45 Menit di Jalan


Dinamika pandemi yang terjadi di Jakarta membuat saya merasakan bekerja benar-benar dari rumah. Kesempatan langka yang belum tahu kapan lagi akan terjadi. Selagi masih bisa saya mau tetap di rumah. Alhamdulillah

Pekerjaan sehari-hari bisa saya kerjakan tanpa perlu keluar rumah. Tapi kalau ada video conference atau pekerjaan yang membutuhkan koneksi internet cepat biasanya saya memilih nongkrong di internet cafe yang ada di kota Jogja. Saya seperti flashback ke jaman TA dulu. Karena sudah bebas teori jadi saya bisa pulang kampung dalam waktu lumayan lama, agar supaya TA tidak terbengkalai, biasanya saya gegarapan di internet cafe.

Orang Jogja atau yang pernah kuliah di Jogja pasti tahu tempat-tempat macam Luxury, Platinum, Net City, Merapi Online, Expresso, dll. Ketika warnet-warnet konvensional berguguran, mereka masih eksis karena menawarkan sesuatu lebih misalnya tempat yang cozy banget, AC dingin, musik, dan menjual voucher wifi (tanpa bundling syarat beli makanan atau apapun) jadi bisa pakai laptop sendiri, enak kali buat nugas.

Sebagai warga Bantul selatan, butuh waktu sekitar 45 menit untuk motoran sampai Luxury. Akhirnya saya merasakan sensasi jadi commuter Bantul - Jogja, hal yang belum saya rasakan karena setelah lulus SMA langsung pindah ke Bandung. Sedangkan pas SMP SMA walaupun nglaju tapi nggak sejauh itu, 15-20 menit sampai.

Jarak kosan Cisitu dengan kampus plus minus 2 km, jarak kosan Kuningan sama kantor sekitar 1,5 km, sedangkan jarak rumah ke luxury kira-kira 27 kilo wkwk. Tapi ya karena jalanan nggak macet bisa ditempuh dalam waktu 45 menit, paling mentok 1 jam. 

Waktu 45 menit di jalan ini lho yang seru. Pertama, walaupun sudah masuk jam kerja tapi saya punya alasan yang legit untuk mengabaikan WA atau email kantor, karena lagi di jalan wkwk. Bayangkan di hari senin pagi yang hectic punya waktu 'merdeka' sebanyak itu.

Waktu 45 menit juga cukup untuk merenung kemana-mana, memikirkan hal yang nggak perlu dipikirkan. Setengah dari perjalanan itu dihabiskan masih di area Bantul yang hijau, membuat perenungan jadi lebih paripurna. Benar-benar beda dengan di Jakarta dimana pikiran penuh usaha mencari rute paling nggak macet ke kantor, lalu tahu-tahu sampai.

Hijau kan kanan kiri..

Kenikmatan lain adalah karena di sepanjang jalan yang saya lalui ada beberapa spot tempat makan favorit, termasuk yang saya tulis disini. Trust me fren, makanan-makanan ini bukan cuma kasih nutrisi untuk badan, tapi juga pikiran, mood auto naik habis makan. Fyi, di samping Luxury banget ada Tempo Gelato, kurang nikmat apa coba? 

Selain deretan tempat makan juga ada deratan tempat penuh kenangan haaiyaa...

Kadang sepanjang jalan juga ketemu yang lucu-lucu, misal bapak-bapak bawa gerobak ditarik 2 sapi besar di Jalan Parangtritis. Jangan dibayangkan seperti delman atau dokar, ini gede ukurannya nyaris menghabiskan satu lajur jalan, jadi mobil harus gantian lewat. Kalau disapa bapaknya nyahut.

Man, I spent the whole August till now in Bantul, banyak ide tapi nggak gerak nulis. Sekian dulu barangkali tulisan pertama dari Jogja di Agustus ini. Terima kasih sudah membaca.

Chandra

0 comments :

Post a Comment