Belajar dari Statistik Bola Part 1


Ada sebuah metode analisis teknis sepakbola yang sekarang sedang naik daun. Metode ini dapat digunakan untuk memprediksi tim mana yang akan memenangkan pertandingan, bahkan kompetisi. Metode ini pula yang saat ini banyak digunakan sebagai rujukan tim-tim bola Eropa untuk memilih pemain yang akan dibeli pada bursa transfer.

Expected Goal (xG) dan Expected Point (xP) menjadi dua variabel yang banyak dibicarakan saat ini karena dipercaya sebagai besaran yang sederhana namun akurat untuk menggambarkan permainan sebuah tim di lapangan sepakbola. Menang dan kalah dapat dilihat dari skor yang terpampang pada peluit akhir pertandingan. Namun, xG dapat menjelaskan kenapa satu tim layak kalah dan yang lainnya menang. Begitu pula xP untuk skala kompetisi.



Begini penjelasan singkat tentang xG

Seiring berkembangnya industri sepakbola, ada beberapa pihak/situs yang mengumpulkan data tembakan (shot data) dari berbagai liga sepakbola profesional selama sekian tahun hingga terkumpul setidaknya puluhan ribu tembakan. Tembakan di sini diartikan tendangan berupa attemps untuk mencetak goal ya, kalau cuma operan tidak dihitung.

Selanjutnya, unsur yang paling dilihat dari data tersebut adalah dari mana tembakan dilakukan dinyatakan dengan jarak dari gawang dan sudutnya. Sebagai contoh perhatikan ilustrasi berikut:


Angka-angka tersebut punya arti berapa persen tendangan (dan sundulan) yang dilakukan di area tersebut yang berhasil menjadi goal. Semakin dekat dengan gawang dan semakin lurus sudutnya tentu semakin besar kemunginannya menjadi goal. Pada dasarnya xG menggambarkan kualitas peluang.

xG biasanya dinyatakan dalam desimal, bukan persen, seperti:

37% menjadi 0.37
8% menjadi 0.08
dst

Angka xG kemudian dijumlahkan dalam satu pertandingan bahkan dalam satu musim kompetisi untuk melihat seberapa bagus performa tim tersebut. xG diyakini lebih representatif daripada jumlah goal yang dicetak tim itu sendiri karena xG mengeliminasi faktor keberuntungan.


Selanjutnya, tentang xP alias expected points

Dua tim yang bertanding di lapangan bola pasti memiliki xG yang dihitung berdasarkan peluang yang mereka dapatkan di pertandingan itu. Expected points dihitung berdasarkan selisih xG yang dimiliki kedua tim, dengan ketentuan berikut:


Ilustrasinya, misal Persib Bandung lawan PSS Sleman setelah dihitung xG-nya Persib 2,1 vs 1,4 PSS. Maka selisih xG Persib unggul 0,7 atas PSS, sehingga xP untuk Persib adalah 2 (baris ketiga) dan untuk PSS 0,5 (baris 6). Catatan: yang xG kalah nilainya jadi negatif, kasus PSS ini jadi -0,7.

Nilai xP yang diperoleh masing-masing tim dalam suatu kompetisi dijumlahkan sepanjang musim sehingga bisa dibuat klasemen berdasarkan xG dan xP. Tentu penilaian ini lebih rumit daripada skoring yang biasanya dipakai dimana tim yang menang dapat 3 poin, imbang 1, dan kalah 0. 

Ini adalah contoh klasemen liga Inggris yang dinyatakan dengan metode konvensioal sekaligus xP-xG: https://understat.com/league/EPL

Lalu apa keutamaan dari statistik xG dan xP ini? Jawabannya adalah prediksi

Telah terbukti dalam beberapa tahun terakhir bahwa perolehan xG dan xP mencerminkan performa tim tersebut pada musim berikutnya jika tidak melakukan perubahan pada masa istirahat kompetisi: membeli pemain, ganti pelatih, dll.

Jika melihat tabel untuk liga Inggris tersebut, jika tidak ada perubahan besar maka Manchester City dan Liverpool tetap akan menjadi unggulan dimana City tetap akan menjadi juara. Liverpool perlu merekrut penyerang baru yang cukup berkualitas untuk meningkatkan xG sehingga bisa mengimbangi City.

Konsekuensinya, xG dan xP juga menjadi pertimbangan ketika sebuah tim akan merekrut pemain. Jangan sampai membayar mahal untuk pemain gagal, contohnya Higuain ke Chelsea.


Chelsea melakukan kesalahan dengan membeli pemain yang xG-nya terus menurun, yang mana artinya pemain yang bersangkutan semakin tidak mampu mendapatkan peluang. Hasilnya xG Chelsea bahkan berada di bawah Arsenal dan MU.

Kemampuan xG dan xP untuk memprediksi masa depan sebuah tim semakin diakui. Lebih dari itu, di luar sepakbola pun konsep serupa dapat digunakan. Kita bisa memprediksi masa depan sebuah perusahaan, organisasi, universitas, sekolah, bahkan keluarga dan individu dengan melihat secara mendalam entitas yang bersangkutan.

Jika melihat keluarga misalnya, kita bisa mengobservasi bagaimana hubungan orang tua dan anak di keluarga tersebut, bagaimana bahasa yang digunakan, bagaimana cara keluarga itu menyelesaikan konflik, bagaimana hubungannya dengan tetangga, apakah keluarga menjunjung tinggi pendidikan, dan lain sebagainya.

Jika kita menemukan bahwa aspek-aspek itu bernilai baik, dapat diduga keluarga itu kondisi hidupnya akan membaik regardless bagaimana kondisinya saat ini. Sebaliknya, keluarga yang tampak stabil bisa lengser sedikit demi sedikit jika kebaikan-kebaikan tadi tidak dipelihara.

Kita sering bilang bahwa roda kehidupan berputar, yang di atas akan ada saatnya berada di bawah, dan sebaliknya. Kita sering kaget kok bisa berubah begitu cepat. Padahal jika kita mau melihat lebih dalam memang individu/keluarga/lembaga itu kehilangan pegangan sejak waktu-waktu sebelumnya.

Pada bagian ini saya banyak menjelaskan dari sisi sepakbolanya, nanti pada bagian berikutnya saya ingin lebih berkontemplasi tentang bagaimana kita bisa melihat masa depan dengan cara ini dalam dunia yang lebih luas dari lapangan sepak bola.

0 comments :

Post a Comment