Agamophobia



Agak mengganggu ketika sekarang orang-orang begitu sensitif kalau ada hal-hal berbau agama. Hari ini mencuat di twitter seorang buzzer ngetweet sindiran pada SPBU yang memberikan bbm gratis ke konsumennya yang baca Al-Quran. Come on, SPBU deket rumah saya sudah sejak bertahun lalu ngasih gratis bbm seperti itu juga sepanjang bulan puasa, dan nggak ada yang protes tuh.



Geli ketika seorang kader partai mengeskalasi hal-hal macam ini. Logika mana yang menghubungkan bbm gratis dengan menempatkan pemeluk agama lain sebagai second class citizen. Padahal ini partai yang katanya menjunjung tinggi toleransi, eh.

Setelah saya baca-baca, SPBU ini dikelola oleh swasta dan bukan milik anak perusahaan Pertamina. Jadi terserah pemiliknya mau membuat kebijakan bonus seperti apa, toh promo ini dibiayai oleh keuangan pom bensin itu sendiri, bukan uang rakyat.

Bahkan kalau mau bicara BUMN, beberapa BUMN juga memberikan promo dan hadiah berupa paket umroh. Yang namanya usaha, mulai dari kios kelontong kecil hingga perusahaan raksasa dikelola oleh manusia dan melayani manusia. Mereka bukan robot yang semuanya harus sama-ma. Ada pertimbangan-pertimbangan yang ujungnya bertujuan menyenangkan konsumennya.



Perusahaan pasti punya data persebaran demografi konsumen mereka. Mulai dari usia, jenis kelamin, agama, dan lain sebagainya. Data ini menjadi acuan untuk banyak keputusan, salah satunya dalam memberikan promo dan hadiah. Promo membutuhkan biaya, maka harus tepat sasaran. Jadi jangan dipaksa memberikan promo secara rata.

Grab kemarin memberikan diskon tarif flat di Jakarta untuk keberangkatan dari stasiun KRL tertentu saja yang jadi pusat commuter. Disneyland punya harga yang berbeda (lebih murah) untuk lansia. Bulan depan mungkin beberapa warung makan akan ngasih diskon untuk orang bernama Agus. Apa yang kaya gini akan dibaperi?

Phobia ini semakin kemana-mana. Saya jadi harus agak mikir kalau mau ngetweet atau berkomentar takut salah omong dan dinilai macam-macam. Masalahnya sekarang banyak orang bipolar. Logika banyak orang sekarang: kalau kamu bukan kelompokku, maka pasti kamu kelompok lawanku. Sayangnya saya lihat oknum dari kedua kubu ada yang begitu, jadi nggak selesai-selesai urusannya.

Orang yang menegasikan dengan cara ini perlu diruqyah emang. Memangnya dunia ini cuma ada hitam putih? cuma ada kawanmu dan lawanmu? saya lebih suka menyebutnya kelompokku dan kelompok lain? Kalau kata Cak Nun, jangan menilai aku benar kamu salah, tapi katakan aku begini dan kamu berbeda. Perkara siapa benar dan salah, bukan hak kita untuk menentukan. Sesama siswa tidak bisa mengisi raport temannya.

Sekarang ini saatnya rekonsiliasi setelah polarisasi yang terjadi selama berbulan-bulan. Kalau yang akan dikatakan rawan menjadi sebuah provokasi mending nggak usah dikatakan. Di sosial media saya tidak akan mengatakan saya ada di posisi mana. Saya mau ketawa aja kalau ada orang yang berusaha melucu.

Soal promo bbm nggak usah dibaperi lah. Apalagi kalau yang bersangkutan cuma nemu foto itu dan nggak tahu sebenarnya dimana itu SPBU. Terserah yang punya SPBU apakah promo itu hanya pertimbangan bisnis atau yang punya memang mengharapkan berkah di dalamnya. Emang tahu siapa yang punya? Enggak kan.

Kalau ada yang mau buka twitnya, ini saya kasih link-nya: twit promo bbm

Keep calm and makan makan

@chandranrhmn

0 comments :

Post a Comment