Krisis Toleransi Beragama : Apa Cuma Saya Di Sini yang Tidak Nyaman ?



Saya suntuk dengan ketidakharmonisan ini. Marilah menjadi agen perdamaian. 

Dua minggu terakhir media massa dipenuhi berita mengenai Ahok, demo 411, agama, Al-Maidah 51, pilkada DKI, SBY, Loyalitas TNI, dll. Sungguh aliran informasi yang memuakkan bagi saya. 

Newsjacking bisa membuat sebuah tulisan viral. Bisa saja saya memanfaatkan momen ramainya kasus-kasus ini untuk membuat tulisan populer. Tapi meskipun banyak referensi dan ada kesempatan menulis itu tidak saya lakukan. Even, saya belum satu kali pun menulis di social media mengenai peristiwa ini.

Saya takut kehilangan teman. Isu agama sangat sensitif. Beberapa teman membatalkan agenda ke jakarta untuk acara Indo Defence dan EHEF 2016 karena khawatir ketemu demo. Salah satu WA group saya chaos karena ada yang memosting link tentang aksi 411, beberapa anggota left dan sang pemosting harus susah payah minta maaf.

Demo 411 usai tidak berarti atmosfer mendingin. Internet masih dipenuhi dengan dugaan adanya provokator penyusup, dugaan campur tangan politikus bahkan termasuk SBY, dan presiden yang 'terpaksa' turun menemui ulama dan aparatnya. 

Kebencian makin menyebar. Netizen bersuara menyebarkan berita yang belum tentu kebenarannya. Banyak orang tanpa pikir panjang membagikan tulisan, berita, dan provokasi. Sialnya, kebayakan share dilakukan sambil membenarkan keyakinannya dan/atau mengutuk keyakinan lain. Menyedihkan sekali.

Peristiwa bom molotov di Samarinda akhirnya menjadikan saya gatal untuk ikut berkomentar. Gemas sekali dengan drama-drama dan pemutarbalikan logika yang terjadi. Prasangka buruk menyebar merusak hubungan antar personal di level akar rumput.

Saya menghormati proses hukum yang berjalan baik untuk kasus Pak Ahok maupun bom molotov. Namun dari pengamatan saya ada beberapa poin yang dapat ditarik :

1. Pak BTP alias Ahok berpidato di Kepulauan Seribu dan kepleset menyebut-nyebut Surat Al-Maidah 51 disertai embel-embel 'dibohongi'. Menurut saya memang ini kurang bijak untuk orang biasa sekalipun. Kalau bicara di depan umum lebih baik bawa ayat dari kitabnya sendiri. Bawa-bawa ayat orang di depan umum sangat beresiko.

2. Lepas dari kesalahan pengutipan atau apapun, ada/banyak umat Islam yang secara ikhlas ikut serta dalam aksi 4 November. Mereka pergi dari rumah masing-masing dengan kerelaan, tanpa mengharap bayaran atau semacamnya. Saya cukup yakin karena mendapat penuturan dari orang terpercaya. Sumber saya tidak menerima bayaran apapun, hanya dapat roti dan minuman yang dibagi-bagikan.

3. Masih banyak pertanyaan yang sangat mengganggu tapi belum jelas jawabannya.
Apakah benar ada yang menunggangi aksi damai 411 ? Kalau ada, siapa saja ?
Apakah benar presiden dari kalangan sipil kurang kuat ? Apakah ada ketidaksepahaman di kalangan atas sana ? 
Mengapa BIN disebut-sebut ?
Bom molotov Samarinda, seorang ekstrimis ingin mengganggu agama lain atau ingin merusak nama Islam ?
dan lain lain.

4. Posisi Gubernur DKI Jakarta berbeda dengan gubernur daerah lain. Gubernur DKI memiliki kekuasaan lebih besar karena walikota di bawahnya bukan dipilih tapi ditunjuk dan tidak ada DPRD di tingkat kota. Gubernur DKI setingkat menteri. Posisi gubernur ibukota sangat strategis dan pilkada sudah dekat. Oleh karenanya, sangat mungkin peristiwa akhir-akhir ini berkaitan dengan pilgub DKI. 

5. Di kalangan akar rumput, agama menjadi isu sangat sensitif. Karena sensitifnya menjadi sulit untuk membuka forum-forum diskusi dengan kepala dingin.

6. Contoh kebingungan yang ada di pikiran saya : pihak Cikeas dituding mengail di air keruh pada kesempatan ini karena AHY mencalonkan diri sebagai calon gubernur DKI Jakarta. Ada 2 kemungkinan output. AHY leading karena pesaingnya tercoreng atau AHY malah turun popularitasnya karena dianggap main kotor. Lebih lanjut, jika kemungkinan 2 yang terjadi, AHY bisa play victim. Di sisi lain, calon lain bisa naik karena masyarakat simpatik dan menganggap mereka terdzalimi. Pengetahuan saya sangat dangkal di bidang ini, tapi di level atas sana pasti sudah menyiapkan banyak plan.

Saya menulis pendapat saya di blog supaya tidak mengotori timeline siapa pun. Saya ucapkan terima kasih kepada Anda yang meluangkan waktu mengklik blog saya dan membaca tulisan ini. 

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.” (Al-Mumtahanah 8).

“Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang yang zalim di antara mereka, dan katakanlah, “Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhan-mu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya-lah berserah diri.” (Qs. Al-Ankabut [29]:46)

“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami hiasi bagi setiap umat pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah tempat kembali mereka, lalu Dia memberitahukan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Qs. Al-An’am [6]:108)

Daripada kita menjadi api yang memanaskan suasana dan membakar tali silaturahmi, lebih baik kita menjadi angin perdamaian. Bila Anda muslim maka tunjukkan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan perdamaian. Sampaikanlah ilmu dengan cara-cara yang baik lagi santun.

Jadilah seperti Mohammad Ali yang jika bertanding perang berhenti karena para tentara sama-sama ingin menonton. Sungguh-sungguh terjadi pertandingan Ali pernah diselenggarakan di Afrika karena di sana sedang perang.

Marilah mencari persamaan, bukan perbedaan.


Salam,
Chandra Nurohman, saya sadar tulisan ini pun tendensius sebenarnya
*Mending nostalgia dengerin lagu ini. Kalau Anda tahu, Anda sudah berumur :)



Wayang - Damai

0 comments :

Post a Comment