Benign Masochism & Benchmark



Sejak Mei 2014 lalu, Om Hauwke berpetualang keliling dunia naik mobil Land Cruiser. Beberapa hari yang lalu Gofar Hilman dari Hard Rock FM menorehkan rekor siaran radio terlama di Indonesia selama 34 jam non stop. Pemecahan rekor ini sekaligus sebuah penggalangan dana melalui kitabisa untuk pembangunan sekolah di daerah tertinggal. Belum lama juga James McDonald berusaha memecahkan rekor bersepeda 950 km dalam 24 jam tanpa berhenti, meskipun akhirnya dia gagal.

Om Hauwke

Benchmarking adalah cara orang memaksa diri ketika dia tidak berada dalam sistem yang memaksanya tumbuh. Saya dulu pikir memanfaatkan waktu sebaik-baiknya artinya menggunakannya untuk sebanyak mungkin hal-hal bermanfaat. Tapi ada dimensi lain yaitu dimensi pencapaian.

Ada kepuasan yang didapatkan ketika seseorang sampai pada level yang belum pernah dicapai sebelumnya. Ada kalanya seseorang melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri, dan itu tidak salah. Percayalah, orang bisa lebih berguna untuk sekitarnya jika sudah selesai dengan dirinya sendiri

Kepuasan menjadi bahan bakar untuk tetap bergerak bagi orang-orang yang sudah mulai bosan. Jadi jangan di-julid-in: ngapain sih susah-susah keliling dunia pakai mobil, ngapain sih lari ultra marathon Jakarta-Bandung, ngapain sih lomba makan cabe paling pedas sedunia, absurd banget.

Gofar Hilman

Benign Masochism adalah teori yang menjawab mengapa orang-orang menikmati pengalaman yang sebetulnya tampak tidak mengenakkan (something punishing) seperti makan cabe pedas, naik roller coaster, lari marathon, angkat berat, dan lain sebagainya. Kata Paul Rozin dari University of Pennsylvania:
Benign Masochism refers to enjoying initially negative experiences that the body (brain) falsely interprets as threatening. This realisation that the body has been fooled, and that there is no real danger, leads to pleasure derived from 'mind over body. 

Atau gampangnya berbahagia setelah membuktikan ketakutan yang selama ini ada itu salah. Coba cek, selama ini dalam pengalaman apa kita mengalami fenomena benign masochism?

Banyak orang-orang yang benchmarking melakukan hal-hal tidak umum. Namun jangan dikatakan tidak bermanfaat. Minimal untuk dirinya sendiri jelas apa yang dilakukan itu mendatangkan kepuasan dan harapan untuk terus melakukan lebih. Lalu tergantung dari apa yang dilakukan, bisa ada dampak positif bagi kesehatan, perluasan wawasan, kepercayaan masyarakat atas dirinya, dan nama baik.

Roger Bannister melakukan hal yang sederhana yaitu menjadi orang pertama di dunia yang berhasil berlari sejauh 1 mile di bawah 4 menit. Kapan kejadiannya? 1954, 65 tahun yang lalu. Sekarang sudah jadi hal biasa atlet berlari dengan pace yang sama bahkan lebih cepat. Namun spirit Bannister masih disebut-sebut hingga sekarang sebagai motivasi orang-orang dalam membuat sebuah capaian.

Roger Bannister

Setidaknya ada dua keuntungan besar ketika seseorang mencoba raise the bar. Mengeset sebuah capaian yang belum pernah dicapai sebelumnya baik untuk internal dirinya sendiri maupun orang lain. Yang pertama adalah persiapan, yang kedua adalah pemecahan itu sendiri.

Lagi-lagi tergantung pada apa yang dilakukan, tapi kebanyakan pemecahan butuh persiapan. Dalam proses persiapannya ini saja seseorang bisa terus menjadi yang lebih baik dari dirinya sebelumnya. Rekor 100 m sprint milik Usain Bolt (9.58s) hanyalah pucuk gunung es. Entah berapa ratus atau ribu kali dia berlari sebelum sampai level itu.

Tiga atau empat tahun sebelumnya Bolt pasti sudah jadi pelari tercepat di Jamaika, bukan sesuatu yang buruk. Kalau benchmarknya hanya sampai situ dia akan berhenti berlatih. Tapi keinginannya adalah jadi manusia tercepat di dunia dan tidak berhenti sebelum mencapainya. Benchmark menjadi dasar keteguhan orang untuk tidak berhenti sebelum sampai titik tertinggi yang sejak awal dicanangkan.

Kalaupun Bolt kemarin tidak sampai menjadi manusia tercepat di dunia, dia tetap menjadi orang yang lebih cepat daripada ketika dia juara nasional di negaranya, misalnya. Jadi tahap persiapan punya hadiahnya sendiri bahkan sebelum tujuan sebenarnya dicapai.

Usain Bolt

Pemecahan bisa jadi hanya berlangsung beberapa detik. Tapi di sinilah semua persiapan bermuara. Yang membuat saya senang nonton tayangan replay olimpiade dan kejuaraan olahraga lainnya adalah melihat kepuasan para atlet yang telah berjuang semaksimal mungkin untuk negaranya. Ada kelegaan ketika melewati garis finish, bahkan ketika tidak menang.

Sebuah contoh inspiratif untuk ini adalah Derek Redmond yang meski jatuh cedera tetap memaksa berlari sampai finish di Olimpiade Barcelona 1992. Urusannya harga diri, dia tidak ingin perjuangannya sia-sia.

Bagi orang-orang di belakang yang mendukungnya sebuah kemenangan berarti suka cita. Tapi bagi yang melakukannya sendiri ada lebih dari itu, ada kepuasan yang sulit dilukiskan setelah berhasil melakukan sesuatu yang kelihatannya sulit.

Tidak perlu menjadi atlet untuk jadi begini. Ketika wisuda saja rasakanlah, kita bisa berbagi kebahagiaan untuk keluarga dan teman-teman, tapi ada kelegaan yang eksklusif hanya kita yang bisa merasakan, karena hanya kita yang mengalami proses yang namanya kuliah.

Benchmarking tidak harus sesuatu yang rumit. Buatlah janji sederhana pada diri masing-masing misal tidak makan mie instan selama 3 bulan, berhenti merokok bagi yang terlanjur memulai, bersepeda ke kantor atau sekolah setidaknya 3 kali seminggu, dan lain sebagainya. Yang penting tetapkan angka di dalamnya agar kita bisa mengukur sudah berjalan sejauh apa.

Dalam hidup ada dua yang pasti. Yang satu kepastian itu adalah mati. Yang satu lagi adalah kesempatan punya petualangan ketika sebelum mati. Jadi menurut saya yang paling menyenangkan dalam hidup adalah kesempatan untuk membuat garis hidup. Kesempatan untuk membuat petualangan kita sendiri. Sehingga kita bisa diingat sebagai apa di dunia - Sabrang Mowo Damar Panuluh 


@chandranrhmn

0 comments :

Post a Comment