Seni Merayu Tuhan: Podcast Dalam Bentuk Tulisan


Salah satu influencer (kalau tidak ingin disebut ulama) yang sedang saya ikuti adalah Habib Husein Ja'far Al-Hadar. Saya pendengar setia podcast Berbeda Tapi Bersama (BTB) di Noice dan subscriber YouTube Jeda Nulis. Saya juga menyimak obrolan beliau di podcast/video dari creator lain seperti SportCast77 yang ngomongin bola, Berizik waktu Habib bicara musik, sampai PWK yang obrolannya kemana-mana. Rasanya seperti berpahala ketika nyimak apa yang disampaikan oleh seorang cucu Kanjeng Nabi walaupun soal Juventus atau sebuah warung sate di Ciputat .

Saya cukup sering mendengarkan beliau sampai terbayang cara bicaranya. Ketika baca buku Seni Merayu Tuhan ini saya yakin bahwa ini karya beliau dan mungkin tidak banyak diedit. Pilihan diksinya sama dengan ketika beliau bicara. Koma-koma di tengah kalimatnya (agak banyak) persis seperti tempat pemenggalan kalimat ketika beliau ucapkan secara lisan. Kalau audiobook itu buku yang diperdengarkan, kalau ini seperti ceramah yang dituliskan, sudah ada istilahnya belum ya?

Beberapa minggu yang lalu Habib mengunggah sebuah story di instagram bahwa untuk yang membeli buku Seni Merayu Tuhan atau Ada Tuhan di Hatimu di toko Warung Sejarah RI maksimal hari itu akan mendapat tanda tangan basah dari beliau. Sayangnya saya melihat story tersebut satu hari sesudahnya, otomatis 'promo' itu sudah lewat. Tapi dari situ saya yang sebelumnya merasa cukup dengan mendengar dan belum tertarik dengan bukunya jadi terpikir untuk beli salah satu.

Seperti yang saya bilang sebelumnya, saat membaca buku Seni Merayu Tuhan di kepala seperti sedang memakai headset mendengar ceramah atau interview Habib Husein. Antara konten digital dan konten tulisan sangat seragam. Akhirnya buku ini dengan mudahnya dapat saya telan layaknya sebuah podcast. Beberapa isinya juga sudah pernah saya dengar beliau katakan dalam konten digital.

Seperti biasanya dalam podcast/interview, Habib Husein menekankan bahwa Allah itu cinta keindahan maka kita sebagai hamba harus menjaga akhlak yang indah dan baik termasuk pada orang yang berbeda bahkan menyakiti. Dalam beragama kita harus rasional, seperti yang banyak termaktub dalam Al-Quran mengenai pentingnya akal. Judul dari setiap bab mewakili poin-poin yang ingin disampaikan oleh Habib:

Beragama dengan Cinta: Merayu bukan Mendikte
Beragama dengan Keberagaman: Memberi Solusi bukan Menghakimi
Beragama dengan Akhlak: Mengajak bukan Mengejek
Beragama dengan Tulus: Ikhlas bukan Culas

Sebuah paragraf dari buku Seni Merayu Tuhan:
Kita dididik untuk bijak menyikapi perbedaan itu, yakni memilih salah satu pendapat untuk dipegang, tapi dengan kerendahan hati tanpa merasa kita pasti benar dan dengan pandangan bahwa yang berbeda belum tentu juga salah.



Chandra


0 comments :

Post a Comment