Tidak Ada Lebaran Tahun Ini


Sejak pertama merantau, Idul Fitri adalah satu satunya momen yang bagi saya tidak bisa tidak harus dirayakan bersama keluarga di rumah. Saya pernah merayakan Idul Adha di perantauan, tapi tidak dengan Idul Fitri. Biasanya paling lambat H-5 lebaran saya sudah di kampung halaman, taraweh di masjid dekat rumah. Tahun ini adalah pertama kalinya saya akan merayakan lebaran jauh dari rumah dan jauh dari keluarga. 

Ramadhan dan lebaran tahun ini disponsori pandemi virus Covid-19 yang mungkin masih akan terkenang sebagai salah satu pandemi terbesar abad ini. Di tengah semrawutnya kebijakan, saya termasuk golongan yang memutuskan untuk tidak pulang demi kebaikan diri dan keluarga. Kalau ibu sudah meminta untuk jangan, maka alasan apa lagi yang mau kamu gunakan untuk pulang?

Ramadhan tahun ini sangat berbeda? Ya. Jakarta adalah zona merah. Tidak ada tarawih berjamaah di masjid dekat tempat saya tinggal. Tidak ada kajian menjelang berbuka puasa, Tidak bisa berdiam diri di masjid pada malam hari atau sekedar membunuh waktu merenung di siang hari karena masjid dalam kondisi tertutup untuk umum. 

Tidak pulang artinya menggenapkan ramadhan sendirian di kosan. Banyak waktu untuk dihabiskan dengan diri sendiri. Tapi juga banyak momen berharga bersama keluarga yang terpaksa direlakan. Dibangunkan ibuk tiap pagi untuk sahur via telepon bukan dengan digerak-gerakkan kakinya. Berbuka dengan beli makanan di kaki lima atau warung makan bukan masakan ibu di rumah atau takjil di masjid. Tidak ada meja makan yang diatasnya tersaji berbagai jenis sajian. Tidak ada saling menyampaikan besek berisi lauk pauk dengan tetangga yang membuat hampir tiap hari ada makanan tak terduga.

Tidak ada safari masjid Jogokaryan, Suciati Saliman, Jamasba, dan Kauman seperti biasanya bersama teman-teman. Buka bersama yang direncanakan sebelumnya tidak ada yang terlaksana. Tidak ada seremoni bakti sosial, digantikan sedekah via transfer ke lembaga penyalur bantuan atau crowdfunding acara kemanusiaan. Pengajian digantikan zoom atau live instagram.

Begitu pula menjelang lebaran tidak ada ketupat dan gulai menthok buatan ibuk. Saya mungkin masih bisa beli ketupat dan kue-kue lebaran di Jakarta. Tapi bukankah rasa adalah soal yang tak bermassa? Sungkem akan tergantikan dengan video call. Kunjungan ke saudara-saudara sekarang berwujud kiriman bingkisan dan ucapan. Betapa banyak hal yang berubah.

Sebenarnya saya sudah rindu berkeliling dari satu simbah ke simbah lainnya seperti tahun-tahun sebelumnya. Disuguh berbagai cemilan dan minuman yang saya tidak pernah jaim menyantapnya bahkan ketika sudah dianggap dewasa. Lebaran juga momen dimana bisa makan sampai enam-tujuh kali sehari dalam rangka menghargai tuan rumah yang sudah menyiapkan.



Kalau kata ibuk beberapa hari yang lalu, lebaran ini adalah momen untuk belajar ikhlas berpuasa tanpa mengharapkan 'lebaran'. Nilai ramadhan tahun ini mungkin bukan pada menahan haus dan lapar. Tapi pada kerelaan bahwa akan ada sesuatu yang hilang dan tak biasa pada ramadhan dan lebaran yang sekarang. Lalu melihat seberapa kita bisa bersyukur dan berbahagia karenanya.

Rasanya kita jadi perlu mengevaluasi diri. Ketika kita berdoa untuk dipertemukan dengan ramadhan berikutnya apakah saat itu yang kita harapkan adalah keberkahan dan ibadahnya atau hanya semata-mata kebiasaan dan kebahagiannya? Atau libur panjang dan THR-nya?

Tidak ada lebaran tahun ini bukanlah kampanye untuk mengutuk keadaan yang terjadi saat ini. Tapi ajakan untuk memilah mana yang sebenarnya menjadi inti dari lebaran. Faktanya ibadah puasa adalah ibadah yang bisa kita lakukan 'sendirian'. Semoga kita tidak perlu bersedih jika yang terhalang untuk melakukannya hanyalah komponen tambahan yang kita inginkan tetapi sebenarnya bukan yang esensial. 

Tidak kurang-kurang kita mesti bersyukur telah diberi kesempatan dan kesehatan untuk menjalani ibadah ramadhan tahun ini. Semoga ibadah kita mendapat nilai yang baik dari-Nya dan hal-hal yang belum maksimal bisa kita perbaiki di kesempatan berikutnya. Semoga kita dipertemukan dengan ramadhan tahun depan dalam keadaan yang tanpa kurang suatu apapun. Aamiin

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441H/2020M
Taqabalallahu minna waminkum
Mohon maaf lahir dan batin

Chandra

0 comments :

Post a Comment