Ide Kado Nikahan Dari Yang Sudah Menerimanya

Email dari perusahaan hosting yang mengingatkan kalau domain ini akan expired dan perlu diperpanjang bulan depan mengingatkan saya bahwa blog ini sudah lama tidak diisi. Alhamdulillah sekarang saya double job, kepala keluarga dan karyawan swasta. Jeleknya jadi tidak bisa surfing di internet sesering dulu, atau tepatnya belum optimal dalam membagi waktu.

Dalam aktivitas rapi-rapi barang dan perkakas hari ini, saya lihat di salah satu sudut rumah masih tertumpuk kado-kado pernikahan dari kerabat dan teman yang sebagiannya belum sempat kami digunakan. 

Pengalaman yang menyenangkan tapi diharapkan hanya terjadi sekali seumur hidup salah satunya adalah menerima kado pernikahan. Jujur bagi keluarga baru pemberian-pemberian itu sangat berguna baik secara emosional maupun praktikal, lahir dan batin. Di tumpukan itu ada sprei, set alat masak, kipas angin, vacuum cleaner, kain batik, dll. 

Bersama rasa terima kasih yang amat besar, saya mau membahas satu persatu jenis kado pernikahan dari sudut pandang orang yang sudah menerimanya. Semoga membantu teman-teman yang sedang berpikir mau ngado apa di undangan berikutnya

1. Uang

Uang adalah jenis sumbangan yang lazim, mudah, dan efektif. Jika sebelum hari H belum sempat menyiapkan kado berupa barang, uang adalah pilihan paling gampang. Uang mudah dibawa karena tinggal dimasukkan ke dalam amplop. Bagi yang punya hajat, uang dapat digunakan sesuai kebutuhan. Yang perlu diingat, kadang-kadang ada penyelenggara acara yang tidak menerima amplop, hanya menerima kado. 

2. Emas

Emas adalah alternatif selain uang yang bisa jadi pilihan kalau ragu mengado barang. Emas juga cocok jika ingin ngado secara berombongan. Positifnya lagi emas bisa langsung jadi komoditi investasi bagi si keluarga baru. 

3. Voucher Belanja

Saya kemarin dapat kado voucher belanja ACE Hardware yang nilainya lumayan, bisa saya gunakan untuk membeli sebuah rak buku. Saya pikir voucher adalah ide yang bagus namun perlu dipastikan apakah ada syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi untuk menggunakan voucher tersebut. Berdasarkan pengalaman kemarin, voucher ACE bisa digunakan di semua cabang, berlaku selama 6 bulan, dan tidak ada batas belanja minimal.

4. Sprei dan Bed Cover

Masuk ke kategori barang-barang, sprei adalah jenis barang yang alhamdulillah paling banyak saya terima. Beberapa yang ukurannya sesuai saya pakai, sayang tidak semuanya ukurannya cocok dengan kasur yang saya punya. Supaya tidak mubazir yang tidak bisa saya pakai saya berikan ke orang sebagiannya. Selain sprei, pilihan kado lainnya adalah bedcover, relatif aman dari segi ukuran namun agak repot dibawanya karena besar.

5. Set Alat Masak

Setelah nikah tiba-tiba saya punya banyak teflon, wok, panci, penggorengan, dan spatula. Alhamdulillah ukuran dan speknya beda-beda jadi banyak terpakai. Alat masak adalah salah satu ide kado nikahan yang bagus menurut saya, pilihannya pun banyak. Kalau mau variasi bisa juga memilih rak piring kecil, rice cooker, toaster, blender, atau set piring dan gelas/jug. Ada cerita seorang teman ketika diundang oleh mantannya dia datang bawa kado set pisau.

6. Tupperware

Saya tulis tupperware untuk menyebut wadah-wadah dan toples. Merknya sih tidak harus itu. Barang-barang seperti ini pasti berguna karena setelah berkeluarga tiba-tiba perlu banyak wadah entah untuk apa, setidaknya itu yang saya rasakan. 

7. Vacuum Cleaner

Vacuum cleaner adalah barang yang ketika belum punya dirasa tidak penting tapi setelah ada sangat membantu. Saya belum pernah kepikiran beli, alhamdulillah ada yang ngado jadi tahu kalau gunanya banyak. Sekarang sudah banyak varian vacuum cleaner dalam berbagai range harga dan ukuran. Karena belum mainstream kemungkinan barang pembelian Anda akan dipakai.

8. Buku

Buku bertema pernikahan atau parenting bisa jadi pilihan untuk ngado terutama teman yang kita tahu suka membaca. Syukur-syukur kalau kita tahu selera bacaannya sehingga kemungkinan buku yang kita berikan akan dibaca. Buku dengan tema lain pun boleh, pilihlah yang judulnya wangun dan nyambung.

9. Barang Utilitas Lain

Banyak pilihan barang lain yang kemungkinan daya gunanya tinggi. Sebut saja setrika, kipas angin, atau jam dinding. 

10. Kado Personal

Jika yang menikah adalah teman dekat dan Anda ingin membuat kado yang lebih personal tidak ada salahnya. Bentuknya bisa kolase foto, puisi yang ditulis sendiri lalu dipigura, dan lain sebagainya. Kemarin ada teman istri yang membuat seperti itu.

Sekian sharing dari saya tentang ide kado nikahan dari orang yang sudah menerimanya. Seru btw, ada unsur kejutan ketika setelah acara pengantin berdua buka-buka kado. Saya pribadi setelah ini jadi cenderung memilih ngado barang daripada uang, seperti yang sering saya lakukan sebelumnya.

Terima kasih sudah membaca!

Baperan

I feel exposed! Lahir dan besar di tengah budaya yang penuh sopan santun dan andhap asor membuat treshold baper saya rendah ternyata. Bukan baper dalam artian romantis, tapi yang lebih umum. Ibukota dengan segala efisiensinya yang sudah mengakar bertahun-tahun tidak bisa menerima itu.

Belum saya temui di tempat lain terjadi orang beradu argumen secara keras menjurus kasar dan pribadi di ruang meeting only to be seating in the same table in coffee shop right after. Pertengkaran jarang sekali terjadi di kampung kami. Tapi sekali terjadi efeknya tidak bicara dari mingguan hingga bulanan. Gegar budaya.

Kebiasaan nggak bisa bohong. Otot yang sering dilatih menahan beban akan tumbuh, sebaliknya bisa menyusut karena terlalu banyak nganggur. Otak ter-wires untuk terbiasa merespon skenario A jika itu lebih sering terjadi daripada skenario B. Jadi kemampuan menghandle ketidaknyamanan dalam jangka waktu yang cukup lama sangat mungkin berujung terbiasa dan semua jadi baik baik saja.

Andai Golden Ways Masih Ada



Setiap Minggu malam, saya dulu selalu siap di depan TV untuk nonton Mario Teguh Golden Ways. MTGW adalah sumber quote-quote motivasi saya jaman SMP-SMA. Dari acara ini pula saya jadi tahu ada profesi yang namanya motivator. Saya follow Pak Mario di facebook sejak jumlah pengikutnya masih kurang dari 1 juta. Saya nonton MTGW sejak orang-orang masih mengira itu acara kerohanian non-muslim.

Agak sedih ketika kemudian Pak Mario terkena masalah berkaitan dengan kehidupan pribadinya dan MTGW tidak tayang lagi. 

Sebagai anak sekolah, quote-quote yang muncul dalam Golden Ways sebenarnya sering tidak relate. Saya maklum karena target utama tayangan itu adalah golongan pekerja di perkotaan. Saya jadi terbiasa cocoklogi menghubungkan kata-kata motivasi itu dengan problematika anak sekolah -- yang baru kemudian saya sadar bahwa tidak ada apa-apanya dibandingkan masalah orang dewasa.

Dari caranya tampil dan bicara, saya melihat Pak Mario ini seperti seorang bos perusahaan multinasional yang sudah sangat sukses dan selesai dengan dirinya sendiri lalu turun gunung membantu anak muda yang baru merangkak naik. Secara teknis memang begitu, beliau adalah mantan vice-president bank. Sekarang beliau memanfaatkan FB dan YouTube sebagai media komunikasinya. Tapi andaikan MTGW masih ada itu akan sangat berguna.

Hari yang Berat? Sama

Dalam sepakbola ada yang namanya statistik expected goal (xG). Sekarang angka xG inilah yang sering dipakai pengamat untuk menilai apakah suatu tim bola bermain dengan baik. Jumlah asli gol mulai dipinggirkan dalam hal analisis karena kadang-kadang memuat unsur keberuntungan. Statistik xG mengeliminasi faktor-faktor itu sehingga penilaian lebih akurat.

Dalam suatu pertandingan suatu tim bisa saja mencetak gol lebih banyak daripada xG-nya. Misal xG 1,5 tapi berhasil membuat 4 gol. Artinya tim ini antara beruntung, penyerangnya terlalu jago, atau bek lawan yang lawak. Menang sih, tapi dari kacamata pengamat atau data scientist tim hal macam ini kurang disukai, menangnya karena bejo.

Sebaliknya bisa saja jumlah gol tercipta kurang dari xG. Ini bisa terjadi karena tim ini kurang beruntung atau pertahanan lawan terlalu rapat. Dalam jangka panjang, kejadian ini lebih diinginkan. Kalau kalah sesekali nggakpapa, kalau menang berarti karena kualitas.

Sama bola sama pula sekolah. Rangking yang diberikan di kelas-kelas adalah jumlah gol, belum tentu mencerminkan kualitas sebenarnya. Bisa jadi orang ranking teratas tapi karena beruntung, nyontek, atau memang punya bakat jadi bisa juara tanpa usaha. Dalam jangka pendek bagus, tapi pondasinya rapuh.

Orang seperti ini belajar secara sporadis, pokoknya yang penting hasil akhir. Gol dianggap lebih penting karena itu yang dilihat kebanyakan orang. Tanpa sadar jumlah golnya jauh melebihi xG. Pada saatnya ketika xG lebih diperhitungkan, dia tumbang.

Sebaliknya ada orang yang tidak selalu terdepan tapi mampu mempertanggungjawabkan hasil dengan proses yang dilakukan. Tidak tampak spesial di luar, tapi pondasinya kuat. Orang lurus pasti ada saatnya bersinar.

Hmm..namanya juga hidup, kadang-kadang kudu dipithes

Ridwan Kamil



Saat ramai-ramai aksi menentang pengesahan UU Ciptaker kemarin, sejauh penglihatan saya Ridwan Kamil adalah gubernur yang pertama menemui peserta aksi dan bersuara menyatakan diri berpihak pada pihak pekerja/buruh/mahasiswa. Ada yang mengapresiasi tindakan tersebut, namun tidak sedikit pula yang mengatakan RK hanya cari panggung, colongan kampanye untuk 2024. Good gesture, questionable motives katanya.

Hanya Ridwan Kamil dan orang-orang terdekatnya yang tahu motif sebenarnya. Sama seperti ketika beliau mengajukan diri menjadi volunteer untuk ujicoba vaksin Covid-19. Ada yang nyinyir bahwa itu tipu-tipu dan RK tidak benar-benar divaksin, sampai-sampai harus di-debunk oleh Ridwan Kamil sendiri lewat instagram beliau. Not sure if it is a campaign, but it works. 

Pilpres 2024 masih lama dan banyak plot twist masih bisa terjadi. Tapi andaikata pemilu diadakan tahun ini (dan tidak ada pandemi), saya akan pilih Ridwan Kamil. Bahkan kalau apa yang terjadi beberapa waktu terakhir dinihilkan, saya sudah punya cukup alasan untuk memilih beliau.

Throwback ke tahun 2013. Ridwan Kamil terpilih menjadi Walikota Bandung setelah mengantongi lebih dari 45% suara. Angka yang menakjubkan dan langka mengingat saat itu ada 8 pasangan calon, iya delapan, empat berpartai empat independen. Peringkat kedua dan ketiga hanya mendapat 17 dan 15 persen suara. Edan.

Yah siapa yang nggak silau dengan CV Ridwan Kamil waktu itu. Tergolong angkatan muda, track record bersih, nonpartisan, golongan profesional, dan yang paling penting orang bandung aseli. Angin segar untuk Bandung setelah pemimpin sebelumnya terjerat kasus korupsi.

Tahun 2013 itu pula saya menginjakkan kaki di Bandung untuk kuliah. Waktu daftar ulang ITB di Bulan Mei, spanduk cawalkot ada dimana dimana, Agustusnya ketika masuk kuliah Ridwan Kamil sudah jadi calon walikota terpilih. Saya yang baru datang sekalipun merasakan optimisme yang tumbuh di tengah masyarakat Bandung bahwa kota ini bisa maju. Apalagi di jagad dunia maya, barudak bandung merasa punya walikota yang bisa dipamerkan pada teman-teman dari kota lainnya. 

Agak jarang di jaman itu ada pejabat yang aktif di sosial media, padahal itu cara mudah dan murah untuk dekat dengan rakyat. Ada pimpinan daerah yang trending karena keberhasilannya memajukan wilayahnya. Tapi RK sudah jadi sensasi bahkan sejak hari pertama menjabat, sebelum benar-benar melakukan apapun untuk kotanya.

Saya masih ingat hal-hal yang awal dilakukan ketika mulai menjabat adalah memerintahkan seluruh pejabat Kota Bandung untuk aktif di twitter. Waktu itu twitter adalah sosial media terbesar dan banyak akun-akun macam JogjaUpdate, InfoBandung, dll yang menjadi tempat masyarakat sambat termasuk soal problematika kota. Di Bandung orang yang berwenang disuruh turun gunung memantau keadaan di sosial media. 

Selain itu, mudah ditebak bahwa Ridwan Kamil akan membangun dan mempercantik infrastruktur fisik kota sesuai latar belakang akademiknya, arsitektur dan urban planning. Disebut membangun saja tidak cukup karena faktanya fasilitas yang dibangun selalu memperhatikan estetika. Salah satu karya paling mahsyur ketika itu: Taman Jomblo.

Taman Jomblo | Tribun


Zebra cross Bandung | Merdeka.com


Dalam beberapa bulan muncul taman-taman baru di Bandung. Tanah kosong di tengah kota didandani, kolong jembatan layang dan bantaran sungai disulap jadi tempat bermain. Mural dan seni jalanan difasilitasi untuk menghasilkan karya yang bagus dan rapi. Slogan Bandung Creative City terus didengungkan. Anak-anak muda digerakkan untuk berkreasi, bahkan dibuatkan gedung sendiri yang dinamai Bandung Creative Hub.

Mobilisasi anak muda paling masif tentu ketika peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika. Ribuan anak muda menjadi volunteer tanpa dibayar. Saya adalah satu diantaranya, rasanya senang sekali mendapat kesempatan berkontribusi untuk Kota Bandung dan bekerja di bawah kendali Ridwan Kamil.

Volunteer gathering Peringatan 60 tahun KAA | Svaradiva.id

Setelah proyek-proyek kreatif, infrastruktur fungsional mulai dikebut seperti perbaikan gorong-gorong, trotoar, jalan, dan jembatan layang. Infrastruktur yang flop tentu juga ada, misalnya Teras Cihampelas yang hangat hangat tai ayam, hanya rame di awal. Tapi jumlah yang gagal ini minor kalau dibandingkan dengan keseluruhan pembangunan. Overall Bandung tetap sebuah kota yang rapi dan nyaman, kota dimana saya bisa mengerjakan soal mekanika fluida di sebuah taman.

Taman Musik, pernah garap tugas disini | Phinemo.com

Ridwan Kamil mengakhiri masa jabatan sebagai Walikota Bandung pada 2018 tanpa meninggalkan record berbau dugaan korupsi atau semacamnya. Kalau dibilang kecolongan mungkin dalam hal pembangunan yang tetap berjalan di kawasan Bandung utara. Tapi ini pun tidak benar-benar dalam kontrolnya karena kawasan itu bukan hanya meliputi wilayah administrasi Kota Bandung saja tapi juga Kabupaten Bandung Barat.

Saat terpilih menjadi gubernur Jawa Barat saya sudah tidak terlalu merasakan influencenya seperti ketika menjadi walikota. Lagipula saya pindah dari Bandung tahun 2019. Tapi melihat keberhasilannya mengalahkan duo Dedi dan pasangan Asyik (bandwagon Prabowo-Sandi dan Anies Baswedan dengan pendukung super militan) rasanya bisa disimpulkan kalau masyarakat tetap percaya pada RK.

Apa yang saya rasakan ketika tinggal di Bandung plus beberapa sentimen lain seperti kesamaan almamater menjadikan saya punya penilaian yang tinggi pada seorang Ridwan Kamil. Andai saya masih sekolah, beliau adalah orang yang saya harapkan hadir menjadi pembina upacara di hari senin pagi.

Kembali ke Jogja?

Drama-drama 2020 menggariskan saya untuk test drive merasakan WFH yang benar-benar WFH karena dikerjakan dari rumah bukan kosan. Saya sudah pulang 2x, masing-masing satu bulan dan dua minggu. Pulangnya karena ada keperluan, tapi extend-nya karena belum perlu ke kantor dan rasanya lebih aman tetap disana.

Untuk teman-teman yang memang ada kepentingan atau sudah sangat rindu pulang, pulang saja nggakpapa. Pastikan badan dalam kondisi sehat dan bugar. Seminggu sebelum tanggal perjalanan jaga diri baik-baik dan tingkatkan standar prokes minimal di diri sendiri. Siapkan masker, face shield, hand sanitizer dan jangan lupa dibawa pas jalan. Jangan lupa tes rapid atau swab dan tetap berdoa semoga diberi keselamatan. 

Saya khawatir kalau menunggu pandemi selesai atau vaksin valid bakal sampai tahun depan. (P.S. tanggal 9 Desember masih ada rame-rame pilkada...)

Total 1,5 bulan kerja dari Jogja membuat saya menyimpulkan: kerja di Jogja itu enak banget asal gaji tetap ngikut Jakarta wkwkw

Saya mungkin ada bias sebagai orang Jogja. Masyarakat Jogja adalah masyarakat yang kebanggaan akan daerahnya tinggi. Jadi mohon dimaklumi kalau orang Jogja bias dalam menilai sesuatu tentang kotanya. Kadang disengaja, kebawa romantisme daerah istimewa.

Kembali ke WFH, rumah saya tidak ada WiFI karena pernah mau pasang tapi jaringannya belum sampai. Tethering dari HP jadi andalan ketika kerja dari rumah. Kuota lebih boros tapi nutup karena nggak perlu transport dan jajan. Beranjak sedikit dari laptop di meja makan sudah ada pisang goreng anget.

Kalau butuh internet yang kencang dan bisa diandalkan, sesekali saya ke kota. Pernah saya tuliskan di sini: https://www.chandranurohman.id/2020/08/45-menit-di-jalan.html

Keluar rumah = kulineran. Self reward afterwork jadi sangat menyenangkan karena dimana mana makanan murah dan enak. Makanan mahal dan enak ada juga sih, tapi mahalnya Jogja tetep bukan tandingannya ibukota. Kalau yang mahal dan gak enak jarang. Mie ayam 12 ribu udah sama minumnya dan enaknya gak kira-kira (re: Karman). 

Faktor lain yang membuat betah kerja dari Jogja adalah orang-orangnya. Walaupun sebagian sudah merantau, tapi masih banyak teman dan saudara yang tinggal di Jogja. Nggak tau ya, tapi di Jogja itu sering kalau mau main nggak usah janjian dulu, langsung datang aja ke rumah atau tempat nongkrongnya. Kalau ke rumah dan nggak ketemu, ya ngobrol aja sama bapaknya. Berasa orangnya selo selo gampang dicari, nggak kemrungsung dikejar dunia.

Jujur saya jadi kepikiran untuk kerja dari atau di Jogja. Tapi syarat dan ketentuan berlaku, offer harus cocok dulu. Di sisi lain sekarang banyak bermunculan kantor-kantor teknologi dan startup di Jogja. Bahkan kemarin ketemu seorang teman dan dia mem-forward info lowongan software engineer. 

Jogja punya banyak kampus dengan keilmuan teknik yang bagus, banyak anak muda lokal dan pendatang, biaya sewa tempat dan sumber daya murah, dan akses makin mudah dengan bandara baru dan tol. Kayanya 3-5 tahun yang akan datang bakal makin banyak bermunculan kantor digital di Jogja. Secara ladang ada kemungkinan untuk balik kesana.

Tapi di atas itu semua alasan terkuatnya adalah keluarga. Orang tua di Jogja dan sepertinya memilih untuk tetap disana. Bersama mereka satu bulan lebih menyadarkan saya bahwa ketika kita sibuk mengejar cita-cita kadang kita lupa mereka juga menua. 

Opsi untuk dalam tahun-tahun ke depan berkarir di Jogja kembali saya buka. Filter job vacancy sekarang tidak hanya DKI Jakarta tapi juga D.I.Yogyakarta. Saya belum tahu jalannya akan bagaimana jadi tidak mau mengkhayal di awang-awang. Tapi kalau niatnya untuk menemani orang tua, semoga Allah berikan rute paling mulusnya. Aamiin

Finally, hari ini tanggal 2 Oktober selain hari batik adalah hari ulang tahun ibu saya. Mohon doanya beliau sehat dan bahagia. 

Thanks!


Sponsor Rokok

Kalau suatu saat akrab sama orang barat atau malah tinggal di negeri barat, ada pertanyaan yang ingin sekali saya tanyakan ke mereka, kenapa mereka anti tembakau tapi pro alkohol?

Begini begini, hipotesis saya ini sangat mungkin salah karena referensi utama saya adalah balapan Formula 1. Sejak tahun 2006, FIA selaku panitia balapan Formula 1 melarang adanya iklan produk tembakau atau rokok dalam event olahraganya. Larangan ini tidak lepas dari dorongan dari WHO dan negara-negara tempat balapan dihelat. Sementara itu iklan produk-produk alkohol masih diijinkan sampai sekarang.

Saya coba mengesampingkan bias yang mungkin terjadi karena saya orang Indonesia dan muslim yang normalnya menganggap rokok masih mending daripada minumal beralkohol. Tapi meski begitu dalam benak saya tetap logisnya kalau tembakau dilarang seharusnya alkohol juga dilarang, atau sebaliknya dibolehkan dua-duanya saja.

Saya sebagai penonton tidak lantas pengen ngrokok hanya karena lihat iklan rokok. Apalagi di Indonesia iklan rokok ada di mana mana di seluruh sudut kota, sudah kebal. Lagipula sponsor-sponsor rokok di body mobil F1 punya nilai nostalgia dan membuat tampilan tampak lebih maskulin.


Karena larangan iklan rokok ini, Ferrari yang pada era Schumacher sangat identik dengan logo Marlboro-nya mengubahnya menjadi barcode yang katanya kalau dilihat sekilas dalam kecepatan tinggi akan mereplikasi logo Marlboro. 

Sekarang logo barcode berubah lagi menjadi Mission Winnow yang ternyata adalah bagian dari gerakan CSR-nya Phillip Morris International, pemilik merk Marlboro. Hal serupa dilakukan McLaren dengan A Better Tomorrow-nya yang ternyata milik British American Tobacco.


Negara seperti Australia lebih ketat lagi sampai sampai Ferrari dan McLaren harus menghapus logo yang nyrempet-nyrempet rokok itu. Kalau kata kementerian kesehatan Australia :

The laws aim to limit messaging that may persuade people to start or continue using tobacco.

Salut sih dengan keberanian pemerintah Australia melawan kapitalisme rokok. Padahal Phillip Morris sudah membayar Ferrari lebih dari 150 juta dollar untuk memasang logo Misson Winnow. Kebijakan yang nggak bisa 'dibeli', Ferrari tetap muncul di balapan polosan.

Kembali ke pertanyaan awalnya, kalau iklan produk tembakau dilarang kenapa produk alkohol enggak ya? Alfa Romeo masih menyematkan logo Singha, sebuah produk beer. Bahkan Heineken masih bisa menjadi title sponsor untuk Zandvoort Grand Prix 2020 meskipun batal karena pandemi.

Kalau dari sisi kesehatan bukannya tembakau dan alkohol sama sama punya efek negatif ya? Soal terlarang bagi anak-anak juga sama kan. Alasan yang valid mungkin karena efek alkohol dirasakan sendiri sedangkan rokok karena mengeluarkan asap membuat orang di sekitar ikut terdampak. 

Saya ada pikiran yang agak sinis, entah benar atau tidak, bahwa secara kasta sosial rokok itu ada di bawah alkohol. Faktanya rokok kan memang makanannya negara berkembang macam Indonesia. Mungkin mereka menganggap rokok adalah komoditi rakyat jelata jadi dianggap bukan domain mereka dan nggak masalah mengeluarkan kebijakan yang kontra.

Formula 1 masuk kategori olahraga mahal walaupun masih di bawah golf dan tenis. Sindrom orang kaya ogah memakai barangnya orang biasa mungkin ada di seluruh dunia, dan mungkin salah satu barangnya adalah rokok.

Saran saya ke FIA mbok sudah biarin tim-tim F1 bekerja sama dengan sposor rokok. Ikuti saja cara negara kami: yang penting nggak muncul gambar produk rokoknya. Perusahaan rokok adalah satu dari sedikit perusahaan yang mampu menggelontorkan dana ratusan juta dollar untuk aktivitas olahraga. Cocok untuk membantu tim-tim yang kesulitan pendanaan seperti sekarang ini.

Saya bukan perokok tapi mendukung sponsor rokok kembali menempelkan namanya di body mobil F1 karena keren. Formula 1 tidak perlu terlalu kejam pada brand rokok kalau Sugarbook saja masih bisa jadi sponsor.