Bayer
Alasan memilih Leverkusen sebagai tujuan short weekend trip kali ini adalah selain jaraknya yang dekat, kota ini juga punya dua sisi yang membuatnya cocok untuk jalan-jalan suami istri. Di satu sisi ada spot-spot foto estetik yang jelas menarik buat perempuan, misalnya Museum Morsbroich ini. Kami tidak masuk ke dalam karena selain pusat estetika museum ini ada di eksterior dan tamannya, kemarin saat ke sana di dalam juga sedang ada acara resepsi pernikahan.
Selain museum itu, ada juga Japanischer Garten (Japanese Garden) yang adalah sebuah taman dengan konsep replika Jepang lawas. Taman ini dibangun oleh dan berlokasi di komplek Bayer, perusahaan farmasi raksasa yang berpusat di Leverkusen. Bisnis Bayer juga sampai ke Indonesia misalnya dengan produk Redoxon dan CDR-nya. Carl Duisberg, former CEO, sangat terinspirasi dengan budaya dan estetika Jepang sehingga dia membangun taman ini tepat di depan kantor dan HQ Bayer.
Taman Jepang ini sangat well-designed dan well-built. Rumah-rumahan Jepang yang dari foto saya kira cuma properti ternyata beneran dibangun kokoh dengan ukuran nyaris real-life. Beberapa tanaman dan hiasan juga didatangkan langsung dari Asia Timur. Rumput hijaunya sangat terawat, kali yang mengalir di dalamnya bersih, dan pohon yang tumbuh besar di sana jadi kanopi alami dari panas matahari dan gerimis. Parkirannya besar dan gratis pada weekday setelah 16.30 dan akhir pekan, saya menduga pada working hour tempat ini sekalian dipakai parkir karyawan Bayer.
Bayer di Leverkusen itu seperti Philips di Eindhoven atau Gudang Garam di Kediri, detak jantung kota yang tidak bisa dipisahkan dari lokasi dia berada. Jadi kontribusi Bayer untuk kotanya tentu tidak berhenti di bikin taman tadi. Sumbangsih lain Bayer sekaligus sisi favorit saya dari kota ini: Bayer Leverkusen dan BayArena. Sepak terjang Bayer di dunia sepak bola tidak tanggung-tanggung, logo klub Leverkusen adalah literally logo Bayer.
*Now Playing: UCL song*
De meister
De besten
Les grandes equipe
The Champions
Karena sudah di Leverkusen saya tentu tidak akan melewatkan kesempatan datang ke BayArena, markasnya Bayer Leverkusen. Apalagi hubungan Leverkusen dan Liverpool kini lagi bagus-bagusnya setelah mereka 'ngasih' Wirtz dan Frimpong. Sama seperti banyak stadion lain di Eropa, BayArena tampak menyatu dengan lingkungan sekitarnya. Tidak ada pagar, buffer zone, dan lima langkah dari stadion sudah langsung rumah penduduk. Dengan mudahnya warga juga bisa nonton sesi latihan walaupun sepertinya ini bukan first team karena saya cari-cari saya nggak lihat Ten Hag. Casually kemarin kami juga jalan papasan dengan tim junior Leverkusen yang baru pulang latihan.
Such a likable city. Kotanya rapi dengan jalan-jalan yang mudah dinavigasi dan pedestrian friendly. Di banyak tempat (stadion, museum, taman) parkiran gampang dicari dan gratis. Untuk mampir salat ada masjid yang sekaligus jadi pertama kalinya kami masuk ke masjid orang Albania. Sorenya hari ditutup dengan yacth-spotting (I don't if this is a thing) di Sungai Rhine.
Danke,
Chandra