Kenapa Hari-hari ini Sumuk ya?


Sumuk adalah istilah dalam bahawa jawa yang artinya gerah. Saya rasa kita bisa sepakat bahwa sekitar satu setengah bulan terakhir cuaca di Indonesia sedang panas dan gerah. Kombinasi suhu dan kelembaban tinggi membuat badan kurang nyaman. Kita jadi mudah berkeringat dan rawan bau badan jika kurang menjaga kebersihan. Tapi kalau baca buku Bumi yang Tak Dapat Dihuni (The Uninhabitable Earth) karya David Wallace-Wells, efek dari naiknya suhu karena pemanasan global bisa jauh lebih buruk daripada sekedar bau badan.

Tapi itu nanti, saya mau mulai dari yang berhubungan dengan yang kita rasakan sehari-hari. Kenapa sih kita yang tinggal di daerah tropis banyak berkeringat dan sering merasa gerah? Di buku The Uninhabitable Earth saya menemukan istilah wet bulb temperature yang setelah saya browsing ternyata bisa menjawab beberapa pertanyaan.

source: JH Cooling Machine

Wet bulb temperature (WBT) adalah suhu yang terukur dari termometer yang bagian bulb-nya ditutup kain basah kemudian dilewati udara (airflow). Dengan ditutupkan kain basah ini, termometer mereplikasi sistem pendinginan tubuh manusia yang terjadi dengan mengeluarkan keringat atau biasa disebut evaporative cooling. Karena ada fungsi cooling di sini, suhu yang terukur di WBT akan lebih rendah daripada dry bulb temperature, yaitu ketika termometer tidak dipasang apapun, ya seperti cara kita biasanya mengukur suhu pakai termometer merkuri.

Pertanyaannya, seberapa banyak selisih antara wet bulb dan dry bulb temperature? Ini dipengaruhi oleh kelembaban. Kelembaban adalah ukuran berapa banyak air yang ada di udara, semakin banyak air maka dikatakan kelembaban semakin tinggi. Semakin tinggi kelembaban, semakin susah evaporative cooling untuk terjadi karena 'ruang' untuk tambahan uap air sudah sedikit. Semakin sedikit cooling, semakin tinggi suhu yang dirasakan oleh sistem termometer yang ditutup kain basah tadi, yang mana ini menggambarkan bagaimana kita manusia semakin gerah ketika kelembaban udara tinggi.

Jadi barangkali di suatu hari suhu di Jakarta dan Tokyo sama-sama 30 derajat celcius. Tapi kelembaban di Jakarta 75% sementara Tokyo 30%. Dalam kasus ini, 30C di Jakarta terasa lebih gerah daripada di Tokyo. Ukuran kelembaban dalam persen ini disebut relative humidity. Jika relative humidity mencapai 100% maka pengukuran wet bulb = dry bulb karena pada sistem wet bulb tidak bisa lagi ada penguapan. Sebaliknya jika ada di angka 0%, penyerapan moisture akan lebih cepat sehingga apparent temperature (temperatur yang dirasakan) manusia semakin rendah/dingin.

Salah satu mekanisme kerja air conditioner (AC) adalah mengurangi kelembaban udara sehingga kita tidak merasa gerah. Tapi efek sampingnya kulit jadi terasa kering kalau terlalu lama berada di ruang ber-AC. Jadi temperatur dan kelembaban udara bersama-sama menentukan seberapa gerah kita rasakan. Sebenarnya kelembaban agak tinggi pun asal suhunya masih dingin tidak masalah. Karena saat masih dingin kita belum butuh-butuh banget dengan evaporative cooling.

Angka dry bulb temperature, wet bulb temperature, dan kelembaban dapat dihubungkan satu sama lain. Dari sisi yang lain, ilmu kedokteran memberikan data seberapa panas yang aman dan berbahaya bagi manusia. Jadi pada batas tertentu, jika suhu dan kelembaban terlalu tinggi secara bersama-sama, efeknya bukan lagi nyaman-tidak nyaman tapi sudah taraf membahayakan keselamatan. Ada tabel heat index untuk mempermudah melihat amankah aktivitas kita dalam hubungannya dengan temperatur dan kelembaban.

source: researchgate


Banyak pertanyaan lain yang bisa terjawab dengan konsep wet bulb temperature ini. Misalnya kenapa kalau selesai mandi atau baru keluar dari kolam renang kita merasa dingin. Itu karena badan kita yang tertutup air membuat kita jadi seperti termometer yang ditutup kain basah. Sebagian air memang jadi kering karena handuk, tapi sebagiannya lagi menguap sambil mengambil energi panas tubuh. Atlet berbagai cabang olahraga menyiramkan air ke muka atau badan untuk alasan yang sama juga.

Kembali ke buku The Uninhabitable Earth dan kenapa kita bicara lebih luas dari sekedar masalah bau badan. Dengan laju emisi yang ada saat ini, ada kemungkinan pada tahun 2100 suhu bumi akan lebih tinggi 2-4 derajat celcius dibanding sekarang, ada yang bilang lebih tinggi lagi bahkan. Kenaikan beberapa derajat ini bisa jadi membawa kita melewati batas antara livable dan tidak karena jika terlalu panas muncul ancaman heat stroke. Jadi ada potensi banyak tempat di daerah tropis (yang kelembabannya tinggi) akan tidak lagi bisa dihuni.

Kalau yang diusik hanya kenyamanan, mungkin kita akan lupa ketika nanti malam yang dingin di musim hujan sudah datang. Tapi kalau ada kesadaran bahwa kenaikan suhu ini hubungannya dengan keselamatan, seharusnya banyak gerakan kolektif yang dilakukan untuk memperlambat laju pemanasan global. 

Tentang wet bulb temperature dan lainnya, maaf kalau ada penjelasan yang meleset, mungkin fellow chemical engineering grad bisa lebih baik dalam menjelaskan.

Terimakasih, semoga ada manfaatnya.

source: JH Cooling Machine


Chandra

0 comments :

Post a Comment