untuk mengenang jasa suporter yang meninggal pada jersey Liverpool disematkan angka 96. Sampai saat ini penyelesaian kasus ini belum juga tuntas.

Prestasi dan tragedi adalah dua sisi yang di-highlight oleh film Kenny (2017, IMDb 7.3/10) garapan Steward Sugg. Film ini bercerita tentang karier Kenny Dalglish sebagai pemain, pemain merangkap pelatih, dan pelatih. Pada tahun 1985 sehari setelah tragedi Heysel Dalglish ditunjuk menggantikan Joe Fagan sebagai pelatih. Saat itu kontraknya sebagai pemain masih berjalan. Alhasil dia menjadi pelatih tim sekaligus pemain di lapangan - dan menyumbangkan banyak gelar hingga musim 1989-1990. A king for a reason.

Sejak bergabung dengan Liverpool pada 1977 Kenny Dalglish langsung menjadi pemain penting. Dia disebut oleh rekan setimnya kala itu sebagai pemain yang jenius. Barnes dan Ian Rush adalah partner sekaligus junior yang banyak muncul pada film ini menyampaikan pujiannya. Oh ya, film Kenny lebih seperti dokumenter ya, bukan biografi dimana Dalglish diperankan oleh orang lain lalu diskenariokan mengulangi kejadian-kejadian lampau. Bagi orang yang tidak mengikuti Liverpool selama ini mungkin akan merasa bosan menontonnya, tapi bagi Kopites (sebutan untuk fans Liverpool) film ini sangat menggugah. Meski begitu, banyak spirit soal semangat, pengorbanan, dan kebangkitan yang bisa menjadi pelajaran bagi semua orang.

On the field

Dalglish bercerita di film ini soal detail-detail peristiwa yang selama ini tidak ditulis oleh media. Itulah sebabnya film ini sangat layak tonton. Dikombinasikan dengan footage-footage dari masa lampau, film memberikan gambaran jelas, menarik, dan mendebarkan tentang masa kejayaan Liverpool.

Biografi adalah salah satu genre film favorit saya. Tapi film ini berbeda dari yang lainnya karena selain berasal dari kisah nyata, tokohnya sendiri yang menuturkan dan tampil. Rasanya tidak banyak film seperti ini. 

Biasanya yang menarik dari film biografi adalah di akhir film ada penjelasan mengenai orang yang diceritakan, misalnya 

"Ini adalah foto Ginsberg ketika ditemukan (sambil menampilkan foto) . . . 12 tahun kemudian Ginsberg kembali ke sungai di Hutan Amazon yang nyaris merenggut nyawanya", film Jungle (2017)

Ngerti lah ya maksudnya, banyak film memberikan penjelasan seperti ini di akhir sebagai penutup. Tapi film Kenny sudah soal Kenny itu sendiri, apa yang ditampilkan adalah literally apa yang terjadi, jadi tidak penting memberikan catatan seperti itu. 

However, kekuatan film ini tetap ada peda endingnya. Bukan penjelasan melainkan rangkaian footage dan foto yang disusun untuk meringkas karier dan jasa seorang Kenny Dalglish bagi Liverpool yang panjang itu. Tentu dengan diiringi lagu kebanggan You'll Never Walk Alone. One of the best movie ending!!

Welcome...

Oktober 2017 Liverpool memberikan penghargaan kepada King Kenny dengan menamai salah satu sisi stadion Anfield dengan nama "Kenny Dalglish Stand". What an accomplishment...

Kenny Dalglish Stand

All round the field of Anfield Road
Where once we watch the King Kenny play
Stevie Heighway on the wing
We have dreams and songs to sing
'Bout the glory round the field of Anfield Road





Belanja Online : Yes or No ?


Saya lupa baca dimana, tapi ada yang bilang kegagapan belanja online di Indonesia saat ini sudah jauh menurun dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Kabar gembira. Menurut saya e-commerce akan berkembang tahun-tahun ke depan. Kenapa ? karena motif ekonomi. Orang ingin mendapat barang sebagus mungkin dengan harga tertentu atau mendapat harga terendah untuk kualitas barang tertentu. Gampangnya, secara umum belanja online lebih murah. Itu alasan paling simpel dan masuk ke semua orang.

Tanpa promo dan program sale pun, harga-harga barang yang dijual di internet biasanya dibawah harga pasaran. Alasannya karena biaya operasional yang harus dikeluarkan penjual lebih sedikit. Penjual tidak harus punya/sewa kios, tidak perlu banyak pegawai, dan untuk skala tertentu tidak ada pajak sama sekali. Nggak tahu ya kalau nanti pemerintah mengenakan pajak untuk e-commerce...

Tapi memang belanja online punya kelemahan yaitu rentan penipuan. Tidak adanya tatap muka antara penjual dan pembeli serta terbatasnya akses pembeli untuk mengecek barang membuka peluang oknum-oknum nakal untuk bermain. Mungkin orang-orang yang masih ragu belanja online itu sebagian besar sebabnya karena pernah kena tipu.

Atas dasar pemahaman itu saya coba untuk sejujur mungkin selama 6 bulan terakhir berjualan online. Alhamdulillah belum ada keluhan karena faktor barang tidak sesuai atau semacamnya. Bahwa pernah ada barang rusak di tangan kurir ekspedisi itu iya, tapi itupun bisa diselesaikan baik-baik.

Sebagai orang yang sudah merasakan manfaat e-commerce saya mau memberikan beberapa info untuk kawan-kawan yang masih khawatir belanja online.

Pertama, ada banyak marketplace di Indonesia (lebih banyak lagi kalau memasukkan yang skala internasional seperti eBay dan Aliexpress). Kalau yang populer di Indonesia diantaranya Tokopedia, Shopee, Bukalapak, OLX, Lazada, dll. Sebaiknya memang kita tahu karakteristik masing-masing marketplace itu. Misalnya Tokopedia saat ini masih menjadi pasar paling ramai jadi kemungkinan varian barang yang dijual disana lebih lengkap. Tapi Shopee punya lebih banyak promo gratis ongkir kalau ingin lebih hemat. Lain kasus kalau ingin cari barang second misal motor bekas lebih cocok buka OLX. Info-info seperti ini bisa diketahui dari forum-forum di internet atau merasakan sendiri dengan berbelanja disana. Silakaaan..

Kedua, tentang oknum pedagang tidak jujur. Di setiap marketplace pasti ada penjual yang memanfaatkan lubang nir tatap muka tadi untuk berbuat jahat. Tapi percayalah itu hanya oknum, lebih banyak penjual yang jujur. Jangan sampai karena satu pengalaman buruk belanja di salah satu marketplace lalu membenci semua penjual di marketplace itu (saya pernah ketemu kasus begini). Saya punya beberapa tips untuk membedakan penjual yang jujur dari yang tidak. Di poin selanjutnya ya.

Ketiga, tips membedakan penjual jujur dan tidak jujur. Yang paling penting untuk dilakukan adalah melihat review/feedback/ulasan di laman penjual yang bersangkutan. Orang-orang yang pernah membeli dari toko tersebut biasanya akan meninggalkan review berupa penilaian atas layanan, kualitas barang, kesesuaian, dll. Konsepnya persis seperti rating bintang di Gojek/Grab. Coba perhatikan review dari pembeli sebelumnya. Semakin banyak review positifnya maka InsyaAllah penjual tersebut bisa dipercaya. Bahkan sama-sama jujur pun dengan review ini bisa dilihat mana penjual yang responnya cepat mana yang lambat, mana yang packingnya rapi mana yang tidak, dan masih banyak lagi.

Keempat, membayar belanjaan online itu tidak susah, banyak caranya. Kalau kamu sudah punya saldo di marketplace yang digunakan misal Saldo Tokopedia atau Buka Dompet, maka kamu bisa langsung mengambil dana dari sana. Kalaupun tidak, pembayaran bisa dilakukan melakui transfer ATM, Indomaret, kartu kredit, dll. Dan yang paling penting soal bayar membayar, uang yang kamu transfer nggak akan masuk ke saldo penjual kalau barang belum kamu konfirmasi diterima dalam keadaan baik, jadi santai aja. Worst case-nya, kalau barang nggak diterima uang itu akan dikembalikan 100% tanpa potongan.

Kelima, berjualan online itu gampang. Kamu nggak perlu mengeluarkan banyak modal karena membuka toko di marketplace sepenuhnya gratis. Yang perlu disiapkan hanya barang yang akan dijual. Ketika sudah jalan, nggak perlu takut waktumu tersita untuk mengurus toko online. Saya selama ini menjalankan toko online sambil bekerja full-time dan oke oke saja. Saya menunggu orderan masuk lalu mengirim barang pagi hari sekalian berangkat dan malam hari sepulang kantor. Sebagai bonusnya, alhamdulillah hasil berjualan online itu cukup bahkan lebih untuk menutup daily expenses.

Kalau ditanya belanja online yes or no tentu saya jawab yes karena sudah merasakan sendiri manfaatnya. Saya ingin mengajak yang masih ragu, yok cobain belanja di internet. E-Commerce adalah efek tak terpisahkan dari berkembangnya dunia digital. Belanja online adalah aktivitas ekonominya netizen.

Kita ini kan hidup di dua dunia, nyata dan maya. Kita belajar di sekolah tapi juga suka cari video DIY (Do It Yourself) di YouTube. Kita ngobrol di warung kopi tapi juga rame di twitter. Kita jalan-jalan ke berbagai tempat tapi nyimpen kenangannya di Instagram. Jadi belanja online pun simply hanya belanja di supermarket yang di-maya-kan.

Semua riset mengatakan bahwa dari tahun ke tahun nilai transaksi e-commerce meningkat. Ayok yang ngaku netizen milenial yang melek internet jangan sampai ketinggalan arus ini. Belanja online itu mudah, murah, dan aman :)


Regards,
Chandra


gambar : www.e-spincorp.com







Welcome to the Ownerless Era ?



Akhir-akhir ini mencuat istilah ownerless era di kalangan generasi milenial terutama di perkotaan. Kira-kira artinya adalah tidak terlalu penting lagi untuk memiliki semua hal, yang penting bisa merasakan manfaatnya.

Gojek, Grab, dan Uber telah menggerus urgensi untuk memiliki kendaraan sendiri. Kini dengan sangat mudah orang dapat pergi dari satu tempat ke tempat lain bermodal smartphone dan koneksi internet. Spotify dan Joox menjadikan kita tidak perlu menyimpan file MP3 di komputer seperti jaman Winamp dulu. Platform buku dan komik digital memungkinakn untuk membaca konten tanpa harus membeli dan mimiliki buku fisik.

Kemajuan teknologi (digital) membantu banyak aktivitas manusia dengan menjadikannya semakin efisien. Sharing economy membuat milenial tidak perlu memiliki beberapa jenis barang untuk bisa memanfaatkan nilai gunanya. Tapi perkembangan ini menimbulkan kekhawatiran. Kemudahan untuk menggunakan tanpa harus memiliki diduga membuat milenial malas untuk membeli properti, kendaraan, dll.

Dua puluh tahun yang lalu transportasi umum belum sebaik sekarang. Saat itu tempat tinggal kontrak/apartemen juga masih sulit dicari. Yang lebih jelas lagi, teknologi digital dan internet belum booming seperti sekarang. Akibatnya, generasi orang tua kita mau tidak mau harus mengusahakan untuk punya tempat tinggal dan kendaraan.

Tapi sekarang itu bukan lagi prioritas karena toh kita masih bisa wira-wiri naik mobil dengan taksi online yang harganya terjangkau. Untuk tempat tinggal ada banyak kos, rumah kontrakan, atau apartemen yang nyaman ditempati.

Beberapa waktu yang lalu tirto.id sempat merilis bahwa banyak milenial membelanjakan tabungannya untuk traveling demi mendapatkan experience dan foto untuk feed social media instead of investasi. Makan di restoran ala-ala dan gadget juga menjadi chanel pengeluaran. Ngeksis or die pokoknya. Akibatnya, kata tirto.id, mayoritas milenial (urban) tabungannya kurang dari 13 juta.

Kekhawatiran yang kemudian muncul adalah bagaimana jika nanti anak-anak milenial ini jadi tidak punya aset sama sekali ? Jaman sekarang perubahan sosial dan ekonomi bisa terjadi sangat tiba-tiba, bagaimana kalau kita-kita ini tidak siap ?

Beruntung ada media dan orang-orang yang mengangkat isu ownerless era ini. Kita jadi sadar dan bisa bercermin soal pengelolaan uang. Saya belum lama lulus kuliah, tapi selama ini saya sudah menyaksikan orang yang menderita dikejar-kejar tagihan kartu kredit, ada yang tidak bisa meneruskan kredit mobilnya sehingga terpaksa menawarkan over kredit di grup jual beli, atau ada orang yang hedon di tanggal muda tapi jadi pendiam di akhir bulan.

Baik buruk dan jalan apa yang dipilih terserah pada pribadi masing-masing. Saya juga tidak merasa sepenuhnya benar. Alangkah senangnya kalau ada teman yang bisa diajak sharing soal fenomena ini. Tapi untuk saat ini saya bersyukur masih bisa mempertahankan gaya hidup ala mahasiswa saat sudah bekerja hehe..

Sebagai penutup, "rejeki itu urusannya berkah-berkahan"


Chandra

gambar : money.usnews.com

Menyongsong Generasi Hybrid 2018


Walaupun tidak banyak di-highlight oleh media massa, tapi tahun lalu perubahan peraturan mengenai mobil hybrid telah diketok palu. Selama ini mobil hybrid belum begitu populer di Indonesia karena harganya yang mahal. Akibatnya antusiasme konsumen tidak begitu tinggi sehingga ATPM juga malas memasukkan mobil jenis ini ke Indonesia. Mengapa mahal ? Jawabannya adalah karena pajak.

Mobil hybrid adalah mobil yang berada diantara mobil bermesin bensin/diesel (konvensional) dengan mobil listrik. Jadi mobil-mobil ini menggunakan dua mesin sekaligus, yaitu konvensional dan listrik. Dulu, peraturan di Indonesia mengatakan bahwa mobil hybrid dihitung memiliki dua buah mesin sehingga pajaknya melambung. Namun beruntung saat ini peraturan sudah diubah dimana mesin listrik tidak lagi dianggap sebagai mesin tambahan jadi pajaknya setara dengan mobil mesin konvensional.

Kebijakan ini memberikan angin segar bagi produsen-produsen mobil terutama pabrikan Jepang. Mereka melihat ada peluang di pasar mobil hybrid karena kesadaran yang mulai meningkat di masyarakat perkotaan Indonesia soal polusi dan lingkungan. Sementara itu, mengingat mayoritas pasokan listrik Indonesia masih dari bahan fosil, menjual mobil full listrik di sini bukanlah ide yang sempurna.

Sistem mobil listrik bermacam-macam walaupun secara umum yang masuk kategori ini adalah mobil bermesin ganda yang tadi sudah dijelaskan. Tapi secara konfigurasi ada beberapa jenis, ada yang bisa di-charge menggunakan listrik rumah ada yang tidak, ada yang mesin bensin dan listrik bekerja sama namun ada juga yang dirangkai seri seperti Nissan Note e-Power dimana mesin bensin hanya mengisi baterai, lalu baterai lah yang menggerakkan motor listrik.

Tahun 2018 ini bisa jadi tahun dimulainya era mobil hybrid di Indonesia karena kemungkinan akan ada banyak mobil hybrid yang masuk. Kita akan bahas beberapa diantaranya :


1. Nissan Note e-Power

Pada tahun 2018 ini Nissan Note e-Power kemungkinan akan benar-benar masuk ke Indonesia karena unitnya sudah mulai diuji di sini. Yang mengejutkan dari mobil ini adalah pada tahun 2017 lalu Nissan Note menjadi mobil paling laris di Jepang, mengalahkan Toyota Prius. Sebagai mobil hybrid, tentu dia sangat efisien. Klaim dari pabrikannya, mobil ini bisa mencatatkan konsumsi bbm sebesar 37 km/liter, setara dengan motor bebek 125 cc wkwk. Mobil ini dulu basisnya dari Grand Livina, jadi harganya mungkin tidak beda jauh, kemungkinan mobil ini akan dijual di harga kurang dari 300 juta.

Nissan Note e-Power   |   image : carmudi


2. Nissan X-Trail Facelift

Masih dari Nissan, dari baca-baca beberapa sumber kabarnya X-Trail hybrid akan masuk ke Indonesia sekalian melakukan facelift untuk menyaingi Honda CRV. Sebenarnya X-Train versi hybrid sudah ada sebelumnya, namun harganya mahal karena alasan peraturan pajak itu tadi. Tahun ini kemungkinan masuk model facelift-nya yang bermesin hybrid dengan harga lebih murah.

Nissan X-Trail Hybrid   |   image : Nissan


3. Honda HR-V Facelift

Honda HR-V sudah menjamur di jalanan Indonesia tapi tahun ini kemungkinan akan masuk versi faceliftnya. HR-V baru akan berubah dari sisi desain maupun performa. Secara desain mobil ini akan lebih dinamis untuk mengimbangi Toyota C-HR. Lebih jauh, performa mobil ini akan meningkat karena mesin 1.8 CVT yang selama ini dipakai akan digantikan mesin hybrid dengan transmisi dual clutch yang lebih powerful.

HR-V / Vezel Facelift   |   image : kabaroto


4. Toyota C-HR

Ini adalah mobil yang akan segera masuk ke pasar Indonesia. Walapun belum tentu yang masuk versi hybrid karena mobil ini punya beberapa varian mesin yaitu 2000 cc bensin, 1200 cc turbo, dan 1800 cc hybrid. Semoga saja versi hybrid termasuk yang dijual di Indonesia untuk memanaskan persaingan di segmen ini.

Toyota C-HR   |   image : Autonetmagz


5. Toyota Sienta Hybrid

Saya lupa lihat dimana, tapi ada yang pernah upload foto Sienta hybrid sedang dites di jalanan Jakarta. Biasanya tes semacam ini adalah tanda bahwa mobil akan segera bisa dipesan oleh konsumen. Kita tunggu saja.

Toyota Sienta versi Hybrid   |   image : otonity

6. Toyota Prius

Nah ini adalah mobil yang juga laris di Jepang. Mobil ini kemungkinan akan masuk lagi ke Indonesia setelah perubahan regulasi pajak tadi. Prius sangat menggoda secara desain karena berbeda dengan Toyota-Toyota lainnya. Prius adalah mobil pertama yang menggunakan platform Toyota New Global Architecture (TNGA), platform yang akan digunakan oleh Avanza baru yang bocoran desainnya sangat keren.

Toyota Prius   |    image : Carmudi


Beberapa contoh diatas adalah mobil-mobil hybrid yang kemungkinan akan masuk ke Indonesia pada 2018. Tingkat kemungkinannya beda-beda ya, karena ada yang sudah dites di jalanan, ada yang sampai pada taraf dipamerkan, dan ada yang masih belum pasti varian mesin apa yang masuk. Kalaupun masuk bisa jadi ada fitur yang berbeda antara yang dijual di Indonesia dengan yang dijual di Jepang atau Eropa. Biasanya ini karena peraturan keselamatan kita belum seketat mereka dan juga untuk menghemat biaya produksi.

Atas nama awareness akan kelestarian lingkungan dan pengendalian polusi, saya sih berharap 10 atau 15 tahun lagi hybrid adalah trademark yang bergengsi, bukan lagi alternatif pilihan biasa untuk orang yang peduli lingkungan. Semoga mobil hybrid menjadi simbol kemapanan dan gaya hidup di Indonesia sehingga banyak orang bergeser dari mobil mesin konvensional ke mobil hybrid.


Chandra, 20-03-2018

*diolah dari berbagai sumber


Sepertiga Hidup


Selasa kemarin saya mendapat kesempatan mengambil libur satu hari setelah hari sabtu dan minggunya lembur untuk menyiapkan acara kunjungan Kepala Staf Angkatan Darat. Saya nggak punya agenda khusus atau jani, tapi hari itu sudah saya niatkan untuk main ke kampus dan say hi pada sebanyak mungkin orang. Sejak bekerja saya jadi skip beberapa agenda seperti sidang teman, acara kumpul-kumpul, dll.

Tapi salah satu yang sangat ingin saya temui adalah dosen pembimbing TA kemarin. Beliau termasuk dosen yang gampang ditemui asal tidak sedang di luar kota. Jadi tanpa bikin janji pun bisa ditemui, cukup memastikan beliau ada di kampus saja. Padahal siapa saya, mahasiswa bukan, udah nggak bayar SPP, beberapa bulan ngilang, dan nggak janjian dulu hahaha.

Saya nggak sendiri kemarin, melainkan bersama seorang teman yang belum lama sidang dan akan wisuda April nanti InsyaAllah. Jadi obrolannya nggak jauh soal "mau apa setelah ini ?".

Ada sebuah pesan dari beliau yang sangat masuk untuk saya. Menurut beliau sebagai fresh graduate kita harus tahu apa yang kita kejar dalam karir. Bekerja 8 jam sehari bukanlah hal yang kecil, itu adalah sepertiga hidup kita, sepertiga men, it's a big deal. Jangan sampai kita tidak mendapat sesuatu yang signifikan dalam kesempatan itu. Delapan jam di tempat yang tidak tepat adalah sebuah kerugian.

Beliau mencontohkan, jangan sampai dalam ikatan selama 8 jam itu secara finansial kita tidak dibayar dengan baik, tidak menjadi lebih ahli dalam bidang yang dikerjakan, atau secara sosial tidak berkembang karena tidak sesuai dengan lingkungannya. Kalau kita memutuskan untuk bekerja, pastikan kita mendapat setidaknya salah satu dari itu. Kalau tidak, sia-sia lah waktumu.

Beliau cukup senang ketika tahu bahwa walaupun saya bekerja 8 jam sehari tapi punya fleksibilitas untuk mengatur waktu masuk dan pulang. Sebagai anak muda yang masih semangat mencoba banyak hal baru kondisi itu sangat mendukung.

Kalau di-zoom out, bekerja hanyalah salah satu dari beberapa pilihan selepas kuliah. Boleh saja kamu mau langsung sekolah lagi, membuka bisnis, atau menikah. Banyak pertimbangan di dalamnya dan sebenarnya kita tidak perlu meniru orang lain karena setiap orang punya alasannya masing-masing yang belum tentu dibuka. Kamu dan saya juga punya itu.

Ada satu teman saya yang begitu lulus ingin sesegera mungkin bekerja. Tidak soal kerja dimana. Itu karena dia menjadi tulang punggung keluarga membiayai ibu dan adiknya. Ketika belum tahu kondisinya saya termasuk yang menyayangkan keputusannya, tapi setelah tahu pandangan saya berubah.

Katanya rata-rata orang baru benar-benar matang di sekitar usia 40 tahun. Artinya kalau sekarang kita berada di angka 20-an masih banyak persimpangan yang harus dilewati, namun di sisi lain masih banyak pula kesempatan untuk belajar, dimanapun.

Jadi, dimanapun kita berada belajarlah, tapi tetap buka mata pada peluang-peluang baru di depan. Pilih pintumu.



gambar : pixabay









NTMS : SIklus


Saya baru mikir, konsekuensi logis dari kurangnya amal dan banyaknya maksiat adalah rasa tidak pantas mendapat 'pertolongan tidak maksud akal' dari Allah. Akibatnya kita jadi mudah putus asa, sulit melihat kemungkinan baik, dan rentan stres. Padahal harusnya tidak merasa begitu.

Kita tahu kok sebenarnya, kita bisa merasakan ada kalanya iman turun dan merasa jauh dari Allah. Ketika waktu habis untuk itu-itu saja, tidak menjadi lebih baik tiap harinya, pikiran jadi jenuh. Kalau sudah begini, cenderungnya kita bergeser ke arah yang lebih jelek. Layaknya air mengalir ke tempat yang rendah. Butuh energi dari niat yang lebih kuat untuk menggerakkan diri ke arah yang lebih baik.

Akhirnya terbentuklah lingkaran itu. Dimulai dengan amalan yang kurang, maksiat nambah, hati jadi kalut dan pikiran tidak jernih. Lalu merasa diri kotor dan kurang berhak mendapat pertolongan. Masalah yang tak seberapa cukup untuk menjadikan kita stres dan putus asa. Tanpa keinginan untuk berubah, pelampiasannya bisa salah tempat. Mulai lagi siklusnya.

Butuh pemantik untuk memutar lingkaran itu ke arah berlawanan. Kalau bingung mulai darimana, mungkin dengan bangun lebih pagi esok hari.

Intinya, jangan berputus asa atas rahmat Allah.



gambar : pixabay

Film : Jamaica We Have A Bobsled Team



Judul Film : Cool Runnings
Tahun : 1993
Sutradare : Jon Turteltaub
Aktor : Leon Robinson, John Candy, Doug E. Doug, Malik Yoda, Rawle D. Lewis, etc

Enough people say they know they can't believe. Jamaica we have a bobsled team. Jamaica we have a bobsled team.
Ada beberapa hal yang membuat saya suka menonton tayangan olimpiade. Pertama, ini adalah event yang mempertandingkan banyak cabang olahraga dalam satu tempat dan waktu. Dua, pesertanya datang dari seluruh penjuru dunia. Ketiga, Olimpiade memiliki sejarah penjang dan banyak cerita di balik penyelenggaraannya. Tidak terkecuali pada Olimpiade Calgary 1988 saat empat orang Jamaica yang sama sekali belum pernah melihat salju mengajukan diri sebagai peserta cabang olahraga Bobsleigh (Bobsled) di Winter Olympics.

Bicara soal Olimpiade, di Indonesia Olimpiade Musim Panas jauh lebih populer dibandingkan Olimpiade Musim Dingin. Bahkan sebutan "Olimpiade" disini otomatis diasosiasikan dengan Olimpiade Musim Panas. Maklum, Indonesia sejauh ini hanya mengikuti Summer Olympics saja, Winter tidak. Summer dan Winter Olympics sama-sama diadakan 4 tahun sekali, berganti-gantian tiap dua tahun.

Lalu, Bobsled adalah salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan dalam Winter Olympics. Mau tahu seperti apa bobsled ? silakan YouTube aja ya hehehe

Film Cool Runnings adalah film yang berdasarkan kisah nyata pemuda-pemuda Jamaica ini dalam perjalanannya menuju Olimpiade Calgary 1988. Sebagai satu-satunya peserta dari negara Tropis, jelas mereka menjadi underdog. Tapi justru spirit perjuangan mereka yang menjadi nyawa di film ini. Yah, walaupun mereka tidak dapat medali sih.

Cool Runnings diambil dari nama kereta yang mereka gunakan pada kejuaraan itu. Kereta yang walaupun tidak mengantarkan mereka ke atas podium tetapi telah menjadikan mereka disambut sebagai pahlawan ketika kembali ke negaranya. Jamaica punya reputasi dalam cabang olahraga atletik Olimpiade Musim Panas bahkan sampai saat ini, siapa tidak kenal Usain Bolt, manusia tercepat di dunia ? Tapi ketika Jamaica mengirimkan tim Bobslednya, tidak ada lain orang-orang ini benar-benar pantas disebut pendobrak.

Film ini sangat layak tonton sebagai penumbuh inspirasi yang sarat humor. Serius, ini film bersemangat tapi lucu. Tapi karena ini buatan tahun 1993 (25 tahun yang lalu bro), tidak perlu mengharapkan kualitas visual yang sebagus film-film sekarang, apalagi cuma nonton di LK21 wkwkw...

Olimpiade dan event olahraga di seluruh dunia punya banyak cerita menarik, misalnya Denmark Euro 1992, andai lebih banyak yang difilmkan pasti akan jadi pelajaran bagi atlet-atlet masa depan khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya.

Review film kurang lengkap tanpa quote :

Feel the rhythm! Feel the rhyme! Get on up, it's bobsled time! Cool Runnings - Sanka

Jamaica bukan negara pertama yang mengirimkan atletnya ke winter olympic (yang pertama adalah Filipina di Sapporo 1972). Tim Bobsleigh mereka juga belum pernah meraih medali walaupun cukup rutin mengikuti event ini. Tapi kisah Cool Runnings telah membangkitkan spirit negara-negara 'hangat' untuk mengikuti Olimpiade Musim Dingin. Sampai sekarang tercatat sudah 37 negara tropis yang mengikuti ajang ini. Yang terbaru, di Pyeongchang 2018 Singapura dan Malaysia ikut serta. Indonesia bagaimana ?


Chandra - Maret 2018


gambar : YouTube