Cuma Punya 1 Jam



Sekarang jam 23:00 waktu Bandung ketika tulisan ini mulai dibuat. Bukan karena malas atau bingung mau menulis apa, tapi karena saya benar-benar baru pulang. Sesuai rencana, saya sedang dalam proses mencapai target 30 hari 30 tulisan. Saya khawatir jika bernegosiasi dengan target satu kali saja berikutnya jadi gampang kepengen untuk nego-nego lagi.

Ide nulis Cuma Punya 1 Jam terlintas tiba-tiba dalam perjalanan pulang dari PT LEN. Saya sedang mengerjakan suatu proyek di sana dan karena besok akan ada audit maka hari ini harus menyelesaikan banyak hal. Sedangkan saya belum menulis, belum punya draft, dan menolak bernegosiasi.

Begitulah kalau bekerja secara project-based. Jam kerja yang nine to five itu hanya sebagai formalitas saja, faktanya bisa geser maju atau mundur. Suatu waktu harus lembur karena project akan diperiksa atau diuji fungsi. Tapi di hari lain bisa keluar di jam kerja jika ada keperluan di tempat lain. Termasuk juga bisa memperpanjang libur ketika lebaran atau hari besar lain. Kerjanya fleksibel, asal kerjaannya selesai.

Dalam bidang teknologi IT maupun penerbangan, pekerjaan-pekerjaan seperti ini semakin banyak dilakukan. Seiring berkembangnya dunia digital dan internet bahkan sekarang antara client dan kontraktor tidak perlu bertatap muka. Banyaknya channel pembayaran digital semakin mempermudah kerjasama dan transaksi hingga level internasional.

Dokumentasi pekerjaan dan portfolio menjadi penting karena itu yang bisa ditawarkan ke calon client untuk menunjukkan apa yang pernah dan bisa kita kerjakan. Sehingga tanpa harus kenal secara personal client mau mempercayakan pekerjaannya pada kita dan tentu saja mau membayar waktu dan tenaga yang dikeluarkan. Sosial media seperti LinkedIn sangat cocok untuk menampilkan portfolio. Namun tidak ada salahnya pula mengunggahnya di sosial media lain seperti Facebook dan Instagram. Bisa jadi di sana kita akan ditemukan.

Semakin banyak orang yang butuh kemampuan kita, semakin mahal bayarannya. Uang memang bukan segalanya, dan tidak semua profesi memberikan bayaran sesuai kontribusinya. Namun menurut saya hakikat gaji sebenarnya adalah seberapa besar yang kita kerjakan bermanfaat bagi orang lain dan masyarakat.

Sometimes, it has nothing to do with your formal education. 

Kenapa? karena jika kita hanya mengunggulkan apa yang kita dapat dari sekolah atau universitas, kita tidak akan jadi orang yang unik. Semua teman sekelas kita mendapatkan pelajaran yang hampir-hampir sama. Kalau tidak unik kita susah dicari oleh yang membutuhkan. Jadi skill yang mahal belum tentu adalah yang kita dapat di sekolah.

Militansi dalam mempelajari disiplin ilmu baru adalah kunci. Saya coba menetapkan standar minimal untuk diri saya sendiri bahwa saya harus bisa menjawab dua pertanyaan berikut dengan mantap. Pertama, apa keahlianmu. Kedua, apa olahragamu.

Beberapa waktu yang lalu seseorang membuat google doodle versinya dan menyebut dia membuat itu karena sepertinya google lupa. Doodle-nya bagus, beberapa hari kemudian dia dikontak oleh Google dan mendapatkan tawaran pekerjaan.

Pamer kemampuan beda dengan pamer harta atau kedudukan, asal masih dalam batasan niat untuk berbagi kemanfaatan, bukan untuk gaya-gayaan. Jika kita punya kemampuan lebih dalam sesuatu, tunjukkan saja. Siapa tahu ada orang di luar sana yang memerlukan kita. Siapa tahu tidak lama kemudian ada ajakan kolaborasi untuk membuat sesuatu yang lebih besar.

Orang-orang yang bisa secara militan mendalami sesuatu biasanya sudah tidak lagi berpikir tentang uang. Dia menyukai apa yang dia kerjakan. Bahwa nanti dia bisa sejahtera berkat kemampuannya itu sudah sewajarnya. Militansi diuji ketika kita sudah belajar banyak tapi belum menemukan apa yang bisa didapatkan dari yang sudah dipelajari ini. Kalau berhenti ya cuma akan sampai di titik itu. Tapi kalau dilanjutkan bisa jadi ada sesuatu yang besar kemudian.

Tidak ada kata terlambat untuk mulai mengulik sesuatu, bahkan ketika sudah terikat pada profesi tertentu. Cobalah jadi dokter yang pandai melukis, polisi yang didengarkan ceramahnya, guru yang lihai berwirausaha, pegawai bank yang terbiasa lari marathon, dosen yang gemar membuat robot, programer yang menulis novel, dan lain sebagainya.

Marilah kita berdoa untuk diberi kekuatan agar bisa memanfaatkan sebanyak-banyaknya kesempatan. Karena kita tidak tahu pasti apakah yang kita lakukan memberikan efek baik atau buruk. Semoga kita selalu berada di jalan yang benar. aamiin

ditulis dalam 42 menit.

@chandranrhmn


sumber gambar

0 comments :

Post a Comment