Mampir Masjid



Awalnya saya merasa perlu untuk mencatat masjid-masjid di Belanda yang bisa jadi tempat salat ketika bepergian. Jadi saya buat katalog sederhana di google sheet untuk mengingat lokasi masjid di jalur dan kota utama sehingga kapan dibutuhkan saya tahu dimana bisa mampir. Problem yang mau saya pecahkan adalah tidak mudahnya mencari tempat salat yang layak di negara ini. Jumlah masjid dalam satu kota bisa dihitung jari, fasilitas umum seperti pom bensin tidak menyediakan mushola, dan tidak di semua tempat ada akses ke air wudhu dan permukaan suci. Satu persatu masjid dicatat, setelah setahun ternyata terkumpul 50 tempat, alhamdulillah. 


Beberapa masjid lebih berkesan di antara yang lain. Masjid Al-Hikmah di Den Haag sangat nyaman buat saya dengan kehangatan orang-orang Indonesianya. Andai memungkinkan ingin rasanya tinggal dekat masjid itu. Moskee Ulu Camii jadi andalan untuk mampir ketika lewat Utrecht, ini sekaligus masjid pertama di Belanda yang saya salat di dalamnya. Lalu ada masjid di Amsterdam yang dari luar tampak seram karena bekas gereja tua tapi dalamnya nyaman dan selalu buka setiap mau mampir.

Saya mencari masjid saat berkunjung ke kota besar seperti Amsterdam, Roterdam, dan Den Haag. Di sana relatif ada lebih banyak opsi masjid karena demografinya yang heterogen, termasuk di dalamnya komunutas muslim. Seiring berjalannya waktu saya eksplor juga kota-kota lain dan mampir ke masjid di Tilburg, Breda, Eindhoven, Enschede, Groningen, Wageningen, dan lain sebagainya. Total ada lebih dari 25 kota di list ini ditambah dua kota di luar negeri (Cologne/Koln dan Paris). 

Dulu awal-awal saya beberapa kali kecele mendapati masjid yang tutup atau tidak akomodatif untuk pejalan (misal tidak dibuka untuk jamaah wanita sehingga istri tidak bisa ikut salat di dalamnya), tapi lama kelamaan dari melihat tampilannya di google saya bisa memprediksi kira-kira masjid ini bisa dipakai mampir atau tidak. Saya mulai mengenali karakter masjid dari organisasi-organisasi Turki, Maroko, dan tentu Indonesia. 

Awalnya saya fokus pada masjid yang letaknya dekat stasiun atau halte bus karena kemana-mana masih pakai transportasi umum, itu juga sebabnya pada list yang saya buat saya cantumkan transit in proximity. Tapi sejak ada kendaraan sendiri pencarian saya bisa lebih luas ke masjid yang lokasinya lebih masuk. Kota-kota kecil seperti Terborg, Doesburg, dan Dieren juga jadi bisa saya singgahi. 

Sebenarnya kalau sebagai alat pencari masjid google maps sudah cukup, pun untuk tahu jam salat sudah ada aplikasi Mawaqit yang diadopsi sebagian besar masjid. Jadi katalog masjid ini mungkin tidak akan terlalu berguna bagi orang lain selain buat exercise saya sendiri. Adanya list ini juga tidak serta merta membuat saya bisa selalu salat dengan proper, masih ada saatnya di mana saya salat di taman, lapangan golf, pojokan gedung, atau belakang pepohonan. 

Banyak cerita dari sekedar mencari tempat salat, semoga Allah mudahkan dan jaga supaya tetap (dan semakin) beraktivitas around salat meskipun di tanah yang asing, bukan sebaliknya.

Salam,
Chandra

0 comments :

Post a Comment