RWTH
Siapa yang nggak mau kuliah di RWTH Aachen? Walaupun namanya tidak sementereng MIT, Caltech, atau Imperial College, embel-embel 'Pak Habibie dulu kuliah di sini' cukup kuat untuk menarik minat anak-anak muda. Saya belum berkesempatan kuliah di sini, tapi baru sempat mampir.
Aachen adalah kota di Jerman yang berbatasan dengan dua negara sekaligus, Belanda dan Belgia. Kota ini terletak di state North Rhine-Westphalia sehingga kampus yang ada di sana namanya RWTH alias Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule. Kampus RWTH berada telak di pusat kota Aachen, berdekatan dengan landmark seperti Aachener Dom. Aachen bisa dijangkau menggunakan kereta langsung ke jantung kotanya atau bisa juga jalur darat menggunakan mobil.
Jika datang dari arah Belanda, ada satu tempat yang harus disinggahi dulu sebelum masuk Aachen yaitu Drielandenpunt (Three Countries Point). Ini adalah titik pertemuan batas 3 negara yaitu Jerman, Belanda, dan Belgia. Lokasinya ada di atas bukit dan bisa dijangkau dengan naik dari kota Vaals. Di sana ada sebuah monumen yang menunjukkan titik istimewa ini, di dekatnya ada kafe yang punya beberapa pintu yang letaknya di negara yang berbeda, dan ada juga wahana bermain labirin (full size, orang dewasa masuk nggak kelihatan sampai kepala). Fun fact, lokasi ini juga adalah titik tertinggi Belanda padahal tingginya hanya 322 mdpl, menunjukkan betapa flat-nya negara ini.
Aachen tidak jauh lagi dari Vaals dan kami langsung menuju ke pusat kotanya karena memang tujuan utamanya adalah RWTH. Kelihatan sekali RWTH jadi nadi kota ini, banyak (orang berpenampilan) student lalu lalang seperti di Bulaksumur dan Dago haha. Sayang cari parkir di pusat kotanya agak susah dan terbatas waktu jadi kami belum puas menikmati kota ini.
Kami melanjutkan perjalanan menuju Koln. Setelah riset-riset, tujuan pertama adalah Cologne Central Mosque, sebuah masjid yang berdiri megah di Kota Koln. Sungguh ini masjid paling bagus yang saya lihat di Eropa: arsitekturnya keren, besar, bersih, dan very welcoming. Masjid ini punya orang-orang Turki yang mana memang komunitasnya besar di Jerman.
Untuk bergerak ke pusat kota kami memilih pakai kereta bawah tanah agar tidak perlu memusingkan parkir, kendaraan biar istirahat di basement masjid. Pusat Kota Koln ditandai Katedral yang luar biasa besar dan tinggi menjulang ini. Gothic menjurus seram. Di sampingnya ada stasiun kereta dan deretan shoping center. Overall nice city, senang berkunjung ke sini.
Malamnya kami mencoba memilih penginapan di luar Kota Koln. Kami nemu satu airbnb yang lokasinya dekat peternakan kuda. Pengalaman yang unik tapi rasanya cukup satu kali saja. Pagi harinya memang enak karena pemandangannya luar biasa bagus dan bisa lihat kuda dari dekat, tapi minusnya kebersihan dan ketenangan agak kurang karena dekat kandang, bagaimanapun tetap bau. Paginya kami kembali ke Koln untuk sarapan di satu-satunya warung Turki yang sudah buka, susah untuk beli makanan (halal) di minggu pagi di Jerman. Bahkan beda dengan Belanda dan Belgia, swalayan Jerman tutup di hari minggu.
Tujuan terakhir adalah Monschau, sebuah kota kecil (atau village malah) di pinggiran Jerman. Ini tempat yang luar biasa cakepnya, berasa set film bukan dunia nyata. Foto-fotonya sudah saya unggah di instagram.
Danke,
Chandra
0 comments :
Post a Comment