HCB



Merinding boss, ketika tahu orang yang selama ini kita anggap akan punya masa depan yang cerah mendapat masalah yang bener-bener mengancam masa depannya. Menulis nama seoarang kawan di google biasanya direspon dengan deretan sosial media dan portal akademik. Aku yakin begitupun dia setahun yang lalu, sebelum sebuah kejadian memukul jiwanya yang aku yakin sebenarnya sangat kuat. Sekarang kamu telusuri namanya dan yang keluar adalah sebuah berkas persidangan.

Dulu dia tak ubahnya seperti teman lama yang kalau kita ada perlu tinggal cari instagram atau twitternya, buka DM, lalu ucapkan salam dan sampaikan keperluan. Bahkan kutahu dia mempublish kontak pribadinya dimana-mana karena tuntutan dan kesibukannya. Tapi kini not a single documentation can be found in the ordinary internet. Dia seperti hilang, tapi aku yakin dia masih ada.

Sebagai orang yang imannya masih naik turun, bukan sekali dua kali aku dalam hati masih biasa saja atau bahkan menyembunyikan senyum ketika orang lain jatuh, astaghfirullah. Tapi sejujurnya kali ini aku ikut jatuh melihat dia jatuh. 

Melihat jalan hidupnya, aku memposisikan diri sebagai orang yang akan tepuk tangan keras sekali saat dia sampai pada tujuan dan cita-citanya. Sambil menyanyikan sebuah lagu berjudul Rayakan Pemenang, "kau tiada pernah bisa terbantahkan, semua baru terbukti di jaman sekarang". Iya terbukti kalau dulu aku salah besar, dan sekarang mau minta maaf pun sudah sangat susah sekali.

Ramadhan ini, kalau mau diambil intisarinya adalah bahwa kita nggak pernah tahu apa yang kita lakukan ke orang lain efeknya baik atau buruk. Menyakiti orang dengan pembenaran bahwa dia akan memaafkan menjadi tidak valid ketika tidak ada jaminan bahwa kita akan bisa minta maaf. 

Aku nggak ingin punya pikiran bahwa setelah kejadian itu aku jadi orang lebih baik dari kamu. Tidak sama sekali. Aku berharap kamu bisa bangkit, kembali menjalani hidup, dan kita berpotongan jalan lagi suatu saat di masa depan nanti, teman.


0 comments :

Post a Comment